Mimpi Buruk dan Si Anak Baru

36 0 0
                                    

Aku mencoba mengontrol napasku yang kian lama semakin cepat. Keringat mulai membasahi tubuhku. Baju merah yang baru kubeli ini mulai berubah menjadi kain basah yang bisa menarikku kebawah saking beratnya ia. Tak kulihat makhluk itu dimanapun lagi. Sejauh apapun aku melihat, makhuk itu tak dapat kutemukan. Abigail juga sama seperti makhluk itu, menghilang. Aku hampir tak bisa ingat apapun selain Makhluk itu dan Abigail. Aku putuskan sebaiknya aku mencari Abigail yang sampai sekarang tak kunjung datang. Tepat saat aku mencoba berdiri, semuanya menjadi gelap.

***

Kubasuh keringat yang berkucuran di muka ku. Saat aku mencoba mengingat apa yang barusan terjadi, tiba-tiba alarm HP-ku berbunyi. Oh, mimpi buruk itu lagi, kataku dalam hati. Aku berjalan dengan malas kearah kamar mandi sambil mengecek isi Handphone-ku. SMS dari Keni terpampang jelas di layar depan dan juga missed call darinya. Kubuka SMS itu dan seperti yang sudah kutebak, isinya tentang Pensi sekolah lagi. Keni benar benar membuatku stress setiap hari dengan masalah Pensi ini. Kuputuskan untuk berbicara kepadanya di sekolah saja nanti.

Mama sudah berada di lantai bawah. Ia juga sudah memasak segala jenis masakannya yang sangat lezat. Aku berjalan ke arah meja makan dan Mama mulai menyiapkan makanan di meja.

"Wah Ali. Tumben udah bangun jam segini. Biasanya kan kamu bangunnya selalu telat", ucap Mama sambil tersenyum manis.

"Iya nih ma. Akhir-akhir ini Ali lagi susah tidur", tidak kusebutkan tentang mimpi buruk tadi malam.

"Jangan-jangan kamu stress ya gara-gara Pensi sekolah kamu itu, gausah dipikirin terus-menerus lah Ali", balas Mama khawatir.

"Iya ma, Ali gak mikirin itu terus terusan kok. Tapi kayaknya emang lagi capek aja ma"

Mama mulai menyendokkan nasi goreng ke piring ku beserta telor, ayam, dan bahan bahan lainnya yang bahkan aku tak tau namanya. Aku mulai memakannya sendok demi sendok. Mama bercerita tentang kelas yoga yang baru diikutinya dan betapa susahnya hal itu. Aku membalas semuanya dengan tawa kecil, karena Mama sangat terlihat bersemangat saat menceritakannya. Menit demi menit berlalu dan akhirnya makanan kami habis. Aku mencium tangan Mama dan mulai berjalan ke arah luar. Pak Anton sepertinya telah menungguku sejak tadi. Kami pun langsung berangkat

***

Tak sampai 5 menit, aku sudah sampai didepan gerbang sekolah. Aku berjalan menuju lorong kelas. Keadaan lorong kelas di jam-jam begini sangatlah gelap dan sunyi. Aku sudah biasa dengan keadaan begini, karena walaupun aku bangun terlambat tetap saja aku datang sangat cepat di sekolah. Aku meneruskan langkah kakiku menuju ruangan berpintu coklat besar diujung lorong, kelasku.

Saat aku melewati ruang guru aku mendengar samar-samar suara yang sedang bertengkar. Seharusnya di keadaan seperti ini aku takut, karena tak biasanya ada guru yang datang secepat ini, namun aku malah mencoba mencuri dengar apa yang sedang suara-suara itu bicarakan. Suara tersebut benar-benar samar, sampai-sampai aku hampir tak bisa mendengar apapun yang mereka bicarakan. Aku mendengar beberapa kata seperti anak baru, masuk, dan juga satu nama yang sepertinya sangat ku kenal, Abigail. Peluh mulai mengalir di wajahku, aku mulai mengingat mimpi itu, mmpi yang membuatku harus bangun setiap malam dan tak bisa kembali tidur. Tepat saat itu juga, seseorang memegang bahuku dengan lembut, lalu semuanya gelap.

***

Ali, bangun! Ali! Kucoba untuk membuka mataku, namun tak ada bedanya, semua masih gelap. Ali bangun! Sudah mau bel masuk,ih! Aku mengenal suara itu, suara cerewet yang setiap hari membuatku pusing. Mataku kini sudah sepenuhnya terbuka. Kini didepanku, beridirilah seorang perempuan berambut coklat lengkap dengan pita yang selalu dipakainya setiap hari. Ya, inilah sang Wakil Ketua Pensi di sekolahku, Kenisha.

"Apasih Keni, kamu ganggu tidur aku aja", jawabku malas dengan pikiran belum jernih.

"Ih, kan kamu udah janji mau ngomongin tentang Pensi bareng aku", jawab Keni dengan cepat, sama seperti sifatnya yang sangat bersemangat.

"Ya iya sih mau ngomongin Pensi, tapi gak sekarang juga kali, udah tau bentar lagi mau masuk juga", balasku ketus.

"Lagian kamu tidur mulu sih daritadi dan gabisa dibangunin", jawabnya.

"Yaudah, emang apalagi sih yang mau diomongin?"

Tepat setelah aku bertanya , bel berdering dengan keras. Keni pun kembali ke kelasnya dan berteriak dengan keras dari pintu agar aku menemuinya di kelasnya saat istirahat. Aku mengangguk perlahan. Tak lama setelah itu, Guru ku pun masuk kedalam kelas dan pelajaran dimulai.

***

Seperti yang sudah kujanjikan kepada Keni tadi, aku langsung menuju kelasnya tepat setelah bel berdering. Kulihat Keni sedang berbicara dengan salah satu temannya di dalam kelasnya. Setelah aku melangkah kedalam kelasnya, Keni langsung berteriak dan berlari menuju tempatku berdiri.

"Akhirnya kamu sadar ya, li. Udah mau ngurusin Pensi lagi", ucapnya dengan syukur.

"Emangnya aku gak ngurusin dari kemarin? Kamu kayaknya yang gak ngurusin Pensi."

"Yaudah terserah kamu saja li. Ohiya jadi buat artis gimana ya jadinya? Mau ngundang siapa? Terus, undangan kapan mau disebar li?", Keni bertanya dengan semangat. Tiba-tiba seseorang lewat disebelah kami, seseroang yang belum kukenal.

"Iya, iya, itu nanti aku urus. Eh, ngomong-ngomong, itu siapa sih barusan? Aku kayaknya gak kenal dia deh", tanyaku.

"Oh, itu anak baru. Dia baru masuk hari ini, kelihatannya sih anak aneh gitu, dia gak ngomong sama siapapun dari tadi. Kalau gak salah sih, namanya Abigail", jawab Keni.

Abigail. Nama itu sepertinya ada didalam memoriku yang paling dalam, sampai-sampai aku tak tahu apa yang kuingat dari dia. Seperti kepingan puzzle yang menunggu untuk dipecahkan. Sekarang, kepingan tersebut sudah mulai membentuk sesuatu. Mimpi itu, suara sama di ruang guru, dan semuanya mulai muncul kembali didalam otakku. Hanya satu hal yang pasti harus kulakukan sekarang. Cari Abigail.

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 31, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang