Terima kasih sudah menekan tautan fanfic ini di Wattpad, saya sangat menghargainya. Aslinya fanfic ini diunggah di fanfiction.net sejak tahun 2006. Namun, berhubung banyak sekali permintaan untuk mengunggahnya di Wattpad dan menghindari unggahan-unggahan tak resmi, akhirnya Dua Sisi pun buka cabang di sini.
Dua Sisi merupakan fanfic pertama yang saya unggah daring untuk dibaca orang lain (karena sebelumnya saya terlalu minder). Oleh karena itu, kritik dan saran akan selalu terbuka di bagian komentar.
Fanfic yang diunggah di Wattpad sudah melewati proses penyuntingan baru karena saya harus menyinkronkannya dengan lini masa fanfic saya yang lain: Harry Potter dan Sosok Masa Lalu. Ada perubahan yang sangat besar pada latar waktu dan sejumlah tokoh. Dua Sisi versi baru mengambil latar tahun ke-6 dan bukan tahun ke -7. Jika tak sabar ingin membaca kelanjutannya (yang belum disunting lagi), monggo mampir ke fanfiction.net.
Rating M untuk sumpah serapah dan sekuen yang agak-agak. #eh
Disclaimer: Harpotverse bukan milik saya; tidak pernah berharap juga.
---------------
BAB 1
Hermione Granger melihatnya ketika gadis itu memasuki Aula Besar. Keberadaannya tak mungkin tak disadari. Apalagi dengan rambut itu—pirang-brengsek-platinum itu.
Kebencian itu telah jauh meresap ke dalam setiap sel darah dan menyalakan alarm dari setiap kehadirannya. Mata biru-kelabu itu seperti pemangsa yang sanggup menembus, membaca pikirannya seperti buku yang terbuka, membuat darahnya mendidih dengan rasa panas dalam pembuluhnya. Ya, hanya dengan menatap sosok itu— kebencian itu mampu menyeruak dan tak sanggup ia sembunyikan.
Pemuda itu tersenyum sinis. Tak heran. Mungkin hanya itu yang bisa dilakukannya selama ia hidup.
Draco Malfoy.
Pemuda itu menatapnya dengan pandangan benci yang sama—pandangan benci yang tak dapat diketahui siapa yang lebih besar antara sama lain. Dan seolah tak ingin menyimpan kebencian itu untuk dirinya sendiri, ia berbisik kepada kedua sahabatnya, Crabbe dan Goyle, lalu seringai terulas di wajah mereka.
Merlin, kebencian ini takkan pernah berakhir.
Gadis itu sering berkata demikian, walaupun ia kerap bertanya-tanya dalam hati, "Haruskah demikian?" Ia selalu menjadi salah satu dari mereka yang percaya bahwa manusia itu abu-abu; tak ada yang hitam dan tak ada yang benar-benar putih. Bahwa yang terjahat pun dalam dunia ini mempunyai sedikit sisi putih dalam diri mereka. Namun, segala hal mengenai Draco Malfoy seperti sebuah pengecualian. Ia pangeran Slytherin. Arogan. Tak ada yang baik dalam dirinya.
Batas antara dirinya dan Malfoy sungguh jelas. Semua orang dapat melihat batas itu sejelas refleksi diri dalam cermin. Kedua sisi itu begitu nyata. Begitu berbeda. Begitu berlawanan. Begitu—
Terpisah.
"Apa tujuan Draco Malfoy diciptakan ke dunia ini?" geram Ron apabila mereka baru terlibat konflik. Ia dan Hermione menghadiri rapat-rapat prefek rutin tiap minggu dan terpaksa mereka harus lebih sering bersinggungan dengan pemuda Slytherin itu. Hermione tentu selalu berusaha menenangkan Ron dan mengatakan untuk jangan menghiraukan pemuda keparat itu—walau ia sendiri tahu bahwa ia tak mungkin mengacuhkan keberadaannya. Karena ia memang nyata. Ia eksis di dunia dan di masa yang sama.
Ya, bagaimanapun Ron benar.
Demi Merlin, apa tujuan Draco Malfoy diciptakan ke dunia ini?
Mungkin 'anak perempuan' memang tidak terlalu sependapat dengannya. Mereka yang mengerling dan cekikikan setiap Slytherin itu lewat. Seolah rambut pirang dengan mata kelabu itu menyerap segala keindahan yang ia lewati. Namun, bukan berarti Hermione buta dan tidak mengakui ketampanan pemuda itu. Hanya saja—oh Tuhan—ia sangat membencinya. Ia pun tak pernah keberatan terus mengulangnya dalam hati.
![](https://img.wattpad.com/cover/91653318-288-k560079.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Sisi
FanfictionMereka pikir mereka hidup di dunia yang berbeda. Semua sisi yang membedakan- atau apa yang membuatnya sama: Kebencian.. Persahabatan.. Harga diri.. Dalih.. Hasrat?