Hari Besar

59 5 0
                                    

Sekotak cokelat, pita emas, kartu ucapan berbentuk love, dan gantungan kunci didepanku membuat aku semakin terpuruk. Aku masih tidak bisa menerima kenyataan bahwa dia menyukai orang lain. Lalu akan ku apakan cokelat dan semua hiasan ini? Aku tetap ingin memberikan coklat ini tapi... untuk apa memberikan coklat untuk seseorang yang hatinya bukan untukku. Benda pinkku terlalu keras berpikir hingga akhirnya membuat kepalaku pusing. Aku merebahkan diri di kasur dan memejamkan mata sejenak, berharap mendapat pencerahan untuk rencanaku esok hari.

Alarm mendadak berbunyi. Sial, aku tertidur. Ini pukul 2 pagi dan aku belum menghias sedikitpun cokelat itu. Di luar sepi. Aku memejamkan mata dan meyakinkan diri untuk memberikan cokelat itu kepada Derby. Namun tanpa gantungan kunci dan kartu ucapannya ku ganti menjadi bentuk persegi panjang. Sialnya lagi, aku lupa belum memberi lubang untuk pita pada kartu ucapannya dan alat pembolongnya ada di laci lemari TV yang ada di ruang keluarga.

Aku membuka pintu dengan hati-hati, berharap tidak ada salah satu anggota keluargaku yang terbangun. Gelap. Dengan setengah mengendap-endap, aku berpura-pura ke kamar mandi. Setelah itu aku berjingkat ke ruang keluarga, membuka dengan sangat perlahan laci tempat menyimpan pembolong kertas itu. Setelah berhasil membolongi kertas, aku kembali berjingkat ke kamar dan menutup pintu.

Kembali duduk termenung. Masih memandangi cokelat dengan kotak biru muda yang datang dari Belgia lima hari yang lalu, kartu ucapan persegi panjang berwarna violet yang bertuliskan 'speciale chocolade voor een spesiaal persoon', dan seuntai pita emas yang kebetulan sepaket dengan cokelatnya. Jujur, aku belum seratus persen yakin dengan apa yang akan ku lakukan. Teringat kejadian beberapa hari yang lalu di angkutan kota.

Sekelebat ingatan di Jaya Giri empat bulan yang lalu datang menghampiri. Aku masih ingat, saat aku tergeletak di tenda medis setelah aku siuman dari pingsan, Keenan menyebut nama itu. Betapa bodohnya aku yang tidak menyadari sejak dulu.

Aku melirik jam di meja belajarku. Ini masih pukul 2 lewat 15 menit. Namun aku sudah sangat mengantuk. Akhirnya aku membereskan kotak cokelat dan semua pernak-perniknya ke dalam tas. Pada pukul 5 nanti sebelum berangkat latihan, aku akan mulai menghiasnya.

"Cella," samar-samar aku mendengar suara Mama.

JREG! Rasanya aku mengalami serangan jantung kecil ketika pintu terbuka. Ya, memang suara pintu kamarku sangat berisik jika kenopnya diputar.

"Cella, kamu jadi tedo gak? Katanya tedo pagi." Aku mencoba bangkit dari kasur, meregangkan tubuh, dan lagi-lagi aku terkena serangan jantung kecil ketika melihat jarum pendek diantara angka 5 dan 6, sedangkan jarum panjang menunjuk angka 6. Celaka, aku akan terlambat.

Dengan secepat kilat aku membuka lemari, mengambil pakaian dalam, legging pendek, dan kaos hitam dengan motif batik plus lambang klub bola Manchester City tepat ditengahnya, lalu melesat ke kamar mandi.

Beberapa menit kemudian aku keluar dengan handuk disampirkan dibahu kanan. Begitu aku melirik jam dinding di ruang keluarga, jam sudah menunjukkan pukul 6 kurang 10 menit dan bisa disimpulkan: dengan sangat terpaksa aku harus menghias coklat itu secepat kilat di sekolah. Itu sangat berisiko. Bisa saja ada yang mengetahui kalau aku akan memberikan cokelat itu untuk Derby. Jangan sampai.

Entah apa yang terjadi pada Ayah. Aku tiba di sekolah tepat pukul setengah 7. Padahal Latihan baru akan dimulai 30 menit lagi. Sepulang dari Belgia Ayah selalu membawa motor dengan kecepatan tinggi. Atau mungkin seingat Ayah ini hari senin. Atau... Entahlah.

Sebenarnya situasi ini bisa aku manfaatkan untuk menghias cokelat itu. Tetapi sialnya, disini tidak ada orang satupun, benar-benar sepi. Gerbang sekolahpun digembok. Rencananya, aku akan menghias cokelat itu di terminal samping sekolah. Masa iya aku menghiasnya seorang diri. Setidaknya ada satu orang yang dapat membantuku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 29, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kisah SendiriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang