PROLOGUE
Bubar.
Setelah bel pulang sekolah berdering, murid-murid mulai berhamburan keluar dari kelas untuk pulang. Sebagian pergi ke parkiran untuk mengambil kendaraan pribadi mereka, sebagian berdiri di depan pagar untuk menunggu orangtua mereka atau kendaraan publik yang lewat. Bubar adalah kata istimewa juga bagi Ryna, tapi kali ini dia sebal. Ryna sedang menunggu Rafa, saudara laki-lakinya yang lebih tua dua tahun belum datang untuk menjemputnya. Ryna juga paling anti menunggu seseorang yang telat. Ponselnya berdering dan menunjukkan pesan dari Rafa.
Rafa Kenandra : sorry, Na. Gw kejebak macet bgt parah alig sumpah nih. Lo msh di sklh?
Ryna Z. Kinandhya : gw disekolah. buset tadi elo bilang udh dkt. Emg dasar php lo -.-
Rafa Kenandra : maaf kali, Nana nano nano. Ato g lo pulang pake grab aja atau go-jek. Cepetan. Gw tunggu drmh aja. Sorri-sorri jek hayati sinih pasrahhh
Ryna Z. Kinandhya : -.-
Ryna Z. Kinandhya : iya hayati. titi dj yo
Rafa Kenandra : sayang kamuchhh :*
Ryna menghembuskan nafasnya kasar. Hari ini, dia benar-benar sial. Dia melihat jam tangannya dan sekarang sudah pukul 17.10. Area sekolah sudah lumayan sepi dan agak gelap membuat Ryna merinding. Tapi dia berusaha memberanikan diri untuk keluar dari area parkiran.
"Hai cantik,"sapa seseorang membuat Ryna menoleh. Sial! Segerombolan preman-preman yang memakai baju hitam sekarang berdiri di hadapannya.
"Sendirian aja.. Mau pulang ya? Sama abang aja yuk," ucap salah satu dari mereka. Tangannya ingin menggenggam lengan Ryma cuma Ryna menepisnya. "Wih, galak amat sih neng.."
"Jangan pegang saya," ketus Ryna dengan wajah datar. Luarnya saja garang, tapi sebenarnya Ryna sudah ketakutan. Mana sih satpam, ya elah! Satpam sedeng, batin Ryna. Dasar hidung belang zebra.
"Sama kami aja, dijamin nyaman," ucap yang satu lagi membuat Ryna memutar bola matanya. Tangan preman itu mencengkram pergelangan tangan Ryna membuat mata Ryna melebar.
"Lepasin! Tolong! Tolong!" Teriak Ryna sambil mencoba untuk melepaskan cengkraman preman itu. Suasana sekolah sudah sepi dan satpam sekolah ternyata sedang asyik-asyikan makan entah dimana.
"Sekolah lo sepi, ya kali suara lo kedengeran. Bego banget sih," umpat salah satu preman yang tampaknya paling muda dari yang lainnya. Preman itu hanya melipat tangan di depan dada dan menonton aksi yang sudah biasa ia tonton.
Ryna menatapnya tajam. "Lepasin gak?! Lepasin!" Pekiknya. "Tolong!" Tapi tidak ada satu orang pun.Siapapun tolong gue.. bang Rafa.. lirihnya dalam hati.
Bugh!
Ryna menutup matanya rapat dan ketakutan karena ada suara seseorang sedang berantam. Dia rasa cengkraman preman itu sudah dilepaskan. Sepertinya ada seseorang yang membantunya sekarang dari preman hidung belang ini.
"Buka mata lo," ucap seseorang membuat Ryna membuka matanya perlahan. Satu yang membuatnya terkejut. Kehadiran seorang laki-laki yang memakai seragam yang sama dengannya saat ini membuatnya sedikit bingung tapi akhirnya rasa bingung itu digantikan dengan rasa lega.
"Premannya udah kabur?" tanya Ryna sambil melihat sekelilingnya. Tidak ada preman-preman berhidung belang itu lagi. "Untung aja.." gumamnya setelah menghela nafas lega.
"Lain kali pulang cepat biar jangan digoda kayak tadi," ucap laki-laki di depan Ryna sekarang ini.
"Iya. Makasih by the way, elo mau nolongin gue," ujar Ryna dengan senyum tipis sebelum akhirnya pergi meninggalkan laki-laki itu. Tapi suara laki-laki itu membuat Ryna berhenti.
"Lo nyari angkot? Lo nyari taxi? Mendingan jangan," ucap laki-laki itu. "Sini, gue antar pulang."
Ryna berbalik. "Hah? Entar lo lagi yang mau nyulik gue," cetusnya. Sksd banget sih sampe mau anter gue pulang.
"Jadi maksud lo tampang gue preman gitu?" Tanya laki-laki itu sambil menatap Ryna dengan alis yang terangkat sebelah. "Ya kali.."
"siapa tau lo mau jual organ dalam gue," celutuk Ryna. "Gak pa-pa. Angkot biasanya rame."
"Nanti rame preman."
Ryna berdecak. "Jadi mau lo apa?" tanyanya sebal. Dia melihat wajah laki-laki itu yang masih datar. "Oke, fine. Gue nebeng."
"Lo lupa bilang keyword paling berharga di dunia ini."
"Emang apaan?"
Cowok itu memutar bola matanya. "Bilang makasih kek! Udah capek-capek dibantuin? Lo kira tangan gue gak pegel gitu nonjok banyak preman? Ya kali sih.. Ini udah baik nganter cewek satu sekolah dibilang mau nyulik elo," celoteh laki-laki itu sementara Ryna hanya memasang wajah datar andalannya dan alis yang terangkat sebelah.
"Ya,ya. Whatever. Semerdeka lo aja deh. Pokoknya gue mau pulang dan gue nebeng," ucap Ryna lalu berjalan balik ke parkiran sekolah, meninggalkan cowok itu yang masih diam di tempat. "Cepetan kali.."
Setelah menggenakan helm full-face milik laki-laki yang satu sekolah dengan Ryna itu, motor mereka keluar dari parkiran sekolah dan melaju ke rumah Ryna. Ryna sudah memberitahu alamatnya dan tentunya cowok itu tau. Tidak ada percakapan sama sekali dari awal mereka naik motor sampai di kompleks rumah Ryna. Hanya ada suara knalpot motor dan klekson kendaraan-kendaraan yang memadati jalan raya ibukota.
"Makasih," ucap Ryna setelah dia turun dari motor cowok itu.
Cowok itu hanya mengangguk. Setelah Ryna masuk, motor cowok itu keluar dari kompleks rumah Ryna. Di perjalanannya menuju pulang, dia bertanya-tanya siapa nama perempuan yang tadi ia tolong.Karna ia merasakan sesuatu yang beda dari perempuan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
17.30
Teen Fiction~Terkadang, waktu yang dinanti-nantikan bisa menjadi waktu dimana kebahagiaanmu sirna~