First

2 1 0
                                    

Merah... Satu kata untuk menggambarkan keadaan sekitarnya. Seorang gadis kecil berdiri sambil memegang bonekanya. terbakar. Dia melihat api dimana mana, asap memenuhi ruangan.

"Ibu... Ayah...hiks hiks aku takut. Ibu.... Ayah."

"Lia!! Lia!! Ayo kita harus segera pergi." Ucap seorang lelaki paruh baya segera mengendong tubuh mungil yang sedang terisak itu.

"James! Bagaimana? Apa Lia selamat? Ah syukurlah. Tapi mereka sudah kesini james. Kita harus bagaimana." Ucap seorang wanita.

"Tak ada pilihan lain!"

Semua terjadi begitu cepat, hanya Ada sambaran kilat sebelum warna  darah menambah 'nuansa' merah pada area itu.

"L...lari..lah...L-lia" ucap james yang tubuhnya sudah setengah gosong  berusaha menggapai sesosok gadis mungil.

Semuanya terlalu cepat. Lalu, mata itu! Mata merah yang memandangnya dengan niat membunuh. Semua begitu cepat. Suara guntur kembali menggelegar.

"Lari... Lia.... LARIIIIII".

"Aaaaaaaaaaa". Seorang gadis terduduk di kasurnya.

Lia Pov

Mimpi itu lagi? Kenapa aku tak bisa melupakannya? Malam itu. Api, darah, teriakan, d-dan mata merah itu arrrrgh.

"Lia cepatlah bangun! Sarapan sudah siap"

"Iya nek" kujawab dengan nada lemas.

"Hhh" helaku pelan.

Aku memandang kamar kecilku. 'Sudah 13 tahun ya' batinku sedih saat mengingat kejadian itu.

Kulangkahkan kakiku menuju kamar mandi. Tak lama akupun sudah siap dengan pakaianku.

'Tuk, tuk, tuk" bunyi jam dinding saat aku menuruni tangga. Disitu sudah Ada nenek yang sedang menuang sup ke mangkok mangkok yang sudah tertata rapi.

"Pagi nek ^^" ucapku ceria pada nenekku.

Kulihat ia mengangguk pelan.

"Nah makanlah dulu sup mu sebelum dingin."

"Okay nek"
.
.
'
'
.
"Pagi lia!"

"Ah pagi juga tiara. Cantik seperti biasanya eh?" Ucapnya dengan nada menggoda. Kulihat ia tersipu.

"Ah Lia kamu ini bisa aja."

Oh iya kayaknya aku belum memperkenalkan diri ya? Namaku Liana cella quiry yah mungkin sedikit aneh (#efek author). Tapi biarlah btw kalian bisa manggil aku Lia aja kok.

"Sihir adalah....bla.....bla.....bla"

Kualihkan pandanganku pada guru yang sedang menjelaskan pelajaran tentang sihir. Aku tak begitu memperhatikan karena semua tentang sihir sudah lebih dari sering kubaca.

"Huffft" helaan nafas kukeluarkan sebagai perwujudan rasa bosanku.

"Psssst..pssst...oi... Lia"

Kualihkan pandangku pada tiara yang menyenggol lenganku.

"Apa?" Jawabku dengan nada malas

"Liat! Dari tadi Ray merhatiin kamu tau."

"Lha bodo amat. Nggak Ada hubungannya kali." Ucapku dengan nada cuek

"Gezzz Lia Lia. Aku heran sama kamu ya. Oh ayolah diliatin cowok paling cool di akademi ini masa kamu nggak seneng." Ucap tiara gemas

"Nggak." Jawabku dengan nada sedatar mungkin. Hello masa bodoh kalau dia mau ngeliatin. Asal nggak ganggu sih aku biasa biasa aja.

Tapi memang dua agak aneh. Kadang aku juga risih diperhatikan oleh lawan jenismu dan tatapannya seperti ingin mengulitimu hidup hidup. Oh My... Salah apa aku selama ini.

Kubereskan buku bukuku. Hanya tinggal aku dikelas. Tiara sudah pulang duluan, katanya ia Ada acara penting sore ini. Yah kumaklumi aja sih.

'srek srek'

Selama perjalanan pulang, entah kenapa aku selalu merasa diawasi. Entah hanya halusinasiku saja atau memang nyata langkah kaki terdengar dari belakangku.

'Glup' aku menelan ludah gugup saat langkah itu terdengar lebih keras.

'Ayolah Kau pasti bisa....1...2..''

"Eh?" Aku hanya melongo heran saat melihat tak ada siapapun dibelakangku.

"Uaaaaa neneeeeeeek" aku berlari kencang ke arah pondokku ralat pondok nenekku yang letaknya umm memang ditengah hutan.

"Hah....Hah... Hah...." Nafasku terengah engah. Kulihat pondok tampak sepi. Tak ada asap yang biasa keluar dari cerobong di dapur.

"Nenek?" Ucapku pelan

Aku mulai melangkah perlahan menaiki tangga pondok nenek.

'Krieeeet' kubuka perlahan pintu pondok yang memang tidak pernah dikunci.

'Deg'

"N-nenek!!"

Tidak! Apa yang terjadi! D-darah? N-nenekku?

"A-apa yang terjadi?"

Kurasakan darah mengalir ke kakiku.

"Darah?"
.
.
.
.
.
In other place

"Hmm, kuharap kau menyukai hadiahku honey"

Mata itu menatap sinis lukisan seorang gadis..







Huahhh m-maafkan cerita yang super gaje ini. Um Author cuma dapet ide tiba tiba. Huahhh namanya aneh? Maafkan daku. S-soalnya nggak punya ide. Maafkan diriku. T-tapi mohon vote dan comment nya sekali lagi mohon bantuannya. Pay pay

 Where Is My Place?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang