Langkah gadis itu tak tentu arah, ia hanya berjalan sesuai dengan insting yang membawanya. Sejujurnya kakinya sudah lelah dan sangat sakit, mengingat tak ada alas kaki yang melindungi telapak kakinya. Namun ia juga tak bisa berhenti hingga ia melihat sebuah puing-puing batu yang terlihat layaknya gerbang kokoh. Gadis itu masih berjalan, melewati gerbang runtuhan batu yang menariknya lebih dalam hingga ia berdiri diatas tanah suatu kuil yang mirip sekali dengan candi pada masa Hindu-Budha. "Siapa kau? Apa yang kau lakukan disini?" seseorang kembali menariknya dari rasa kagum akan kuil-kuil yang terbangun sangat indah di depannya. Gadis tersebut hanya bisa melihat orang yang berbicara padanya tanpa dapat membalas perkataannya. "ikut aku!" Aksha nama gadis tersebut hanya dapat berjalan mengekori seorang pria yang mengajaknya bicara tadi. Ia kembali melihat sekeliling dan ia tersadar bahwa semua orang sedang menyiapkan pedang, panah, dan alat-alat seperti mereka akan berperang. "apa yang terjadi?" Aksha tak bisa menyembunyikan keterkejutannya, terlebih ketika ia melihat tidak hanya manusia ditempat itu namun makhluk-makhluk mitologi yang sering kau baca dalam sejarah. Dan pertanyaannya terjawab sudah ketika ia sampai di suatu tempat yang ia pikir merupakan bagian tertinggi dari pertahanan kuil ini. Kemelut dan malapetaka sedang terjadi. Awan menggelap, petir saling menyambar, dan yang lebih mengerikan, perang terjadi tepat di depan kedua matanya. Sekujur tubuh gadis itu gemetar, ia melihat dengan kedua matanya manusia dan makhluk lain saling membunuh dan menebas kepala. "MENUNDUK!! AWAS!" seru pria tadi. Namun semua terlambat, satu mata panah yang dilemparkan musuh telah mendekat dan mengenai kepalanya hingga semua menjadi gelap.
Aksha terbangun di atas tempat yang keras dengan keringat dingin yang berkucuran. Perasaan tak tenang masih melingkupi dirinya, nafasnya masih tak beraturan. Perlu beberapa waktu hingga ia tersadar bahwa ia masih berada di sebuah kemah di tengah hutan bersama teman-temannya. "Jadi aku bermimpi buruk lagi?" pertanyaan kesekian yang selalu ia lontarkan ketika bangun. Mimpi buruk memang selalu mendatangi Aksha belakangan ini, ia selalu merasa ketakutan dan mimpi yang datang tak pernah jauh berbeda dari mimpi yang semalam. Anehnya mimpi-mimpi itu terasa benar-benar nyata, layaknya kehidupan biasa, dan mimpi itu selalu membuatnya ketakutan setangah mati. Aksha memutuskan untuk keluar dari kemah, ia ingin menikmati udara pagi yang mungkin saja dapat menenangkan pikirannya. Ia duduk di luar lingkaran bekas api unggun yang ia nyalakan bersama teman-temannya semalam, mencoba mencari kehangatan api dari sisa api unggun yang masih sedikit menyala hingga tak sadar hari hampir menjelang siang.
Sore ini hampir semua orang dalam kemah memutuskan untuk melakukan sebuah permainan. Jadilah Aksha dan beberapa temannya dalam satu kelompok berada di dalam hutan agak jauh di utara kemah. Mereka mengumpulkan banyak sekali ranting kering untuk dijadikan api unggun agar mereka dapat memenangkan permainan ini. Tanpa disadari kelima orang ini telah berada cukup jauh dari kemah, hingga mereka melangkah ke sebuah puing-puing batu yang tampak sangat tua dan tak terawat. Aksha seperti terlempar ke dalam dunia mimpinya yang datang tiap malam. Seluruh badannya terasa gemetaran namun kakinya tak mau diajak bekerja sama. Ia melangkah kian mendekat ke puing-puing, rasa penasarannya kini telah mengalahkan ketakutannya. Puing-puing ini sangat mirip sekali dengan puing-puing gerbang yang muncul pertama kali dalam mimpi-mimpinya. Aksha semakin mendekat, ia melihat dengan penasaran setiap batu besar dan sisa bangunan yang hampir-hampir runtuh dan menyisakan kakinya saja. "Coba kalian kemari, lihat! Ada sebuah relief yang aneh. Aku baru kali ini melihatnya" ucap Aksha seketika, ketika ia melihat sebuah relief kecil dikaki bangunan yang masih utuh itu. Relief itu menggambarkan sebuah gerbang seperti gerbang kuil yang sering kau lihat ketika berkunjung ke Bali, dengan penggambaran mirip dengan beberapa candi dibelakangnya. Di depan candi terdapat semacam halaman yang digambarkan dengan beberapa orang yang berada disana. "Jangan bercanda Sha! Lebih baik sekarang kita kembali ke kemah. Apa kalian tidak takut? Disini menyeramkan sekali" ucap salah seorang temannya yang bahkan tak dihiraukan oleh Aksha.
Rasa penasaran yang semakin besar kembali muncul dalam benak Aksha. Relief tersebut seperti menariknya lebih dalam, dengan sendirinya tangan Aksha bergerak mecoba menyentuh relief tersebut. Ketika ia benar-benar menyentuh relief itu, tiba-tiba pusing yang sangat hebat melanda kepalanya. Tangannya masih menyentuh relief tersebut namun matanya terpejam mencoba menghilangkan rasa pening aneh yang tiba-tiba datang. Untuk beberapa menit Aksha masih tetap dalam posisinya dan ketika perlahan pening itu menghilang ia mencoba membuka matanya. Terkejut merupakan satu kata yang dapat mewakili semuanya. Bagaimana tidak, puing-puing batu yang ada di depan matanya kini telah menjelma menjadi pintu masuk berukuran sangat besar seperti yang digambarkan pada relief yang tadi ia sentuh. Pintu itu sangat indah terbuat dari batu-batu berukuran besar dengan ukiran di bagian pinggirnya terlihat sangat halus. Kaki gadis itu kembali melangkah, mencoba untuk memasuki sedikit dari gerbang yang tiba-tiba muncul di depannya. Sebelum melangkah lebih jauh ia mencoba membalikan badan, memastikan keadaan teman-temannya, namun yang ia ingin lihat justru berbeda dari kenyataan. Aksha kembali merasakan ketakutan, badannya kembali gemetar, dan ketakutan tak bisa ia sembunyikan, ia tak tahu bagaimana kejadian di depannya dapat terjadi. Satu persatu temannya menghilang dengan sangat perlahan, digantikan dengan pemandangan hutan yang sangat gelap. Keringat dingin masih keluar dari tubuhnya namun sesuatu seperti memanggilnya untuk memasuki gerbang tersebut lebih dalam hingga kakinya kembali melangkah masuk ke dalam gerbang tanpa ia sadari.
YOU ARE READING
Akshaya
Historical FictionPercayalah bahwa perbedaan itu anugerah. Percayalah bahwa reinkarnasi itu ada. Dan percayalah bahwa mereka yang tak pernah kau anggap nyata justru akan muncul di dalam hidupmu. Rani Akshaya Trisha tak pernah benar-benar mengerti kegilaan orang-oran...