dear future husband

57 2 0
                                    

Aku tidak tahu kamu siapa. Berasal dari mana, namamu siapa. Semua masih disimpan oleh Allah. Entah kamu itu mantan pacarku, temanku atau malah aku tidak mengenalmu. Apa kamu sama orang lain sekarang? Atau kamu yang sekarang sedang bersamaku? Jika iya, maka bacalah ini

Siapapun kamu nanti semoga kamu yang terbaik. Aku berharap keluargamu bisa menerimaku dengan baik. Nanti aku berusaha buat ambil hati keluargamu kok.

Aku disini lagi memantaskan diri buat jadi pendamping kamu, buat jadi ibu dari anak anak kamu. Aku nanti akan berusaha jadi ibu yang bisa jadi madrasah buat anak anak kita. Aku sekolah tinggi untuk anak kita, anak kita pantas untuk lahir di rahim ibu yang cerdas.

Pasti seru ya. Setiap pagi wajah kamu yang pertama kali aku liat, liat senyum kamu, dan orang yang menerima ciuman pagimu. Siapin kamu sarapan, bikinin kopi, siapin baju kerja kamu. Kita berangkat kerja bareng walaupun tempat kerja kita beda, ngerencanain liburan akhir pekan. Sampai nanti aku tunggu kamu dirumah sembari siapin makanan buat kamu. Menyambut kamu dengan senyuman, gimana kamu sampai rumah langsung meluk aku dan bilang bahwa kamu merindukanku. Cerita tentang kegiatan kita ditempat kerja.

Aku tipe orang yang tidak bisa tidur tanpa pendingin. Aku juga tipe orang yang susah untuk tidur dibawah jam 12 malam. Sayang, bisakah kau memelukku? Siapa tau aku cepat terlelap. Sayang, jangan membentakku bila aku salah, aku tipe orang yang tidak bisa dibentak.

Kita sholat berjamaah, sekalian ngaji. Saling benerin cara baca Al-Qur'an. Kalau bisa kita juga hafalin Al-Qur'an bareng, muraja'ah bareng. Kita sama sama deketin diri kita kepadaNya. Kita niatkan diri kita menikah semata mata untuk ibadah.

Tapi, bolehkan aku bekerja? Atau melanjutkan sekolahku ke jenjang selanjutnya. Aku ingin mengejar karirku sayang. Aku janji tidak akan bekerja melebihi jam kerjamu.

Nanti jika aku hamil, di saat perutku membesar dan mulai menyiksaku aku akan berhenti bekerja. Tapi sayang, bolehkah aku membuka usaha? Agar aku tidak hanya meminta uang bulanan dari kamu? Jadi, semua kebutuhan kita yang menanggungnya. Maaf bila aku hamil nanti menjadi lebih manja, lebih malas, dan merepotkanmu. Bolehkah aku mendesain kamar anakku sendiri? Nanti urusan nama kita cari kesepakatan bersama. Aku ingin anak kita kembar, kalau bisa cowok cowok. Biar nanti saat mereka punya adik perempuan, mereka saling membantu untuk menjaganya.

Aku ingin dipanggil bunda. Karena menurutku bunda memiliki kasih sayang yang begitu besar untuk anak anaknya, tanpa pilih kasih. Sayang, kita besarkan anak kita sama sama ya. Kalau bisa kita beri pendidikan yang tinggi dan ternama untuk anak kita. Jangan khawatir untuk biaya sayang, karena aku akan membantumu.

Setiap bulan kita ajak anak anak untuk jalan jalan, setiap minggu kita usahakan untuk berkumpul dirumah. Makan bersama anak anak, membantu untuk mengerjakan tugas rumah mereka. Kita usahakan agar anak anak betah dirumah. Jangan sampai membentak mereka, cukup peringatkan jika mereka salah. Kita hanya perlu tegas dalam mendidik.

Kita ajarkan anak anak agama yang baik ya sayang. Kita sama sama mendidik mereka. Kita ajarkan mereka untuk menghafal dan memaknai isi kandungan Al-Qur'an. Agar mereka cinta terhadap kitabnya. Agar mereka menjadi anak yang berguna.

Kita sama sama menghabiskan masa tua, dimana kita mengobrol berdua, menunggu anak anak kita pulang dengan membawa menantu dan cucu cucu kita. Kita bersama hingga rambut ini memutih, dan gigi ini habis. Tapi aku berharap Allah mengambil nyawaku sehari sebelum kamu meninggal, agar hari hariku selalu bersamamu sayang.

Sayang, entah siapa kamu nantinya. Semoga kamu adalah yang aku harapkan saat ini, yang sedang aku tunggu kemapananmu. Kita hadapi semua bersama nantinya. Maaf bila nanti ditengah perjalanan aku menyerah. Teruslah memberiku semangat hingga aku mau untuk berjuang bersamamu dan meneruskan ke hubungan yang lebih serius.

Sayang, jika nanti orang tuamu tidak menyukaiku dan lebih menyukai orang lain. Tidak apa apa, jangan melawan mereka sayang. Mereka orang tuamu, itu adalah tugasku untuk bersabar dan mengambil hati mereka.

Tunggu aku sampai aku bisa menyekolahkan adikku dan sampai kamu mapan. Kita akan bersama dalam satu ikatan sakral dan akan berakhir sampai salah satu dari kita diambil oleh Allah.

Coretan Sebuah PenaWhere stories live. Discover now