Prolog.
Remember me now, time cannot erase
I can hear your whispers in my mind
I've become what you cannot embrace
Our memory will be my lullaby***
Sing me to sleep- Alan Walker
--- --- --- --- --- --- ---Suara gelagar petir membangunkan seorang gadis kecil dari alam mimpinya. Ia perlahan mengusap pelan wajahnya berusaha memperbaiki pandangannya yang masih buram, lalu memeluk boneka beruang yang berada di dekapannya.
Sepi dan gelap.
Rupanya, orang tuanya belum pulang. Selalu saja seperti itu. Alasan yang sama etis dengan yang lain, sibuk kerja.
Ia terlonjak kaget, ketika melihat seorang anak lelaki yang sebaya dengannya sedang duduk di atas karpet, tangannya lihai melipat-lipat sesuatu dari kertas origami.
Gadis itu mendekat, lalu ia duduk berhadapan. "Kau sedang apa?"
"Membuat merpati," jawab lelaki itu tanpa mengalihkan pandangannya dari tangannya yang sedang melipat kertas itu.
"Selesai!" pekik lelaki itu girang, ia memasukkan origami berbentuk merpati itu kedalam sebuah toples berukuran besar. "Ini yang ke-1000."
Gadis itu menyatukan alisnya. "Untuk?"
"Aku akan menempelkannya di langit-langit kamarmu. Agar kau tidak merasakan kesepian lagi," jawabnya menatap lekat-lekat gadis itu.
"Untuk apa? Kau yang akan selalu menemaniku kan?"
Lelaki itu hanya tersenyum, yang sulit diartikan.
"Berjanjilah, kau tidak akan meninggalkanku," gadis itu berkata sambil menaikkan jari kelingkingnya. Ia takut kehilangan orang yang ia sayangi.
"Janji?"
"Janji."
Keduanya tersenyum simpul. Mereka baru saja berjanji untuk suatu hal yang tidak pasti.
-----
A/N:
Maaf pendek. Soalnya barusan prolog.
Sekian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Close As Strangers
Teen FictionKita berada di lingkaran yang sama. Dekat tapi serasa asing. Copyright©2016