PEDANG ULAR MAS.
*Kim Coa Kiam*.
Judul Asli : Bi Xue Jian.
Karya : Yin Yong.
Disadur : OKT.
Bab 1 Kim Coa Kiam Di saat matahari sedang turun dan rombongan gowak terbang pulang, di satu jalanan dari pegunungan Tjin Nia di Siamsay, seorang anak muda lagi kasi kudanya jalan pelahan-lahan,karena ia sedang menikmati pemandangan alam mendekati magrib yang indah permai.
Mengikuti pemuda ini ada seorang kacung umur belasan tahun,kudanya pun kurus, dibelakang kudanya itu, kecuali bungkusan pakaian pun ada sebuntal pelbagai kitab. Dia ini nampaknya sibuk, sebab mulai remang-remang, majikannya masih tidak percepat perjalanan mereka.
"Kongtjoe, jalanan disini tidak aman," ia lalu mendesak. "Nanti kita tidak dapatkan rumah penginapan. Kalau kita ketemu begal di tengah jalan......" Si mahasiswa tidak menyawab, dia cuma tertawa, lantas ia keprak lari kudanya.
Pemuda itu ada Hauw Tiauw Tjong alias Hong Hek, asal Siang Kioe di propinsi Hoolam, turunan sasterawan. Ketika itu ada di jaman kerajaan Beng, tahun kelima dari Kaisar Tjong Tjeng. Dengan perkenan ayah-bundanya, dia pergi pesiar. Pada waktu itu, pengkhianat Goei Hian Tiong, thaykam yang berpengaruh, sudah dihukum mati karena pemberontakannya, akan tetapi Negara belum seluruhnya aman-sentausa, malah disanasini muncul segala begal dan berandal. Sebenarnya orang-tua itu tidak mufakat puteranya pesiar tetapi si anak memaksa, katanya, satu laki-laki mesti "dapat baca berlaksa kitab, dapat merantau berlaksa lie". Dia pun ada satu anak pintar dan berani.
Tiauw Tjong berangkat dengan cuma ajak seorang kacungnya itu, Hauw Kong namanya. Ia menuju ke arah Barat. Di sepanyang jalan, ia mengicipi kepermaian gunung-gunung, sungai dan kali. Kapan ia sampai dikaki gunung Tjiong Lam San, yang ia ketemui adalah penduduk bermuka pucat-kuning yang kurus-kering, malah kadang-kadang mayat-mayat kelaparan, di antara siapa pada mulutnya masih termamah sisa rumput hijau, keadaannya sangat menyedihkan dan merisaukan hati. Mulanya, ia masih bisa menderma sejumlah uang, tapi lama-lama, ia kewalahan sendirinya. Terlalu banyak yang mesti ditolong, dilain pihak, uang bekalannya sangat terbatas. Tapi semua itu menginsafi ia bagaimana kemelaratan merajalela, kesengsaraan rakyat jelata hampir merata. Walaupun semua itu, apabila ia tampak panorama indah, hatinya lega juga.
Baru setelah ditegur kacungnya, Hauw Kongtjoe sibuk juga. Ia sudah larikan kudanya, ia belum ketemu pondokan, sedang cuaca berubah makin remang-remang, makin gelap.
Belasan lie sudah ia kaburkan kudanya, baru ia sampai di sebuah kampung. Menampak kampung ia dan kacungnya girang bukan main, tapi kemudian, hati mereka cemas.
Kampung itu sangat sunyi.
"Mari kita cari rumah penginapan," kata si kongtjoe.
Akhirnya Hauw Kong turun di depan sebuah pondokan, yang pakai merek Hotel Tjiang Lam, terus saja ia kaoki tuan rumah, pemilik hotel. Ia tidak dapat jawaban, melainkan teriakannya berkumandang dibelakang hotel, yang letaknya berdampingan sama gunung.
Itulah sambutan dari dalam lembah.....
Kembali kacung ini memanggil berulang-ulang, saban-saban ia disambuti kumandangnya.
Hotel tetap sunyi, tidak ada penyahutan, tidak ada yang keluar.
Tiba-tiba berkesiur angin yang dingin. Keduanya, majikan dan kacungnya, bergidik sendirinya.
Tiauw Tjong habis sabar, ia bertindak masuk kedalam hotel. Untuk kagetnya, ia tampak dua tubuh mayat menggeletak dan darah hitam mengumpiang, bau amis engas menyambar-nyambar hidung, kawanan laler terbang pergi-datang. Itulah mayat-mayat sejak beberapa hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pedang Ular Emas
General FictionPEDANG ULAR MAS. *Kim Coa Kiam*. Judul Asli : Bi Xue Jian. Karya : Yin Yong. Disadur : OKT.