Pernah gak sih, saat kalian mau nonton film kesukaan kalian di tv, eh malah mati lampu.
Kan nyebelin!.
Dan aku sedang ngerasani itu.
Dari tadi aku gak berhenti-henti menengok jam dinding, nge-cek kalo film kesukaan aku belum habis. Semoga aja leher aku gak patah karna itu.
Dan yang lebih nyebelin lagi, saat mati lampu kayak gini ponsel kesayanganku sudah sekarat dan akhirnya mati. Karna itu, aku gak bisa lakukan apapun.
Kan nyebelin!(2).
"Berhenti lihat jam terus. Nanti jam-nya rusak karna tatapan kamu. Mending kamu lihati kakak aja" ucap kakak perempuanku yang sedang duduk bersila, sedang makan malam.
"Emangnya, mata aku ada lesernya. Lagipula, ngapain juga aku liat kau lagi makan"sahutku.
"Gak sopan banget jadi adek! Panggil aku kakak!" sahutnya dengan mata melotot. Dan bertepatan dengan itu, suara geledek mengejutkanku.
"Iya!" jawabku.
Setelah mengatakan itu, tidak ada lagi percakapan dia antara kami. Kami sibuk dengan pekerjaan kami masing-masing. Kakak yang sibuk makan malam dengan lauk ikan goreng dan sambel ABC. Dan aku yang sibuk melihat jam dinding pujaanku.
Untung aja kami pakai lampu emergency, kalo enggak aku gak bisa lihat jam karna terlalu gelap dan mungkin kakak gak akan nemui jalan untuk suapin nasi ke mulutnya.
Saat aku kembali melihat jam, ternyata sekarang sudah jam 20.30. Tapi lampu belum hidup juga.
Keadaan kayak gini yang aku benci. Malam hari turun ujan, deres pulak, ditambah mati lampu, plus cuma berdua dengan kakak nyebelin di rumah.
Penderitaan yang sempurna!
Saat jam 20.45, akhirnya hujan berhenti. Tapi lampu belum hidup. Jadi aku terus nunggu, dengan menopang dagu, memperlihatkan wajah cemberut, saat kakak masuk ke ruang tengah, membawa lilin.
"Ya elah, dari tadi cemberut aja. Nanti ilang cantiknya" ucap kakak
"Biarin!" jawabku ketus "Kenapa juga sih, kalo ujan pasti mati lampu, terus waktu ujan-nya berhenti lampu malah belum hidup. Aku kan bosen! Aku mau nonton! "
Kakak menghela napas, "Ya sudah, jangan kesel lagi. Kakak punya cara biar kamu gak bosen lagi. "
"Gimana caranya? "tanyaku heran.
Kakak tersenyum. Dia mematikan lampu emergency dan menyisakan lilin sebagai penerang. Setelah itu, dia memainkan ponselnya dan tak lama lagu Maighan Trainor - Me Too terdengar
"Sekarang ayo kita joget!" teriak kakak.
"Joget?"
"Iya! Ayo kita joget bersama!" Kakak menarik tanganku agar berdiri di sampingnya dan dia mulai bernyanyi sambil berjoget ria, mengikuti irama musik. Dia menggoyangkan tubuh kekanan dan kekiri, lompat - lompat dan nyanyi-nyanyi gak jelas.
Dan aku?
Aku hanya menjadi penonton.
"Kenapa gak joget?" tanya kakak saat lagunya selesai.
"Aku gak mau joget, nanti dikirain orang gila sama orang" jawabku.
"Emangnya siapa yang bilang kamu orang gila? "
"Memang orangnya gak ada di sini, tapi di luar sana pasti ada yang bilang aku 'Gila' karna joget dan nyanyi gak jelas saat mati lampu " kataku sambil menunjuk ke keluar.
"Lagipula, kenapa sih kakak suka banget joget-joget kayak gini? Kita kan lagi mati lampu" tanyaku.
"Karna sekarang mati lampu lah kakak suka" jawab kakak.
"Kakak suka kalo mati lampu? Kakak suka kalo gak ada listrik dan gelap-gelapan kayak gini?" tanyaku heran.
"Iya! Kamu tau kenapa? "
Aku menggelengkan kepala.
"Karena saat mati lampu saja kakak bisa ngelupain masalah kakak di sekolah dan bisa bersenang-senang tanpa beban. Karna saat mati lampu kakak merasa bebas. Dan kakak gak malu dibilang orang gila. Biarlah orang berkata apa. Karna sekarang kakak bisa jadi diri sendiri." jelas kakak.
Dan jawaban dari kakak membuatku berpikir dua kali.
Aku yang menganggap mati lampu itu nyebelin, ternyata kakak malah menyukainya. Aneh. Dia kakak teraneh yang pernah aku miliki.
Tapi inilah kakak.
Seharusnya aku maklumi itu.
Seharusnya aku tau perilaku kakak.
Dia yang kalo lagi kesel akan teriak-teriak gak jelas di kamarnya. Dia yang kalo marah akan menghancurkan seisi kamarnya dan kalo lagi seneng gak akan berhenti senyum. Dia yang kalo lagi ngambek akan ngurung diri di kamar.
Dia yang suka nangis karna hal sepele (walau udah gede). Dia yang udah kenyang karna makan permen aja. Dia yang gak suka permen mint karna pedes. Dia yang bisa dapet rangking satu walaupun suka tidur di kelas. Dia yang akan stand by di depan tv kalo ada film korea.
Dan masih banyak lagi.
Tapi beberapa minggu ini perilaku kakak itu gak keliatan.
Apa karna sekolah barunya?
Atau karna lingkungan barunya?
Atau karna keadaan?
Tapi malam ini, dengan alasan 'Bisa jadi diri sendiri' dia mengabaikan orang yang berbicara di belakangnya dan menjadi dirinya sendiri.
"Tapi, kalo kamu gak mau joget, kakak gak mau joget juga, olehnya... "
"Aku mau kok, kak" potongku, "Asalkan jogetnya sama kakak"
Aku mengangguk.
"Kalo begitu, ayo kita joget sekarang!" Kakak menghidupkan lagu lagi dan kami berdua mulai berjoget.
Kami menghabiskan malam dengan berjoget dan bernyanyi bersama. Sudah banyak lagu yang kami putar dan kami berjoget lagi. Saat ponsel kakak lowbat, kami memutuskan untuk bermain bayang-bayang. Itu sangat menyenangkan.
Sejenak aku melupakan film kesukaanku.
Sejenak aku kembali jadi anak-anak.
Sejenak aku melupakan kekesalanku terhadap mati lampu.
Sejenak aku berpikir... Kalo mati lampu gak terlalu buruk, bahkan sangat menyenangkan jika dilalui dengan orang yang disayang.
»›Selesai«‹
Author note:
Bagaimana menurut kalian cerpen ini?
Apa ada yang kurang?
Satu lagi...
Apa yang biasa kamu lakuin kalau mati lampu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Saat Mati Lampu
Short StoryBagiku, hal yang paling menyebalkan itu, ketika mau nonton tv, eh malah mati lampu. Saat itulah aku tidak bisa ngapa-ngapain. Dan akhirnya kebosanan melanda diriku. Tapi di malam itu, saat mati lampu, bersama kakak perempuanku, aku baru sadar kalo...