Aku terbangun dan membuka mata serta langsung bergegas mandi. Kebetulan aku mandi di kamar mandi kosan ku, karena kalo mandi di Ancol itu kejauhan dan aku juga lagi malas. Selesai mandi aku langsung pakai pakaian dan langsung memesan ojek online untuk meminta ke mas ojeknya antarkan aku ke Stasiun Gambir, tentunya mas ojeknya mau karena aku bayar.Sekitar pukul 3 kurang aku sudah di gerbang stasiun Gambir. Yang harus kalian tau, itu adalah hari pertama aku naik Kereta Api asli, karena dulu aku pernah naik Kereta Api juga tapi Kereta bohongan. Aku masuk dan langsung melihat sekeliling, melihat apa yang sedang orang orang lakukan dan aku akan mencontohnya jika menurut ku itu perlu. Aku check-in dengan mengetik kode booking tiket kereta api tujuan Bandung yang sudah aku beli semalam, harga nya 120 ribu. Boarding Pass keluar dan aku ambil, ya, disitu ada nama aku dan tujuan kereta. Gambir ke Bandung, Argo Parahayangan.
Menunggu selama 20 menit diantara orang orang yang memiliki wajah rindu keluarga, ya aku tau itu karena aku juga mendengar pembicaraan seorang bapak disebelah ku yang mengatakan "Iyaa ma, papa juga rindu, nanti jam 8 papa sampai Bandung". Tidak ada maksud untuk mengupingi pembicaraan mesra bapak itu, tapi suara bapak itu memaksa aku untuk mendengarkan pembicaraan dirinya yang diakhiri dengan "Papa sayang Mama", syukurlah tidak ada "mmuaachh" disitu.
Kereta Api yang akan aku duduki kursi nya sudah sampai di Gambir, dan kami yang menunggu kedatangan kereta api itu mempersilahkan dulu orang orang yang ada di dalam kereta api tersebut untuk turun. Semua penumpang tujuan Jakarta sudah turun, sudah saatnya kami akan masuk ke Kereta Api tersebut. Aku masuk lewat pintu dan mencari kursi aku, ooh maaf bukan kursi aku, itu kursi milik PT KAI tapi sudah aku sewa dengan harga 120 ribu biar aku bisa duduk selama di dalam kereta yang akan mengantar aku ke Stasiun Bandung.
Aku duduk sambil membaca bukunya Ayah Pidi yang dicovernya tertulis Drunken Monster, tentunya sambil mendengarkan musik dari headsetku yang terhubung ke hp. Tak lama setelah itu, seorang bapak dengan gaya nya yang trendy menurut ku, duduk disebelah aku. Tentunya dia punya hak duduk disitu karena dia sudah menyewa kursi itu dari PT KAI dengan harga yang sama dengan ku mungkin.
Dengan lagaknya orang Indonesia, aku menoleh ke bapak itu dan memberikan sebuah senyuman dengan percikan ucapan "Paak". Tentu dia membalas senyumkan yang gratis tanpa potongan pajak itu. Setelah itu tak ada percakapan yang berarti antara aku dan bapak itu.
Kereta mulai berjalan di atas rel nya, aku melihat dari kaca dan memandang keluar sambil berdoa didalam hati "Ya Allah, ini adalah pertama kalinya aku naik Kereta Api, maka dari itu lindungilah Aku dan seluruh penumpang sampai kami ke tujuan dengan aman, Aamiin".
Kereta semakin kencang dan aku mengarahkan mata ku ke sekeliling ruangan kereta itu, banyak orang ternyata, bukan hanya aku dan bapak trendy yang disebelah ku. Mereka sibuk dengan aktivitasnya sendiri selama didalam kereta, ada yang makan, ada yang mondar mandir ke kamar kecil, ada anak anak yang memanggil ayahnya dengan keras untuk minta makanan. Aku tau anak itu pasti akrab dengan ayahnya yang berbaju kemeja biru itu. Bagaimana aku tau dia adalah ayah dari anak itu? Karena aku mendengar dengan kuping ku sendiri saat anak itu mengatakan "Papaaa... Ambilkan aku Chitato itu". Dengan itu aku yakin bahwa Bapak berkemeja biru itu adalah Ayah dari anak yang meminta makanan itu, tanpa harus di tes DNA nya.
1 jam perjalanan, aku mulai merasa lapar. Aku keluarkan snack yang aku beli tadi dari tas aku. Aku buka dan tentunya aku basa basi untuk menawarkan snack itu ke si Bapak Trendy. Sebenarnya aku ingin memberitahu kenapa aku sebut dia Bapak Trendy yang memakai kacamata hitam, baju kaus v neck, celana jeans sobek lutut dan sepatu sneackernya itu, tapi percuma, kalian sudah tau sekarang. Si Bapak Trendy menganggap basa basi ku serius, iya mengambil snack yang aku tawarkan, bukan semua, hanya sedikit, karena kalo dia ambil semua pasti aku minta bayar.
"Mau kemana mas?" Tanya si Bapak Trendy.
"Hmm mau ke Palembang Pak" Jawabku sambil mengunyah makanan dan sedikit mengayunkan badanku kedepan berharap aku bisa bersikap sopan.
"Hah Palembang? Ini kan keretanya ke Bandung?"Tanyanya lagi.
"Ooh iya ya pak? Yaudah kalo gitu nanti saya dari Bandung naik pesawat aja deh ke Palembang" dengan wajah yang sedikit kecewa.
Si Bapak Trendy hanya terdiam."Haduh dibohongin aku" gumamku dengan suara yang kecil.
"Dibohongin siapa mas?" tanya Bapak Trendy yang ternyata mendengar suara aku.
"Dibohongin teman pak, tadi katanya kalo mau ke Palembang naik Kereta ini bisa lebih cepet" jawabku.
"Wah temen mas bercandanya kelewatan tuh"
"Tapi pak ini benar ke Bandung?"
"Iyaa benar mas"
"Di Bandung ada Bandara kan pak?"
"Hmmm ada mas"
"Yasudah pak, nanti saya naik Pesawat aja ke Palembang"
Si Bapak Trendy hanya mengangguk dan langsung menggunakan headsetnya kembali, aku pikir itu adalah caranya agar aku tidak membuat obrolan dengan dia. Biarlah.Aku tidur beberapa saat dan terbangun saat ada suara perempuan dari dalam gerbong yang memberi tau kalau sebentar lagi sudah sampai stasiun Bandung dan kami disuruh mempersiapkan diri agar tidak ada barang kami yang tertinggal atau tertukar, sungguh mulia yang dilakukan perempuan suruhan PT KAI itu.
Kereta berhenti di Stasiun Bandung dan semua penumpang turun termasuk aku dan Bapak Trendy itu. Namun sayangnya aku tidak menemukan Bapak Trendy itu lagi setelah turun dari kereta, entahlah dia kemana, yang pasti dia tidak akan ke Bandara untuk mengantarkan aku yang ingin ke Palembang padahal itu semua bohong. Maafkan aku Bapak Trendy, semoga amal dan kesabaranmu diterima oleh Allah, Aamiin.
Jakarta - Bandung, 25 November 2016

YOU ARE READING
Bapak Trendy di Kereta Perdana
Short StoryKisahku di perjalanan Jakarta - Bandung dengan Kereta Api