TIGA

9.3K 784 15
                                    

VOTE DAN KOMENNYA


****

Tok... tok

Suara ketukan pintu terdengar. Arcel mengerutkan kening seraya melirik jam di tangannya. “Masuk," perintahnya.

Seorang wanita muda masuk dengan entakan heels pelan. Pria itu menunggu sampai si wanita berdiri di hadapannya. "Pagi, Pak. Saya sudah menemukan pengasuh yang Bapak minta," lapor wanita itu. Arcel mengangguk pelan. "Biarkan dia masuk."

Wanita itu mengangguk. Dia kembali melangkah ke luar ruangan untuk menemui wanita yang ia bicarakan tadi.

"Via, ayo masuk. Inget, Pak Arcel suka dengan orang yang ramah dan punya sopan santun. Dan, senyum, jangan pasang wajah jutek andalan lu itu," pesannya.

Wanita itu mengangguk mengerti, lalu setelah menarik napas dalam, dia berjalan memasuki ruangan Arcel. Olivia meneguk saliva-nya dengan susah payah. Dia melangkah pelan menghampiri pria tampan yang sedang duduk manis di bangkunya itu.

"Pagi, Pak," sapa Olivia penuh basa-basi. Arcel tersenyum lalu menjulurkan tangannya, membuat wanita itu melirik tangan kekar yang terulur untuknya itu. Matanya kembali melirik wajah tampan pria yang sedang tersenyum di hadapannya itu.

"Kamu tidak ingin berjabat tangan dengan...."

"Saya Olivia Wijaya. Senang bisa bertemu dengan Bapak," sambar Olivia disertai tangannya yang juga menjabat tangan Arcel. Pria itu lagi-lagi tersenyum, entah kenapa senyuman itu membuat hatinya bergetar.

Mungkin karena wajah tampannya yang memesona, dia terlihat sangat ramah dengan senyumnya itu.
"Saya Arcel, semoga anak saya suka denganmu. Tapi, saya yakin Tania pasti menyukaimu karena saya pun menyukaimu," ujar Arcel masih dengan senyumnya yang sialan tampan.

Seketika Olivia ingin menggelepar di lantai. Jantungnya berpacu dengan cepat—gemuruh jantungnya bahkan berdengung di telinganya.

Ya Tuhan, baru sekali bertemu dengannya jantungku sudah seperti ini, apalagi jika aku tinggal bersamanya nanti! Hilang sudah detak jantungku.

*****

Jacob mengantar Olivia menuju sekolah Tania, mereka beberapa kali mengobrol. Tapi kemudian saling diam ketika bahan obrolan mereka habis.

“Kamu tunggu di sini saja, aku akan menjemput Tania di dalam,” ujar Jacob. Olivia mengangguk sebagai jawaban. Dia menunggu di dalam mobil.

“Bagaimana ini? Aku belum pernah merawat seorang anak. Bagaimana jika dia tidak menyukaiku? Bagaimana jik—”

“Siang, Aunty.” Sapaan riang seorang gadis kecil membuat Olivia yang tadinya menggerutu sendiri, menghentikan kegiatannya itu.

“Si-siang... eum, perkenalkan, aku Olivia. Kamu bisa memanggilku Ti Via.” Olivia merutuki dirinya yang gugup berkenalan dengan seorang gadis kecil.

“Baiklah, Ti Via, aku Tania.”

Olivia tersenyum melihat semangat gadis kecil berambut cokelat itu. “Tania... nama yang cantik, seperti orangnya.” Olivia menjawil pelan hidung mancung gadis kecil itu. Tania tersenyum lebar mendengarnya, dia langsung mengambil posisi duduk di pangkuan Olivia.

MINE.  #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang