Senyuman Bulan Sabit Ali

271 12 4
                                    

Dulu, aku jujur tak menginginkannya. Bahkan aku tak berharap kedatangannya yang sangat misterius. Seperti cerita cerita anak remaja pada umumnya.

Saat itu aku sedang terluka karna cinta. mungkin ceritaku ini membosankan. Kisah pada seorang remaja pada umumnya. Tapi sungguh, kisahku ini tak semudah kisah kisah itu. 

Sekarang 25 tahun umurku. Hampir lima tahun waktu berlalu begitu cepat. Lambat laun aku merasakannya. Aku masih ingat, betapa egoisnya aku melawan takdir cinta yang telah di gariskan tertulis atas namaku. Jika aku di berikan kesempatan untuk memilih, aku akan memilih untuk tidak mengenalnya.

Namanya Ali Yudista. Orang sering memanggilnya dengan nama Ali. Lelaki bertubuh tinggi putih dengan bulu alis tebal menghitam dan bulu mata yang tebal lentik sangat menggoda. Dua kali aku bertemu dengannya. Di sebuah danau yang indah yang tumbuh bersama ilalang dan pohon pohon besar. Tempat itu adalah tempat kedua aku bertemu dengannya.

"Mbak tidak apa-apa"

Ucapnya waktu itu dengan sentuhan tangannya memegang pundakku. Aku tersadar dari lamunannku. Aku tak mengerti tentang hati ini. baru aku mengenalnya dua kali, aku merasakan sesuatu yang aneh pada diriku.

Dia duduk di sampingku. Tanpa sengaja aku menceritakan semuanya. Masalah tentang cinta lamaku. Dan aku yakin dia pasti bisa menjaga rahasiaku ini.

“Prilly Adista”

Kataku saat berkenalan dengannya. Lucu memang. Dua kali bertemu baru sekarang kami berkenalan. Sampai aku mengenalnya. Aku merasa nyaman di dekatnya. Aku dan dia hanyalah teman. Biar ku katakan, lelaki ini bukanlah seperti kebanyakan lelaki di luaran sana. Lelaki ini penuh dengan kejutan.

“Izinkan aku untuk singgah di hatimu”

Ali sujud di hadapanku. Aku sangat terkejut di buatnya. Seperti sebuah drama film kebanyakan. Dia tak malu dengan ucapannya. Ada apa ini? mengapa dia berprilaku sangat aneh. Aku tak tau kejutan apa yang akan di buatnya. Setiap kali aku bertanya dia selalu menjawab jawaban yang sama, hanya dengan senyuman bibir seksinya yang ranum alami membentuk bulan sabit di bibirnya. Lagi lagi dia membuatku penasaran.

“Apa maksud kamu”

“Aku menginginkamu my angel”

Ali menyebutku dengan kalimat itu. aku mengelang pelan. Dia paham apa maksudku. Dua kali dia berprilaku seperti ini. sebenarnya aku tak menolaknya. Aku hanya membutuhkan waktu untuk berfikir. Bisa dikata jika aku ini egois. Ya … aku memang egois tentang perasaan.

Ali  membuatku merasa nyaman selama ini. Ali selalu membuatku terkejut akan sikapnya. Ali mengajakku ke kota Bali. entah apa maunya. Aku tak ingin membuatnya kecewa. Aku ingin membahagiakannya tanpa sepengetahuannya.

Ali mengajakku menaiki sebuah kapal yang besar. Cerita ini seperti cerita titanic sebelumnya. Aku berada di sudut kapal. Dan dirinya berada di sampingku. Dia tidak memelukku seperti cerita titanic waktu itu. aku bersandar di bahunya. Dia memelukku dengan dekapan tubunya yang kekar yang selalu bisa membuatku nyaman.

“Mengapa kau menangis, Prilly Adista?”

Masih ku ingat kejadian itu. tangannya memegang pipiku lembut dengan bebasnya. Aku tak tau mengapa aku membiarkannya. Yang aku tau saat itu aku menangis tersenduh lirih di depannya. Biarlah ikan ikan melihatnya. Biarlah angin memasuki roh jiwaku. Biarlah semuanya tahu bahwasannya aku bahagia dalam tangisku.

“Aku tak menangis. Aku hanya bahagia, Ali Yudista”

“Lalu air mata itu jatuh dari mata indahmu, Prilly Pdista”

“Aku menangis karnamu. Kau membuatku bahagia, Ali Yudista”

“Bisakah kau tak memanggil nama lengkapku?”

“Dan bisakah kau juga tak memanggil nama lengkapku”

Jika sekarang aku menginginkannya, apakah itu salah? Aku tak tau.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 14, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Senyuman Bulan Sabit, AliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang