Terima Kasih, Ibu Kantin

329 2 1
                                    


Di Persama ada salah satu acara namanya Jurit Malam. Dimana semua murid dibangunkan tengah malam dan langsung disuruh berkumpul dilapangan membawa peralatan yang sudah diberi tahu. Kita harus mengitari untuk melewati pos-pos yang sudah dibuat. Disitu kita harus menyebrangi sungai yang arusnya lumayan deras, melewati hutan tengah malam yang gelap dan sangat dingin, melakukan hal-hal yang tidak manusiawi seperti ngomong sama pohon, dan diomelin karena hal-hal yang gak jelas, serta ada setan pura-pura yang sengaja dibuat untuk menakuti semua murid.

Disitu kita dibagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari semua kelas. Dulu, aku sangat berharap jika aku akan satu kelompok dengan Ajun, Pacarku, biar kalo aku takut ada yang jagain gitu. Tapi ternyata sayangnya, aku gak dapet satu kelompok sama Ajun padahal aku pengen. Dan ternyata seseorang disana juga ada yang sangat ingin sekelompok denganku, tapi dia juga gak beruntung.

Pulang dari acara Persama, aku sangat lelah dan langsung tidur lama bangeet. Aku tidur dari minggu sore dan baru bangun senin pagi. Karena ngerasa badan gak enak banget alias pegel-pegel aku memutuskan untuk tidak masuk sekolah. Dan Ibuku juga merasa aku harus istirahat dulu hari ini. Aku ngecheck hp berharap ada sms dari Ajun, tapi ternyata enggak. Ajun gak ngabarin aku sama sekali. Tapi aku positif thinking mungkin dia nggak ada pulsa?

Sampai malam pun, Ajun juga tidak kunjung SMS. Akhirnya aku putuskan untuk nelpon Ajun. Hpnya aktif, tapi telepon dariku tidak juga ia angkat. Aku sms dia:

"Jun, angkat telpon akuu."

Lalu aku coba untuk telpon dia lagi. Dan ternyata hpnya tidak aktif.

Disitu aku bingung, apa aku ada salah? Apa ajun marah? Kalo marah, emangnya aku ngapain? Terus, aku harus gimana?

Aku mutusin untuk diam, barangkali nanti setelah marahnya reda dia bakal ngehubungin aku. Ternyata bener, dia ngehubungin aku. Tapi aku gak senang, aku sedih. Karena tiba-tiba dia mutusin aku dengan alesan mau fokus belajar. Padahal selama ini, aku gak pernah ganggu dia kalo misalnya dia izin mau belajar. Disitu aku sedih, kesel, terus nangis. Tapi nangisnya gak lama, karena Ajun gak worth it untuk aku sedihin. Nah setelah itu, aku udah jadi Hani yang biasa, udah gakada cowok yang aku sukain. Aku lebih fokus untuk ulangan, karena memang sebentar lagi Ulangan Kenaikan Kelas akan berlangsung. Setelah ulangan akan ada pembagian Raport. Lalu murid diliburkan 2 minggu. Dan here i am, sedang mendapatkan hukuman karena tidak membawa gesper dihari pertama masuk menjadi siswi kelas 2.

Dimas masih tetap diam seperti pertama kali dia berdiri disampingku. Sesekali dia mengelap keringat dikepalanya. Hari ini memang matahari sangat terik. Aku hanya berharap agar upacara segera selesai dan aku bisa langsung masuk kekelas untuk bertemu dengan teman-temanku. Agar aku tidak lagi masuk kedalam situasi aneh seperti ini, tidak dapat berkutik karena disampingku ada Dimas. Sebenernya sebelum ada Dimas juga aku hanya diam, tapi gak tau kenapa pas Dimas disampingku, aku malah tambah bingung harus diam kayak gimana. Kamu bingung kan? Sama, aku juga.

Akhirnya upacara selesai, dan semua murid dipersilahkan untuk masuk kekelasnya masing-masing. Kecuali kami, 7 murid yang tidak disiplin karena tidak membawa atribut upacara. Terlihat Pak Ardi datang untuk menghampiri kami, siap memberikan omelan dan hukuman. Biasanya, siswa yang tidak membawa atribut hanya akan ditulis nama dan kelasnya lalu boleh langsung kekelas. Tapi hari ini beda, kami harus mengitari lapangan sekolah 3 kali. Kalian harus tau, lapangan sekolahku gede banget.

"Mampus lah, 1 puteran aja udah ngos-ngosan." Celetuk aku tiba-tiba.

Hukuman dimulai. Dan bener saja, baru 1 puteran aku sudah merasa sangat capek. Mana disitu aku cewek sendiri, buat cowok mah itu sedikit. Yang lain sudah mau puteran ketiga, sedangkan aku baru mau puteran kedua. Tiba-tiba Dimas lari disampingku, aku gaktau langkahnya sengaja disamakan atau memang dia juga sudah capek. Tapi aku tidak terlalu memedulikannya. Sampai ketika aku tinggal 1 puteran lagi, dan Dimas harusnya sudah selesai menjalani hukumannya. Tapi ternyata dia tetap berlari bersamaku.

"Eh kok lagi? Bukannya udah?" aku memberanikan diri untuk bertanya.

"Belum capek."

"Oh." Padahal sebenernya aku bingung banget sama jawaban Dimas. Padahal harusnya dia udah balik kekelas. Padahal harusnya cuman tersisa aku sendiri aja yang lari dilapangan. Padahal aku pengen nanya lagi, tapi cuman 'Oh' yang bisa keluar dari mulutku.

Dimas masih sama posisinya, tetap diam sambil berlari disampingku. Aku bingung harus senang atau biasa aja. Sampai aku sudah menyelesaikan hukuman berlari 3 putaran yang membuat badanku sekarang penuh dengan keringat, ternyata Dimas juga tidak melanjutkan larinya lagi. Mungkin dia sudah capek. Aku mutusin buat duduk sebentar dipinggir lapangan, sambil meluruskan kakiku. Dimas juga sama, tapi agak jauh jaraknya denganku.

"capeek." Aku mengeluh sambil memijit-mijit kakiku yang mulai kerasa pegalnya. Sementara Dimas sudah berdiri dan meninggalkan aku sendirian. Memang, diantara teman-temanku, aku yang paling gampang capek. Misalnya cuman naik tangga kelantai 3 biasanya aku udah ngos-ngosan duluan. Makanya teman-teman aku sering memanggil aku dengan sebutan "nenek".

"Ambil." Dimas tiba tiba menghampiriku dan membawa minuman dingin yang sepertinya mau diberikan kepadaku.

"Tadi ibu kantin gak ada kembalian. Jadi gue beli 2. Ambil." Katanya lagi

"Oh, makasih.." Balasku sambil mengambil minuman ditangannya, dan tak lupa memberikan senyuman.

"Gue duluan, Han." Katanya lagi sambil pergi kearah tangga. Sepertinya dia ingin balik kekelas.

Syukurlah. Jadi aku gak perlu buat beli minuman kekantin. But wait, tadi Dimas baru aja manggil nama aku? Han? Bener kan berarti selama ini dia tau nama aku. Hehe, Terima Kasih, Dimas. Udah menyelamatkan tenggorakan aku yang lagi dilanda kehausan. Terima Kasih, Ibu Kantin, karena Ibu aku jadi punya sedikit obrolan dengan Dimas.

"{T�7��

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 11, 2016 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Terima Kasih, Kamu.Where stories live. Discover now