Kadang lucu ya, dengan kata "nyaman" kita jadi merasa memiliki. Padahal cuma aku yang nyaman, sementara dia engga. Aku merasa nyaman tanpa tau tempat itu aman atau tidak.
Maaf ya baru balik aktif lagi udah curhat aja. Ya mau gimana, bingung mau cerita ke siapa.
Kalau ditanya suka sama dia jawabannya belum. Orang mungkin mengira, udah nyaman pasti suka dong? Tapi nyatanya memang engga.
Tapi tau ngga sih, rasa nyaman bisa lebih menyeramkan daripada rasa suka. Pas kita suka sama orang, kenal atau tidak yaudah aja gitu. Tapi kalau nyaman kita jadi pengen selalu disekitar dia, terbiasa dengan adanya dia dan parahnya dengan rasa terbiasa itu kita akan merasa kehilangan.
Aku kadang nyesel, kenapa sih harus jadi cewek yang gampang banget buat nyaman sama orang, gampang banget buat percaya sama orang padahal udah tau ujung-ujungnya bakalan kecewa.
Yaudah lah ya. Kita gapernah tau sedetik lagi, semenit lagi bahkan seabad lagi bakalan ketemu sama siapa, kenalan sama siapa dan nyaman sama siapa. Kita gapernah bisa milih perihal rasa.
Kalau rasa bisa milih, mungkin aku lebih milih buat ngga naruh rasa ke siapapun sebelum aku tau dia serius atau engga, sebelum aku tau dia ada rasa atau engga.
Mungkin kalian penasaran, dia siapa sih? Aku ngga akan membahasnya disini, menurutku terlalu frontal kalau aku bahas dia. Biar hanya aku dan mungkin dia tau aku menulis ini untuknya.
Oiya, bisa dibilang udah berkali-kali dia bilang 'tidak' dengan halus. Bodohnya aku ngga pernah nganggep itu serius.
Kalau dibilang sekarang masih memiliki rasa "nyaman" ke dia, jawabannya iya. Tapi untuk sekarang aku mencoba buat hilangkan rasa itu untuk dia.
Kenapa nyerah? Aku bukan nyerah. Coba deh, apa semua rasa harus ketemu pasangannya? Apa rasa nyaman bisa menjamin kamu tetap aman?
Mungkin dia cuma minta untuk dekat tanpa minta untuk terikat. Kembali lagi, rasa nyaman ngga bisa milih. Kalau menurut dia nyaman sama aku bukan pilihan, aku bisa apa?
Bahagia ngga harus tentang dia kan? Ngga harus sama dia kan? Iya kan?
Aku ngga akan menyalahkan takdir yang udah mempertemukan aku dengan kamu. Aku ngga akan menyalahkan dia karena rasa "nyaman" ini. Ini semua salahku.
Aku salah mengira tentang pedulinya. Peduli itu manusiawi bukan? Semua orang harus punya rasa peduli kan? Aku aja yang terlalu menganggap pedulinya sebagai bentuk lebih.
Aku kira kisahku dengan dia rumit. Nyatanya cuma aku yang merasa rumit. Iya sebenarnya dicerita ini cuma aku yang terlalu bersemangat menjadikan dia tokoh utama. Padahal dia ngga pernah mau jadi tokoh utama.Untungnya selama ini aku membiarkan semuanya berjalan sesuai dengan alur. Tapi ngga untung juga karna tanpa sadar aku menjadikannya 'terlalu' mengikuti. Aku hanyut didalamnya sampai aku ngga tau gimana caranya berhenti. Iya, aku terlalu hanyut sampai aku terlena sama semua kepeduliannya yang harusnya lagi-lagi itu manusiawi.
Udah ya, udah ngga ada lagi tentang rasa "nyaman" ku ke dia yang perlu diceritain.
Emm... Mungkin kamu baca ini. Maaf ya udah buat kamu risih, maaf aku tiba-tiba dateng tanpa permisi, maaf aku udah merusak hari-harimu. Aku ngga bisa janji ini tulisan terakhir aku tentang kamu. Aku ngga bisa janjiin apapun ke kamu, termasuk dengan hilangnya "nyaman" ku ke kamu. Tapi, sementara aku ngga akan ada lagi di sekeliling kamu, beneran deh! Sampai kapan? Aku juga ngga tau sampai kapan. Sebelumnya aku dan kamu asing bukan? Maka akan aku buat aku dan kamu kembali asing.
Semoga kamu bahagia ya. Cari tempat yang nyaman dan aman buat kamu. Janji sama aku kamu akan baik-baik aja. Jaga kesehatanmu, aku akan minta agar semesta selalu melindungimu. Satu lagi ngga usah ngerasa bersalah sama rasaku. Seperti yang aku bilang, ngga ada yang salah perihal rasa.
Terimakasih sudah menjadi seseorang yang menyebalkan dan menyenangkan dalam satu waktu, terimakasih sudah mau menyempatkan waktu untuk singgah di hidupku, terimakasih udah sadarin aku bahwa rasaku itu salah dan terimakasih udah buat hari-hariku berwana walau cuma sebentar. Oiya, terimakasih juga ya karna kamu aku jadi nulis lagi hehe...