Part 2

419 4 0
                                    

Bab ke 16

Murkanya si imam bukan kepalang, terutama kapan ia ketahui si kurus berada di elakangnya, sambil putar tubuh, ia menyambar dengan sebelah tangannya. Si kurus awas dan licin, dia berkelit sambil nyelusup pula ke kolong meja.

Dalam murkanya, imam itu dupak meja hingga terbalik.Sedetik saja, ruang makan itu jadi kacau. Semua tetamu lainnya pada berdiri di kedua pinggiran.

Lincah luar biasa ada si kurus, ketika si imam serang pula padanya, dia berkelit, lalu dia loncat sana dan lompat sini, hingga tidak ada kepalan atau dupakan yang mengenaitubuhnya.

Meja-meja lainnya, berikut kursinya, turut terbalik-balik, karena disempar dan bentur,poci arak, cawan dan sumpit, jatuh berhamburan. Si kurus membalas

menyerang, tetapidengan poci arak dan lainnya, yang ia jumput dari lantai. Si imam menjerit-jerit, ia berkelit,ia menanggapi, untuk balas menimpuk. Dengan begitu terlihatlah kepandaian mereka berdua.

Karena meja dan kursi pun disempar pergi datang, ruang itu lantas menjadi ruang kosong,hingga si kurus tak dapat jalan untuk main berkelit atau berlari lagi,

maka ia terpaksa mesti layani si imam yang serang ia tak hentinya. Ia melayani sambil perlihatkan kesebatannya, kegesitan tubuhnya.

Si imam bertenaga besar. Segera kelihatan dia bersilat dengan ilmu silat "Tay Ang Koen"berasal dari Tjhong-tjioe, atau Tjhong Tjioe Pay. Sesuatu serangannya

menerbitkan sambaran angin yang keras.

Si kurus sendiri bersilat tetap sebagai bermulanya, tubuhnya gesit, gerakannya sebat. Dia lebih banyak berkelit, dengan buang diri atau berlompat, atau

kadang-kadang ia terhuyung-huyung, nampaknya lucu, hingga Tjeng Tjeng, yang menyaksikan dengan penuh perhatian, tak tahan untuk tidak tertawa geli.

"Inilah tak enak dilihat!" katanya. "Macam apa ilmu silat ini?" Sin Tjie juga tidak kenal ilmu silat itu, yang ia belum pernah lihat, ia melainkan saksikan

kelincahan dan gerak-gerakan yang aneh. Rupanya itu ada ilmu kepandaian suatu golongan tersendiri. "Inilah Ap Heng Koen," kata Thia Tjeng Tiok, yang luas pengetahuannya. "Dalam kalangan kaum kang-ouw, tidak banyak orang yang mengerti ilmu silat ini."

Tjeng Tjeng tertawa pula. Nama ilmu silat itu, yang berarti "Koentauw Bebek", sungguh luar biasa. Tapi sekarang ia bisa lihat tegas, gerakan kaki dan tangan benar-benar seperti gerak-geriknya bebek gemuk....

Si imam, yang tak bisa rubuhkan si kurus, lalu menjadi sibuk sendirinya. Sia -sia saja pelbagai toyoran dan tendangannya. Maka akhir-akhirnya, tubuhnya jadi terhuyunghuyung,

sempoyongan, bagaikan orang bertubuh limbung dan tak kuat berdiri. Tapi ini adalah ilmu silat "Lou Tie Tjim Tjoei Pa San-boen" atau "Lou Tie Tjim sedang mabuk arak pukul pintu kuil". Tubunya terumbang-ambing tidak keruan, kaki tangannya sambar sanasini, ada kalanya dia rubuh terbanting sendirinya, lalu bergulingan, tapi serangannya ada hebat, terutama sehabis jatuh, apabila musuh hampirkan dia, dia bisa berlompat bangun dengan cepat sekali. Kali ini, Baru dia jalankan separuh dari ilmu silatnya itu, atau si kurus-kecil sudah repot sendirinya.

Oleh karena itu, ia sering jatuh dan bergulingan, tubuh si iman telah berlepotan nasi dan kuah sayuran, malah juga kotoran dari pispot, tapi ia tak perdulikan itu, untuk bisa kalahkan musuhnya, ia masih suka bergulingan.

Rupa-rupanya imam ini lihat ketikanya yang baik sudah datang, dengan sekonyongkonyong dia lompat mendesak, selagi kakinya sebelah maju, tangan kirinya menggertak, tangan kanannya menyerang dada, dengan tipu-pukulannya "Pay san to hay", atau "menggempur gunung untuk menguruk lautan".

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 28, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pedang Ular EmasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang