usia aku 8 tahun dan masih terbilang sangat belia. Kehidupan aku tidak seindah teman-teman seusiaku. Hidup aku penuh kepedihan dan berliku, bahkan aku tidak dapat bersekolah ataupun bermain.
Tubuh lemah aku terbaring diatas kasur pembaringan beralaskan terpal dan koran. Aku terpasung bersama lagu sendu bertafsir kerinduan.
Beratnya biaya hidup membuat aku hanya menjadi beban kedua orang tuaku. Ingin rasanya aku pergi jauh dan terbang bebas ke angkasa luas, demi meringankan beban hidup kedua orang tuaku yang hanya bekerja sebagai pemulung harian, mengais sisa-sisa gelas plastik dan botol plastik dari satu tempat ke tempat lainnya tanpa rasa lelah.
"Aku ingin sayap Tuhan, aku ingin jadi Malaikat kecil di istanamu Tuhan," goresan pena ku disisi pembaringanku.
Malam itu samar-samar aku mendengar suara berbisik di telingaku, saat ku membuka mata, ku lihat sebuah cahaya indah menerangi kamar pembaringanku. "Indah sekali cahaya ini. Darimana asal cahaya ini?" gumam aku semakin penasaran.
Aku terus berdoa agar cahaya indah itu tidak cepat-cepat hilang dari pandanganku. "Tetaplah terus berpijar wahai sang cahaya," seolah-olah aku dapat berbicara dengan cahaya tersebut.
Ingin rasanya aku menggerakkan tubuh lemahku dan membangunkan seluruh penghuni rumah kardus disekelilingku, tapi sangat disayangkan aku sama sekali tidak dapat menggerakkan anggota tubuhku bahkan berbicara pun tidak mampu.
Suara yang terdengar samar-samar semakin jelas di telingaku, seperti nyanyian dan lafal surat yasin dan ayat-ayat suci Al-Quran, sangat indah.
"Siapakah pemilik suara memukau tersebut," aku membatin.
"Tidak, aku tidak dapat melihatnya, hanya cahaya indah yang semakin memukau pandangan aku yang dapat aku lihat saat ini."
Aku merasakan tubuh aku semakin ringan dan jauh lebih ringan, yah, aku dapat terbang tinggi bebas menghias angkasa. "Sudah tiadakah aku? Mimpikah aku? Kenapa tubuh aku terus melayang-layang di udara?"
Aku melihat sebuat papan nisan sederhana yang terbuat dari kayu bertuliskan nama aku Ilalang. "Ahh, aku mengerti sekarang, tubuh yang terbaring kaku diatas pembaringan itu adalah tubuh aku, jasad aku. Jiwa aku kini sudah terbang bebas melepas semua rasa sakit yang selama ini menyiksa aku."
Aku melihat kedua orang tua aku terisak dan terkulai lemah tak berdaya disisi pembaringan aku. Ingin rasanya aku berteriak, "jangan menangis, aku sudah bahagia disini. Aku akan tunggu kalian di Surga indah Tuhan."
Aku Ilalang, aku kini telah tiada, aku bagaikan Ilalang yang bergoyang dan kekal diatas sana. Aku sudah kembali ke pangkuan-Nya dan melepas semua rasa sakit dan derita aku. Aku kini dapat bermain di taman bunga indah dengan pakaian indah yang belum pernah ku kenakan sebelumnya.
~ TAMAT ~
KAMU SEDANG MEMBACA
ILALANG
RandomIlalang, merupakan cerminan penderitaan kehidupan seorang gadis kecil yang berjuang melawan rasa sakitnya, akan tetapi karena desakan ekonomi kedua orang tuanya tidak mampu untuk membiayainya melakukan pengobatan sampai ajal datang menjemputnya.