Aku Menemukanmu

1.3K 95 23
                                    

[ Repost FFN ]

Disclaimer: BTS di bawah naungan BigHit Entertainment, seluruh karakter yang muncul di ff ini adalah milik Tuhan Yang Maha Esa dan orangtua masing-masing, saya hanya pinjam nama.

Aku Menemukanmu © Kaizen Katsumoto

Warning: OOC, AU, Typo, Yaoi, R-18, toys, bad language.

.

Untuk visual member BTS di ff ini:

Park Jimin – era MV No More Dream

Kim Taehyung – era MV Boys in Luv

Min Yoongi – era MV Danger

Jung Hoseok – era MV No More Dream

Kim Namjoon – era MV Boys in Luv

Kim Seokjin – era MV Haruman

Jeon Jungkook – era No More Dream

.

Summary: Jimin hanya seorang siswa kelas dua SMA yang tak pandai bersosialisasi. Dia pemalu, penyendiri, dan kurang bersahabat. Apakah Kedatangannya ke Seoul dapat merubah sifat buruknya tersebut? YoonMin, slight!TaeMin, HoseMin, NamJin.

.

.

.

Mohon periksa penerangan dan jaga jarak mata anda dari layar saat membaca fanfic ini. Bagi yang merasa di bawah umur atau punya phobia homo bisa meninggalkan tempat ini.

Enjoy!

.

Bagian I

.

.

.

"Perkenalkan, namaku Park Jimin. Kalian bisa memanggilku Jimin. Aku berasal dari Busan. Mulai sekarang, mohon bimbingannya teman-teman." Pemuda surai hitam pekat membungkuk dalam di depan kelas barunya—XI-A. Satoori Busan terdengar jelas keluar dari bibir mungil berisi.

Park Jimin, putra kedua dari keluarga Park. Dia baru saja tiba di Seoul beberapa hari yang lalu. Karena urusan pekerjaan orangtua dia harus rela meninggalkan sekolah lamanya, memulai semua lagi dari awal. Kalau boleh jujur, Jimin sangat buruk dalam lingkungan sosial. Dia canggung bergaul atau pun memulai pembicaraan, pemalu, penyendiri, sulit mengekspresikan diri, dan bodoh dalam memilih topik. Bahkan sekeras-kerasnya dia berusaha berteman, ia hanya punya seorang teman ngobrol di sekolah lamanya sekaligus di Junior High school. Sejujurnya dia tidak pernah memiliki niatan berteman, baginya berteman itu merepotkan.

Jimin duduk saat Seongsaengnim menyuruhnya. Satu-satunya tempat kosong di kelas itu adalah di baris terakhir deret dekat jendela, bersebelahan dengan seorang pemuda berambut orange menyala. Pemuda itu menatapnya datar sejenak, lalu mengalihkan pandangan ke luar jendela kelas. Jimin menempelkan pantat di atas kursi kayu, pandangan lurus ke depan pada guru yang mengajar. Tak menyadari bahwa sepasang mata tengah menelusuri dirinya dari atas hingga bawah. Teman sebangku Jimin bersiul sangat pelan hingga tak dapat didengar oleh siapapun.

Ketika bel istirahat Jimin hanya duduk sendiri di kelas. Terkadang melamun, kadang memainkan ponsel di tangan. Beberapa siswa lain sudah mengajaknya berkenalan tapi Jimin menanggapinya sangat singkat, jelas, dan padat. Membuat mereka yang mau mendekat merasa canggung—itu memang sifat dasar Jimin. Hal itu pula yang selalu membuatnya dikucilkan, dilupakan, diremehkan, dan tak berharga di mata orang lain. Di sisi lain Jimin acuh tak acuh pada pandangan orang lain, selama mereka tak mengusiknya maka dia juga tak akan mencampuri urusan mereka. Adil bukan?

Aku MenemukanmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang