Party

23 4 1
                                    

Menjelang sore, mereka mulai berdatangan ke halaman kampus tersebut. Rasa rindu, persahabatan dan kenangan yang terbungkus mengiringi langkah mereka kemari. Kebanyakan di antara mereka merupakan alumni dan mahasiswa kampus tersebut. Aku hadir disana namun bukan keduanya. Ya, aku bukanlah alumni dan mahasiswa di kampus tersebut. Akupun ragu sebenarnya aku itu siapa. Yang aku tahu aku Ikut larut dalam keramaian mereka.

Tepat pukul 6 sore aku mulai melangkah ke lapangan. Beberapa di antara mereka tersenyum kepadaku. Dengan enggan aku membalas senyuman mereka. Senyuman mereka bukan yang aku tunggu. Pikiranku bukan tertuju di tempat ini. bukan pada acara ini. Aku hanya ingin bertemu dengan dia yang berjanji akan menemuiku malam ini di tempat ini.

Senja tak lagi mampu ditahan. Tak terlihat pertanda ia akan datang. Aku menarik diri dari keramaian. Sambil duduk aku mengambil handphoneku. "Hai sayang, kamu dimana? Kamu jadi datang? " tulisku dengan gelisah. Satu, dua, lima, tigapuluh menit aku menunggu tidak ada getaran pertanda balasan pesanku itu. Mulai menyerah aku duduk menunggu tanpa kepastian. Duduk di antara mereka yang sedang berduaan, mataku tertuju orang-orang yang berpasangan menikmati suasana di lapangan. "Hari yang menyebalkan" gerutuku. " Aku lelah! " sambil mulai berjalan tanpa semangat mencari minuman.

Nama perempuan itu Dee. Perempuan yang aku cintai. Polos, imut, ceria, namun agak disayangkan masih sangat manja dan kurang mandiri. Mamanya sangat memanjakannya. Tidak pernah mamanya membiarkan anak gadisnya itu untuk masuk ke dapur. Sekadar menyalakan api kompor saja dia tidak bisa. Memang tidak bisa disalahkan sepenuhnya. Mamanya sangat protektif. Ke kampus saja yang hanya berjarak 500 meter tidak boleh pergi sendiri.

"Hai sayang, kapan kita ketemu? Sudah 5 bulan loh kita tidak ketemu. " sapaku lewat line. Malam itu tepat monthsary kami yang ke 5 bulan. Kami hanya mampu berhubungan via line. Padahal, jarak di antara kami tidak lebih dari 5 kilometer. Aneh memang. Tapi itu faktanya. Hubungan kami seperti pasangan Long distance relationship. Kami LDR bukan karena jarak. Karena orangtuanya sangat protektif dan kamipun backstreet. Hidupnya tidak bisa jauh dari jangkauan mata mamanya. Nasib memang.

"Ya sayang, aku dateng kok ke pensi itu." Jawabnya memberikan aku harapan. "Janji ya?" tanyaku memastikan jawabannya. "Iya sayang. Janji kok" balasnya

�����t�VIx�P

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 10, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

relationship lessthan 5 kmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang