When your life just keeps getting worse by the day and you can't take it anymore.
***
"Apa yang kau pikir akan kau lakukan, huh?!" Tubuh seorang gadis yang tengah memejamkan mata indahnya menegang ketika indera pendengarannya menangkap suara berat yang sangat ia kenali.
Apa yang telah terjadi di sini? Seketika pertanyaan tersebut muncul dalam benak gadis tadi, Karleigh Reagan. Mengapa di saat dirinya di antara hidup dan mati pun suara itu terus saja menghantuinya? Lalu, mengapa harus pria itu?
Dengan perlahan dan tidak yakin ia membuka bulu mata lentiknya. Matanya lantas berpendar menatap sekitarnya, dan mendapati dirinya masih berada di tempat yang sama. Kini korneanya beralih memandang sosok pria yang sekarang berada sangat dekat dengan dirinya. Sosok yang tadinya ia percaya amat sangat dikenalinya. Damon Irwin.
Bagaimana dia bisa berada di sini?
Dengan gerakan cepat Karleigh melepaskan dirinya dari kungkungan lengan Damon dan menegakkan tubuhnya. Pertama, ia memejamkan matanya terlebih dahulu untuk menghilangkan pusing yang semakin lama semakin menyiksa kepalanya sebelum kemudian mengeluarkan suaranya yang parau.
"Apa yang kau lakukan di sini?" Karleigh menghapus sisa air mata pada wajahnya. Untuk menjaga jarak dengan Damon ia mundur ke belakang beberapa langkah.
"Apa yang kau inginkan dariku?" Karleigh kembali angkat bicara ketika tidak ada jawaban dari pria di hadapannya. Dari balik air mata yang terkumpul pada pelupuk matanya, manik birunya menghujam netra cokelat itu dengan tajam.
"Apa kau sudah tidak punya akal, Karleigh Reagan? Apa yang sebenarnya ada di dalam kepala besarmu itu hingga kau berniat untuk melompat dari sini, hah?!"
Karleigh tersentak ketika mendengar suara Damon meninggi di akhir kalimat. Bulir air mata kembali meluruh di wajahnya ketika kelopak matanya berkedip karena terkejut. Kedua tangan di samping tubuhnya mengepal tanpa sadar.
Gadis ini membenci kelemahan dirinya yang tidak dapat mengendalikan air matanya dengan baik. Satu kali saja ia menangis pasti air matanya akan dengan mudah keluar jika sesuatu menyentuh sedikit saja emosinya. Maka dari itu, Karleigh benci menangis. Apalagi di hadapan orang lain.
"Aku bertanya padamu. Why did you try to kill yourself, Karleigh Reagan?" Damon meraih pergelangan tangan Karleigh──ketika gadis itu hendak berlalu dari hadapannya── sehingga dadanya bertumbukan dengan punggung Karleigh.
Karleigh yang terkejut dengan tindakan tiba-tiba dari Damon refleks mencoba melepaskan cekalan tangan Damon. Tetapi, pria itu tidak membiarkannya begitu saja. Genggaman tangannya pada pergelangannya malah semakin erat setiap kali Karleigh mencoba menyingkirkan tangan Damon.
"Kau tahu apa, Irwin?" Karleigh memejamkan matanya ketika ia membuka suaranya lagi setelah beberapa saat diam. Baru kali ini dia memanggil Damon dengan nama itu, dan rasanya sungguh tidak terbiasa. Namun mulai sekarang, dia akan membiasakannya.
Kalau bisa, aku tidak akan pernah menyebut namanya lagi mulai saat ini.
"Beberapa orang berkata; jangan berpura-pura peduli tentang seseorang dan terus-menerus melakukan hal-hal yang kau ketahui menyakiti mereka." lanjut Karleigh, dia tidak berniat menoleh hanya sekedar untuk melirik Damon.