II : Dia Lagi

111 19 21
                                    

Terpampang tulisan "Lantai Licin" di papan yang sengaja di taruh di lantai, tapi aku menghiraukannya tujuan ku hanyalah masuk ke kelas sebelum kakak OSIS itu masuk. 

Aku berjalan diatas lantai licin tersebut, sialnya aku kehilangan keseimbangan dan "Aaaa.." lagi lagi jeritan sialan itu keluar dari mulutku, menandakan aku sedang tidak-baik-baik-saja.

Tapi tiba-tiba.. "Hap" tangan hangat menangkapku dengan gesitnya sedangkan sepatu besarnya menahan kakiku agar aku tidak tergelincir.

"Thanks God, engkau telah mengirimkanku bantuan," batinku.

Aku segera membuka mataku, aku melihat bola mata coklat muda disana, tatapannya terasa hangat namun terlihat sedikit mengerikan, ya itu adalah bola mata milik Nathaniel. 

Aku yang tersadar dengan hal ini segera membenahi posisiku dan membenarkan posisi seragamku.

Otakku sedang bekerja mendaftar segala sumpah serapah yang akan ku katakan.

"Gue baru sadar ternyata sekolah ini sempit banget ya, lagi-lagi elo kakak kelas dodol," kataku mengawali sumpah serapah yang akan kukatakan.

"Dasar lo ya! Udah di tolongin bukannya bilang makasih malah ngatain gue dodol lagi, mendingan gue dodol daripada lo! Jelas jelas udah ada tulisan lantai licin lo malah lari kek dikejer setan," ucap Nathaniel membalas perkataanku.

"Oke makasih, gue lari bukan dikejer setan tapi gue mau cepet cepet ke kelas sebelum kakak OSIS nya dateng, kalo nggak gue bakal dihukum."

Tiba-tiba Aku dan Nathaniel tersadar akan sesuatu, aku tersadar bahwa yang sedang berhadapan denganku sekarang adalah kakak OSISnya.

Setelah beberapa menit saling bertatap tatapan aku segera berlari meninggalkan Nathaniel, sekarang tujuanku hanya satu 'Aku harus sampai ke kelas sebelum Nathaniel sampai dikelas.'

Nathaniel yang baru tersadar terhadap perkataanku kemudian mengejarku, karena langkah Nathaniel yang besar dan gesit menyebabkan Nathaniel berhasil mengejarku dan sekarang Nathaniel berada disampingku.

Nathaniel menatapku dengan tatapan gue-harus-sampe-dikelas-sebelum-Kynatha-biar-gue-bisa-ngehukum-dia. 

Setelah berhasil melewati sejuta ruangan di lorong ini, akhirnya aku sampai di depan kelasku.

Aku segera mendorong pintu kelas, begitupula Nathaniel "Jdooorr" pintu terbuka, aku melihat bahwa didalam sudah ada kakak OSIS lainnya.

"Maaf kak saya telat, tadi saya habis dari kamar mandi," ucapku sambil ngos-ngosan.

"Dia hukum aja, dia yang buat gue jadi telat," ucap Nathaniel tanpa memperhatikan keadaan sekitar.

"Udah lah kalian berdua kan sama sama telat jadi biar gue yang putusin, dan gue mutusin karna lo telat dan karna lo Nathaniel nggak bisa jadi contoh yang baik, sepulang sekolah kalian bersiin WC, oke?" kata kakak OSIS itu.

"Oke kak," jawabku enteng, berbeda dengan jawaban Nathaniel, Nathaniel menolak mati matian, tapi alhasil dia juga meng-iyakan.

***

"Teng Teng Teng" suara bel sialan itu berbunyi lagi, Oh bukan bel sialan untuk sekarang, karna bel itu, aku boleh pulang sekarang.

"Kyn, gue balik dulu ya, gue udah dijemput soalnya," kata Tasya sambil menepuk pundakku.

"Iya Tasy," balasku sambil melambaikan tangan pada Tasya.

Aku segera berlari ke kamar mandi untuk membersihkannya, agar aku bisa segera pulang.

Setengah kamar mandi sudah aku bersihkan tapi Nathaniel belum datang juga.

"Dasar cowok sialan," gerutuku.

"Siapa yang sialan?" kata seseorang yang tiba tiba muncul entah darimana.

"Ya elo lah, kenapa baru dateng sekarang coba?" jawabku setelah mengetahui bahwa seseorang itu adalah Nathaniel.

"Oh jadi gue sialan, padahal gue udah beliin lo jus stroberi," jawabnya.

"Ehh bukan gitu maksud gue, tadi gue cuma bercanda," jawabku sambil merebut jus stroberi ditangannya.

Setelah meneguk jus stroberi yang dibawakan Nathaniel hingga tersisa setengah, kemudian aku melemparkan pel ke arahnya.

"Nih"

"Apaan nih?"

"Kan gue udah bersiin sebagian, sebagiannya ya elo lah!"

"Dasar lo!, kalo lo bukan cewek dah gue abisin lo!"

"Dah ah, bye! Ngepelnya yang bersih ya," kataku cekikikan.

Aku segera keluar dari kamar mandi sialan itu dengan rasa bahagia. Aku mengeluarkan iphone ku dari kantong dan segera mengetik nama papa di kontak dan menekan tombol hijau, baru nada sambung kedua papaku sudah mengangkat.

"Halo pa? Yang jemput aku siapa?" tanyaku.

"Maaf sayang papa nggak bisa jemput kamu, papa lagi ada meeting dadakan," jawab papa yang berhasil membuat kening ku mengernyit.

"Ya udah nggak papa pah, aku naik taxi aja, da papah!" ucapku mengakhiri telfon.

Aku berjalan ke luar gerbang dan memberhentikan taxi. Saat taxi yang kutumpangi melaju aku melihat sebuah mobil keluar dari pagar sekolah, aku terus menatapnya. Bukan mobilnya yang kutatap tapi orang yang sedang menyetir mobil itu mirip dengan seseorang.

"Ah mungkin bukan," ucapku.

******

Holllaaaaa alhamdulillah part dua nya update juga...

Sebelumnya author minta maaf apabila ada kata kata yang kurang rapi, author juga masih belajar 😊😊

Jangan lupa vote, kritik, sarannya yaa..

Yogyakarta, 08/12
Chaca

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 30, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang