Im Yang Kang Sinkang
(Ahli Waris Sepasang Pendekar) Kerajaan Song telah aman dari serangan pasukan
mongol.Semua rakyat bersuka cita merayakan
kemenangan.
Nama Kwee Ceng dan Yo Ko melambung tertiup oleh
jasa-jasa yang telah di abdikan pada bangsa dan
negara.Mereka semua lantas berkumpul di puncak Hoashan untuk menyembahyangi kedua rekan,guru
dan ayah.sekaligus menetapkan Lima jago,Dua jago
Lama dan Tiga jago Baru. Setelah pertemuan itu,mereka kembali ke daerah
masing-masing.
Yo Ko dan Siauw Liong Lie melakukan perjalanan
keliling tionghoa mencari tempat damai untuk
menyendiri. Tiga tahun telah berlalu..
Waktu itu musim semi,para masyarakat mulai
bercocok tanam.
Terlihat betapa sibuknya di dusun itu,mereka bahu
membahu menyelesaikan pekerjaan.
Betapa rukun dan damainya dusun itu,penduduknya tidak banyak seperti keluarga besar.apa yang
dimilikinya,boleh dipakai orang lain.
Kepala dusun pun tak segan-segan turun tanggan
bekerja bersama penduduk dusun.walaupun kepala
dusun itu tergolong masih muda,sekitar Tiga puluh
lima tahun,namun orang-orang sangat menghormatinya.hal itu disebabkan sikapnya yang
suka membantu dan merendahkan diri. Malam itu rembulan nampak bersinar terang..
Di perbatasan desa terdapat pos jaga,dimana para
warga bergiliran berjaga.
"Toako,aku dengar di desa ciangchun kemarin
diserang kawanan perampok,apakah toako mendegar
berita itu?" tanya seorang yang sedang berjaga.. "aku belum dengar soal itu,siau-te.dari manakah kau
mendengar kabar tersenut?"
"tadi siang aku ke kota untuk membeli pupuk,dijalan
bertemu penduduk ciangchun.mereka bercerita pada
ku,Toako"
"ah,kalau begitu bisa jadi desa kita juga akan tiba gilirannya,siau-te" orang itu menghela nafas,lalu
berkata lagi "ohya,apakah siau-te sudah memberi
tahukan pada kepala dusun tentang hal ini?"
"belum toako,aku baru datang lantas kemari..mungkin
toako bisa menyampaikan kabar ini pada kepla dusun"
"tentu saja,setelah selesai jaga aku akan pergi kerumah Liu-te"
Mereka berdua masih asik ngobrol tentang kawanan
perampok,walaupun ada rasa ketar ketir,kalau
kawanan perampok akan datang malam itu,namun
hanya dengan terus bicaralah obat agar tidak
mengantuk. Saat sedang asik-asiknya ngobrol,tiba-tiba terdengar
suara derap kaki orang melangkah dengan cepat
seperti berlari.
Ketika mera menoleh betapa terkejutnya mereka
melihat sekitar sembilan orang berlari dalam
kegelapan menuju arah mereka berjaga. "Toako,lekas bunyikan kentongan" perintah orang
yang lebih muda itu kepada orang yang lebih tua.
"Tookk..tookk..toookkk.....!!" suara kentongan
memecah keheningan malam.
Bertepatan dengan itu,kawanan orang yang berlari
tadi sudah tiba di depan mereka."hay,tua bangka !? Lekas suruh warga mengumpulkan upeti buat Lo-ya" Orang yang lebih tua itu gemetar melihat sembilan
perampok menghunus-hunus golok ke arah dia.
"siapak Lo-heng ini?" tanya orang yang muda itu
Perampok yang paling depan bertubuh tinggi berkumis
tebal itu tertawa keras "Ha ha ha..hay Kau buta ya?
Orang menjuluki aku 'Sia-Ong',nah lekas kumpulkan upeti kalau tidak mau mampus" perintah Kepala
perampok itu.. Belum sempat menjawab,tiba-tiba dari arah belakang
datang warga berduyun-duyun ke arah penjagaan.tak
lama mereka sudah sampai "maaf,siapakah Lo-heng
yang berkunjung ke desa kami ini?" lalu di lanjutkan
"saya kepala dusun ini,bila ada yang perlu
dibicarakan,mari silahkan Lo-heng ikut saiuya ke gubuk"