03.Whats wrong whit him?

171 13 1
                                    

Setelah acara drama musical itu selesai mark langsung mengantar arin pulang.

"Makasih untuk hari ini arin"

"Eh?"

"Aku bilang makasih"

"Aah, terima kasih kembali. Seharusnya aku yang berterima kasih. Acara tadi sangat menyenangkan."

"Apa kita harus pergi lagi di lain waktu?"

"Nee?"

"Bukankah kau bilang itu menyenangkan? Berarti kau menyukainya. Apa salah nya kita pergi lagi untuk menonton acara berikutnya"

"Aah nee. Akan ku pertimbangkan nanti"

"Hmm geure." Mark tersenyum sambil menganguk-anggukan kepalanya.

"Kalau begitu aku masuk dulu"

"Hmm baiklah. Sampai ketemu besok"

.
.
.
Arin merebahkan tubuhnya yang lelah. Ia baru saja membersihkan tubuhnya. Jujur saja ia merasa tanggal 26 kali ini tidak seburuk tanggal 26 yg kemarin-kemarin.

Sebenarnya ia sangat benci tanggal 26. Tanggal dimana cintanya di mulai dan tanggal dimana cintanya berakhir. Oh tidak, rasa cintanya belum berakhir, hanya saja rasa cinta taehyunglah yg berakhir.

Ia pun mengambil handphone nya dari dalam tas. Ia membuka semua pesan yang masuk di hpnya. Ada 6 pesan yang masuk, yaitu dari ibunya, kakaknya, min ah, jimin, dan taehyung. What? Taehyung? Ia mebelalakan matanya. Mengucek-ucek matanya memastikan bahwa ia tidak salah liat.

Kimtae
Apa yang kau lakukan?
19.20

Arinj
Membaca pesanmu. Ada apa kau menghubungiku?
20.15

Setelah membalas pesan itu arin pun menunggu balasannya.

Kimtae
Apa kau sibuk?
20.19

Arinj
Tidak juga. Kenapa?
20.21

Kimtae
Tidak, hanya saja..
20.23

Arinj
Kenapa?
20.24

Kimtae
Rindu..
20.24

Arinj
Eh?
20.25

Kimtae
Ah tidak, lupakan saja.
20.28

 

Ada apa dengan taehyung? Tidak biasanya ia seperti ini. Itulah yang dalam pikiran arin. Dia tau bahwa ada sesuatu yang sedang mengganggu nya saat ini, entah apa itu arin tidak tau dengan jelas. Yang ia paham adalah ketika taehyung mengatakan rindu padanya maka dia harus ada di sampingnya dan memeluknya. Itulah yang arin lakukan untuk taehyung dulu.
.
.
.

Pagi ini kim taehyung sedang menyusuri koridor sekolah. Ia membolos, ia sangat malam masuk pelajaran hari ini. Langkahnya terhenti ketika melihat arin sedang duduk di tepi lanpangan. Ia pun menghampirinya.

"Apa yang kau lakukan disini?"

Arin kaget tiba-tiba melihat taehyung ikut duduk disampingnya.

"Tae ngapain disini?"

"Lagi bolos. Kamu ngapain? Bolos juga?"

"Tiidak! Di kelasku sekarang jam kosong."

"Aah.. tapi, shijin dimana?"

'Chh, menyebalkan'

"Tidak tau, aku tidak memperhatikannya"

"Kau kan temannya"

"Aku bukan temannya" gumam arin tapi masih bisa di dengar oleh taehyung. Tapi taehyung sedang tidak ingin membahasnya.

"Aah, mengenai pesanmu semalam.. apa maksudmu?" Tanya arin menggantik topik.

"Ah itu. Hanya rindu denganmu" ucapnya tapi tidak menatap arin.

"Apa sesuatu terjadi padamu?"

"Tidak ada"

"Chh, kau berbohong. Kalau kau tidak mau menceritakannya tidakpapa. Aku haru kembali ke kelas. Annyeong." Baru saja arin ingin berdiri tapi taehyung menahan tangannya.

"Jangan pergi.." lirihnya.

"Taaee.. kau-" belum sempat arin menyelesaikan kalimatnya taehyung langsung memeluknya dengan erat. Arin kaget. Tapi kemudian dia membalas pelukan taehyung. Ia tahu taehyung sekarang memang ada masalah, tapi ia tidak mau menceritakannya.

.
.
.

Bel pulang telah lama berbunyi, arin menunggu sang supir yang tak kunjung datang. Ia yang menunggu di halte bis dekat sekolahnya. Merasa bosan ia pun menghentak-hentakkan kakinya. Tak lama ia dapat melihat sebuah sepatu berada di depan sepatunya. Sontak ia langsung mengangkat kepalanya.

"Ooh, sunbaee.."

"Kenapa belum pulang?"

"Supirku mungkin sibuk, jadi mungkin sedikit lama"

"Pulang dengan ku saja"

"Eeh? Tidak usah, itu merepotkanmu."

"Kalau begitu aku akan menemanimu menunggu" mark pun duduk di samping arin.

"Oh ini juga merepotkan mu sunbae"

"Tidak merepotkan. Kau puas?"

"Ah mian"

"Untuk apa?"

"Merepotkan"

"Sudah ku bilang tidak"

"Sunbae kalau di lihat-lihat kau tidak secuek yang di bilang murid-murid lain"

"Hhmm? Aku memang tidak cuek.."

"Kau yakin? Sepertinya tidak. Kau sangat cuek, tapi sekarang aku mengerti satu hal. Kau tidak cuek, kau hanya butuh teman. Benarkan?" Mark terdiam mendengar perkataan arin barusan. Jujur saja yang di katakan arin itu benar. Mark kesepian, ia butuh teman. Tapi dia trauma dengan hubungan pertemanan, karna dulu saat masih junior high school ia pernah di manfaatkan oleh teman-temannya. Ia benci kalo harus mengingat kenangan buruk itu.

"Mark sunbae??" Arin melambai-lambaikan tangannya di depan wajah mark. Ia melihat mark menatap lurus dengan tatapan kosong.

PLAK

"Aakhh" ringis mark. Karena arin baru saja menamparnya.

"Apa yang kau lakukan?" Tanya mark sambil memegangi pipinya.

"Menyadarkanmu dari lamunanmu"

"Apaapaan kau, aku lebih tua darimu tapi kau berani memukulku? Kau benar-benar luar biasa"

"Salahmu, kenapa mengabaikanku. Aku tadi bertanya apakan perkataan ku tadi itu benar?"

"Tidak! Kau sok tau sekali"
'Itu berarti betul' batin arin.

"Okeoke itu tidak betul"

Pippip..

"Ah sunbae, supirku sudah datang. Aku pergi dulu. Daah!" Ucap arin melambaikan tangan.

Sementara mark masih enggan untuk pulang. Entah dia ingin menenangkan pikirannya sejenak.
.
.
.

TBC

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 14, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Waiting [Taehyung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang