BEIB!!

15 2 0
                                    


(BIEB!) *** Awan hitam menahan laju sinar matahari, langit hitam kelam. Perlahan namun pasti rintik-rintik air berlomba-lomba jatuh kepermukaan bumi. Jatuh semakin banyak membasahi tanah menjadi hujan. Bell sekolah SMA Dirgantara berbunyi nyaring. Siswa-siswi berlarian memenuhi koridor sekolah. Nggak sedikit siswa tetap berdiri di pinggir koridor sekolah hanya demi menunggu seseorang.

"Siang barbiee..." "Halloo barbiee.." "Selamat siang barbie.."

Sapaan demi sapaan memenuhi indra pendengaran cewek berambut sebahu ini. Nina California. Cewek melankolis, numpang lahir di California. Cewek cantik, punya sebutan 'barbie'. Nggak terlalu tinggi, punya badan munggil dan mata biru. Cewek pinter tapi benci olahraga.

"Selamat siang semua.." Jawab Nina dengan senyum mengembang. Hal inimembuat cowok-cowok SMA Dirgantara berteriak heboh. Nina sangat manis. Siapa yang nggak kenal Nina, pemegang peringkat paralel satu selama dua tahun berturut-turut. "Selamat siang bieb Nikoooo." Tapi sayang, dia hanya menyukai satu orang cowok, yaitu Niko. Niko Abimanyu. Bukan bule tapi punya mata abu-abu, kulit kecoklatan, hidung mancung. Cowok brandal tapi pinter.

"Astaga Ninaaa. Lo ngerusak siang gue sumpah!" Niko bersungut-sungut. Nina bener-bener udah ngerusak siangnya yang indah. Hanya melihat wajah Nina aja udah merusak moodnya. Apalagi denger suara Nina. Bahkan Niko pernah membujuk kedua orang tuanya buat pindah rumah, hanya karena Niko ingin jauh-jauh dari seorang Nina.

"Hehehe.." kekeh Nina. "Ngapain lo senyum-senyum? Dasar sinting." Balas Niko sinis.

Nina tersenyum denger jawaban dari Niko. Pasalnya, jarang-jarang Niko merespon ucapan Nina. Karena biasanya, Niko merespon hanya dengan memandang Nina sekilas, kemudian mengedikan bahunya dan yang terakhir berlalu dari hadapan Nina. "Bieb Nikoo tungguin dong. Nina kan nggak bawa mobil. Nina nebeng boleh yaa.." Ucap Nina sambil mengerlingkan matanya. Membuat wajahnya semanis mungkin.

"Lo pikir gue tukang ojek? Ogah. Sanah pergi!" "Aish.. bieb Niko jahaaat!"

Tanpa peduli keadaan Nina, setengah berlari Niko berjalan menuju tempat parkir SMA-nya. "Si barbie teh nggak bawa mobil yah? Sinih sama akang aja atuh pulangnya." Ucap cowok berambut klimis sambil mengerlingkan mata genit.

"Tejo, Tejo. Mana mau si Nina sama lo. Mending juga gue." sinis cowok bermata sipit. "Sama aku aja barbie." Timpal cowok yang sedikit gempal. "Gue aja barbie gue.." "Hehh.. aku.."

"Eh, nggak usah. Nina bisa pulang sendiri kok. Makasih yaa. Daah semua." Ucap Nina sambil melambaikan tangannya. Walaupun Nina itu populer, tapi Nina nggak pernah sombong sama orang, apalagi sama para penggemarnya. Itulah yang membuat Nina disukai sama temen-temenya. "Daah barbie.."

**** Hari-hari berjalan seperti biasa. Setiap hari Niko masih saja diganggu sama Nina. Kemanapun, kapanpun dan dimanapun Niko berada, pasti Nina selalu membuntuti Niko. Tentu saja hal ini membuat Niko semakin risih. Nina yang selalu punya alesan supaya bisa nebeng bareng Niko. Nina yang punya cara supaya bisa deket-deket sama Niko. Nggak tanggung-tanggung Nina bahkan ngikutin Niko sampai ke kamar mandi.

Duk.. duk.. duk.. Begitu kira-kira bunyi yang timbul dari pantulan bola berwarna orange saat bergesekan dengan lapangan SMA Dirgantara.

Niko sangat kesal dan merasa sangat nggak nyaman. Gimana nggak merasa kesal, Niko risih dengan sifat penguntit dari Nina. Niko pengin bebas dan jauh-jauh dari Nina. Bukan Niko membenci Nina, Niko hanya ingin Nina bersikap biasa terhadapnya. Niko tau kalo Nina menyukainya, tapi bagi Niko bukan gini caranya. Menurutnya ini terlalu kekanak-kanakan. Niko akui Nina cantik, bahkan Niko udah suka sama Nina saat pertama kali Nina pindah kesebelah rumahnya. Nggak habis pikir, sekarang Nina tumbuh menjadi cewek cantik yang centil dan sifat penguntit yang selalu mengganggunya.

"Bieb Nikoooo.." Suara Nina menggema bercampur sama hujanyang semakin deras. Seakan nggak perduli kehadiran Nina yang memanggil namanya, Niko tetap bermain basket dibawah derasnya hujan. Dan shoot! Three point berhasil Niko dapatkan. Tepat pada saat itu, Niko tergelincir dan jatuh di tengah lapangan.

"Aaaaaaaa.. bieb Nikoooo." Seru Nina histeris. Nina panik, Nina bingung sama apa yang harus dilakukanya. Nina ingin berlari ke tengah lapangan menolong Niko. Tapi disisi lain, Nina juga nggak mau ambil resiko sama keadaan penyakit asmanya.

Seakan nggak perduli penyakit asmanya kambuh, Nina menembus derasnya hujan yang kini menghalanginya.

"Bieb Niko nggak apa-apa? Sinih Nina bantu." Nina mengulurkan tangannya buat membantu Niko berdiri, tapi dengan cepat Niko menepisnya. "Gue nggak apa-apa. Pergi lo!" ketus Niko. Niko mencoba buat berdiri sendiri tapi apa daya, lapangan licin dan kakinya sangat sakit. "Bieb Niko nggak usah dipaksain. Nina tau itu sakit, Nina bener-bener mau bantuin kok. Sinih deh Nina bantuin." "Gue bilang nggak usah ya nggak usah. Peduli apa lo sama gue?" Niko berseru kencang. Membuat telinga Nina sedikit berdengung. Mata Nina udah berkaca-kaca. "Nina perduli sama bieb Niko. Karena Nina-" belum sempat Nina melanjutkan kalimatnya. Niko udah memotong kalimat Nina dengan sinisnya "Tapi gue nggak sayang sama lo!" "Nina tau!" "Go!" "Apa? Nina nggak mau!" "Pergi! Gue bilang pergi!" Tubuh Nina melemas. Seumur hidup Nina kenal sama Niko, Niko sama sekali nggak pernah membentaknya. Nggak terasa cairan beningan dari matanya meluncur dengan derasnya. "Ckck, cengeng banget sih lo! Fine, kalo lo nggak mau pergi, gue yang bakal pergi." "Jangan!" Nina mencekal tangan Niko, mau nggak mau Niko harus menghentikan langkahnya.

Niko memandang mata Nina, air mata Nina meluncur dengan sangat derasnya. Tatapan yang menyiratkan sebuah kesedihan dan kekecewaan, Niko dapat merasakanya. Bahkan hati kecilnya ikut menangis. Tapi kebencian dan rasa kesalnya terhadap Nina udah sampai batas akhir. Udah nggak ada lagi kata toleran, perasaan kasihan, iba apalagi sayang.

"Ckck.." Niko berdecak kesal. "Lo ngapain sih? Main drama? Iya? Gue nggak suka yah sama kelakuan lo. Kelakuan lo yang selalu nguntit gue, yang buat hari-hari gue merasa nggak nyaman. Kelakuan lo yang selalu ngasih perhatian ke gue, padahal gue nggak butuh. Jadi stop ganggu hidup gue! Gue ingin tenang. Gue udah cukup sabar sama kelakuan sok barbie lo! Lo tau? Gu benci sama lo!" Niko berlalu dari hadapan Nina. Siapa sangka sebagian hati kecilnya menolak untuk mengatakan itu semua. Niko nggak tega melihat air mata Nina. Niko merasa dirinyalah manusia yang paling jahat. Ingin rasanya Niko membalikan badanya dan merengkuh tubuh mungil Nina. Tapi ego mengalahkan segalanya dan bukankah penyesalan memang selalu datang terlambat?


**** Ketika matahari telah lelah bersinar, kini saatnya sang rembulan untuk menggantikannya. nggak ada yang berbeda dari malam-malam yang sebelumya, bintang masih berdiri kokoh pada tempatnya, sang rembulan-pun masih setia menemani. Nggak ada lagi harapan buat Nina meluluhkan hati Niko. Dirinya udah cukup gagal. Bagai hantaman keras. Kata-kata Niko bener-bener udah membuat dada Nina sesak. Hatinya perih, itu adalah kata-kata paling sadis yang pernah Nina dengar. Dan itu semua keluar dari mulut Niko. Niko orang yang disayanginya, Niko orang yang dicintainya. Nina tau kalo Niko nggak menyukainya, tapi Nina nggak pernah tau kalo perasaan nggak suka Niko udah berubah jadi benci.

Kembali Nina terisak, teringat kata-kata dari Niko untuknya. Nggak ada gunanya meratapi nasib. Seakan Nina tersadar, Nina berhenti menangis. Membulatkan tekad buat melupakan Niko. Meyakinkan diri buat berhenti berharap sama harapan semu. Karena kini saatnya Nina berhenti memperjuangkan cintanya. Bagi Nina ini adalah perjuangan yang manis walau dengan akhir yang tidak begitu manis. Nina percaya takdir, mungkin memang harus begini akhirnya. Tapi Nina juga percaya, kalo jodoh itu nggak akan kemana-mana. ****


PLEASE SHARE AND COMMENT!! , THANKS FOR READING AND VISITING MY BLOG ramaadityaan.blogspot.com Follow my twitter and instagram @ramaadityaan Thanks :)

BEIB!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang