Prolog

132 5 0
                                    

Meja kayu itu berbunyi berirama karena diketuk menggunakan pensil oleh seorang gadis. Sang gadis terus - menerus mengetuk pensil itu ke meja sambil menghembuskan nafasnya kasar. Ia tak menyadari bahwa daritadi seorang wanita bertubuh gempal sedang memperhatikannya.

Tukk... tuk.
Tuk..
Tuk.tukk..

"RENARA AMANDA, KELUAR!" suara menggelegar itu mengejutkan seisi ruangan. Sedangkan gadis bernama Rena itu hanya bisa tersenyum kikuk dan melesat meninggalkan kelas. Tak memperdulikan puluhan pasang mata yang sedang melihat kearahnya.

Rena berjalan gontai menyusuri koridor. Sungguh ini adalah hari buruk untuknya. Setelah tadi pagi dihukum karena datang terlambat dan juga melihat orang yang ditaksirnya sedang makan berdua dengan gadis lain saat jam istirahat. Suasana hatinya sangat buruk sekarang.

Entah kemana tujuannya kali ini, kantin tempat favoritnya kini menjadi sangat dibencinya kali ini. Langkah kaki Rena terhenti. Terhenti ditengah lapangan basket yang luas dan panas. Sama seperti hatinya saat ini. Kepalanya masih tertunduk tanpa memperdulikan sekitarnya.

"Eh awas!" teriak seseorang dibelakangnya. Gadis itu pun menoleh malas dan sebuah bola padat tepat menghantam wajahnya.

"AAAH!" Teriakan nyaring itu perlahan menghilang, bersamaan dengan ambruknya tubuh Rena di lapangan.

"Woi bangun!" seseorang mengguncang pelan tubuh Rena, namun tak ada respon yang didapat. Akhirnya Rena di bawa ke ruang kesehatan untuk segera di obati.

Sedangkan orang yang membawanya ke UKS langsung pergi meninggalkannya. Tidak ada perasaan bersalah sama sekali, meskipun dialah yang sudah melempar bola dan mengenai sang gadis hingga hidungnya berdarah.

***
Cerita pertama. Berharap vote dan comment. Tengkuu for ma readers♡
Lanjut? Comment :)

12 Months About YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang