Part 1

86 13 14
                                    

You're all I think about when I'm awake part of every night and every day and everything's a mess when you're away now I ain't know
-sm-

"Ayolah B! 208 meter lagi" teriak Shawn sambil memperlambat kecepatan larinya. Ia menengok ke belakang dan melihat sesosok perempuan mungil dengan rambut sepunggung yang kini dikucir kuda sedang berusaha menyusulnya.

"Hhh..astaga...hhh...Shawn...hhh...a...ku...su...dah...hhh...ti...hhh...dak sanggup...la..hhh...gi..." perempuan itu, Blaire Zeenasha Espinosa, terengah-engah kesusahan mengatur napasnya sembari mengehentikan larinya.

Shawn pun menghela napas dan berlari kecil mengampiri Blaire. "Kau bilang sebelum masuk tahun ajaran baru akan berhasil mencapai 5 km. Ini bahkan belum genap 2 km dan kau sudah lelah?"

"Kau tau, 3 hari lagi kita akan menjadi senior kelas 1"

Blaire duduk di aspal dan meluruskan kakinya "Sudahlah, tidak peduli dengan 5 km lagi" kemudian menegak air yang sudah tinggal sedikit.

Shawn berdiri persis di hadapan Blaire lalu membungkuk untuk menyentuh pundaknya. "Aku bilang juga apa"

Blaire mendongak dan menatap Shawn, peluh berjatuhan dari kening cewek bermata biru safir itu. "Menurutmu apa aku akan terpilih menjadi salah satu kandidat kapten pemandu sorak tahun ini?"

Shawn berpindah dan duduk di samping Blaire.

"Ya mungkin" jawabnya dengan mengangguk.

Blaire tersenyum lebar "Kau juga pasti terpilih menjadi salah satu kandidat kapten team basket"

"Aku tidak tertarik menjadi kapten. Lagipula aku hanya bisa bermain basket, bukan mahir"

"Kau mahir Shawnie! Buktinya pertandingan awal musim panas kemarin kau berhasil mencetak 21 skor"

Shawn terbelalak "Kau menghitung berapa kali aku memasukkan bola?"

Blaire tertawa kecil "Tentu! Kau sangat hebat waktu itu. Bukan hanya waktu itu, tapi setiap waktu"

"Jangan berlebihan. Ayo kita lanjutkan! Aku ingin segera sampai rumah dan mandi" Shawn berdiri dan mengulurkan tangannya.

"Jalan kaki?" tanya Blaire.

"Lari pagi adalah lari, bukan jalan"

"Tapi aku sudah lelah, Shawn. Kau saja berlari, aku akan berjalan"

Shawn mendecakkan lidahnya "Tidak mungkin aku meninggalkanmu. Ya sudah ayo!"

Shawn pun berjongkok memunggungi Blaire.

"Ayo?" tanya Blaire bingung.

"Naiklah" jawab Shawn enteng

"Kau akan menggendongku?"

Shawn terkekeh "Tidak, aku akan menyeretmu"

"Lucu sekali" kata Blaire sarkastik seraya naik ke punggung Shawn.

"Whoaa, kau tambah..."

Blaire memukul punggung Shawn "Cepatlah! Menyebalkan!"

Shawn berdiri dan tertawa "Ringan maksudku. Jangan berprasangka buruk dulu"

"Kau jujur sekali Shawn Peter Raul Mendes" Blaire merangkulkan tangannya ke leher Shawn dan kepalanya ia senderkan di kepala belakang Shawn.

~~~

"Besok teman kecilku akan datang" kata Shawn.

Saat ini Shawn dan Blaire sedang tiduran di atap rumah Blaire melihat pemandangan malam kota Los Angeles.

"Oh yang kau ceritakan waktu itu? Siapa namanya? Camel? Camela? Camelion?"

"Cameron. Sudah 4 tahun aku tidak bertemu dengannya. Seperti apa ya dia sekarang?" Shawn merubah posisi tidurnya menjadi menghadap Blaire.

"Memang dulu dia seperti apa?" Blaire tetap memandangi lampu-lampu kota.

"Dulu...Dia anak laki-laki paling jahil yang pernah ku kenal. Dia seringkali mengerjai teman" sekelas kami. Dia bahkan tidak segan untuk mengerjai guru. Dia pernah menaruh 7 permen karet di dalam tas guru matematika kami. Yah memang waktu itu si guru sangatlah killer. Tapi itu keterlaluan bukan? Cam juga pernah menaruh daun-daun gugur di dalam tas salah satu murid perempuan yang manja. Dia bahkan pernah membasahi sepatu petugas kebersihan. Astaga apa sekarang dia masih sejahil itu?" cerita Shawn sambil terkekeh mengenang hal-hal itu.

Blaire pun ikut terkekeh sambil mengubah posisinya menghadap Shawn. "Pasti penampilannya LOL"

"Dulu dia berbehel. Kami lebih tepatnya. Yah kau tahulah bagaimana aku saat awal-awal masuk SMP"

Blair menepuk jidat Shawn "Tapi sekarang kau berubah Shawnie. Puberty goals hit you"

"Maybe puberty goals hit him too. Dia dulu yaah bisa dibilang sepertiku. Culun dan 'nggak' banget"

"Kau jujur sekali mengatakan seperti apa dirimu dulu" Blaire tertawa.

"Oh jelas! Aku tidak pernah malu seperti apa dulu. Karena orang pasti punya masa lalu yang membuat seseorang itu belajar agar menjadi manusia yang lebih baik" Shawn tersenyum penuh makna.

"Huft...Mulai lagi ceramahnya Mr. Mendes" kata Blaire seraya memutar kedua bola matanya.

Shawn tertawa dan mencubit pipi kanan Blaire.

"Lebih baik kau pulang. Sudah malam Shawn" Blaire bangkit dan menyugar rambutnya.

"Baiklah. Besok aku akan menjemput Cam di bandara, kau ikut?" tanya Shawn seraya duduk.

"Aku besok harus mengantar Matt. Dia sudah membuatku berjanji akan menemaninya pergi"

"Ke mana?"

Blaire mengedikkan bahunya "Entahlah"

Shawn menggigit bibir bawahnya seraya mengangguk mengerti. Matt, kakak Blaire, pasti akan membawanya memutari LA tanpa tujuan yang jelas untuk mengisi liburan yang sebentar lagi akan tiada.

"Ayo turun" Shawn memposisikan tubuhnya dan kakinya menginjak anak tangga paling atas seraya mengulurkan tangannya.

"Kau duluan" jawab Blaire.

Ketika mereka sudah sampai di bawah, Blaire membersihkan bajunya yang terkena debu-debu. Shawn menyentuh pipi Blaire dan menariknya mendekati wajahnya. Shawn menunduk dan mencium Blaire. Blaire membalasnya seraya memeluk leher Shawn.

"Aku mencintaimu, B" bisik Shawn setelah melepas ciumannya.

"Aku juga mencintaimu, Shawn. Berjanjilah takkan membiarkanku kesepian"

"Aku selalu menepati itu sebelum kau memintaku berjanji, B" Shawn memeluk Blaire erat.

Hi guys, ini cerita pertamaku, jadi maaf kalo radak absurd wkwk

Part 1 dikit aja gpp yaah, next time bakal panjang kok ehe

Jangan lupa voments ya.. Love you all ❤️

The WeightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang