[Prolog]

50.5K 3.3K 76
                                    

"Kalau aku ajak kamu punya hubungan serius, gimana?"

"Hah?"

Azka mengulum senyumnya, menatap perempuan yang dua bulan ini selalu mengganggu pikirannya.

Jeana Aprilia.

Sosok cantik yang dikenalnya di rumah sakit, saat perempuan itu dirawat beberapa hari karena asam lambung. Dan dengan konyolnya, di hari terakhir Jean dirawat, Azka memberanikan diri meminta nomor ponsel perempuan itu secara langsung.

"Aku pikir, aku udah lumayan berumur buat ngajak pacaran. Jadi, aku mau ngajak serius aja. Itu pun kalau kamu mau."

Jean kembali mengerjapkan kedua matanya. Terkejut.

Oke. Kedua sahabatnya memang sudah memberi peringatan sejak awal tentang seorang dokter yang sejak dua bulan lalu cukup sering menghubunginya lewat chat atau pun telepon. Vio bilang, Azka jelas sedang melakukan pendekatan padanya. Sedangkan Olin bilang, dia harus berhati-hati pada laki-laki tampan dan mapan seperti Azka.

"Jean?"

"Huh?" Jean tersadar dari pemikirannya. Dia menelan ludahnya susah payah saat melihat tatapan Azka yang begitu lekat padanya.

Sungguh, Jean tak akan menampik pesona seorang Azka Pranata. Bahkan di hari pertama dirinya dirawat di rumah sakit, nama itu sudah sering didengarnya dari beberapa suster yang datang untuk mengganti infus atau pun melihat keadaannya. Dan ketika ternyata Azka meminta nomor ponselnya, bahkan hampir setiap hari mengiriminya chat, Jean tak menyangkal bahwa ada perasaan aneh yang menggelitik perutnya. Satu perasaan yang pernah dirasakannya bertahun-tahun lalu, sebelum akhirnya hancur karena pengkhianatan.

"Hei, jangan mikir terlalu keras." Azka bercanda saat melihat raut serius yang ditunjukkan Jean sekarang.

Jean bergumam kecil. Lalu menarik napas pelan, dan memberanikan diri untuk membalas tatapan Azka. "Kamu suka sama aku?"

Pertanyaan to the point itu membuat Azka tergelak sesaat. "Aku nggak bakal deketin kamu kalau aku nggak suka, Jean," kekehnya.

"Why?" Jean bertanya heran. Dia tak semenarik itu untuk disukai oleh laki-laki tampan dan mapan seperti Azka. Dibanding kedua sahabatnya, dirinyalah yang tak memiliki apa pun. Dan kenyataan itu yang terkadang menghantarkannya pada ketidak-percayaan diri.

Azka mengernyit kecil. "Itu pertanyaan aneh," balasnya, menggelengkan kepala. "Di samping penampilan kamu yang cantik. Aku suka pas ngobrol dan jalan bareng kamu."

Kali ini, Jean terdiam.

"Kamu nggak mungkin mikir kalau sebulan ini aku cuma mau main aja, kan?" Azka bertanya, memberi tatapan menelisik—tapi tak terlihat sedang menyalahkan.

"Aku cuma ... apa, ya? Kamu yakin mau coba serius sama aku?"

"Iyalah." Azka menjawab dengan nada begitu yakin. "Kalau kamu?" tanyanya balik. "Tapi kamu nggak perlu jawab sekarang, Jean. Kita bisa pelan-pelan saling kenal kayak sekarang. Aku ngomong kayak tadi, cuma mau kasih tahu kamu aja."

"Kalau ternyata aku mau kita tetap kayak gini aja, gimana?"

"It's okay. Udah kubilang, aku cuma mau kamu tahu aja apa tujuanku." Azka memberikan senyuman lembutnya.

Jean menghela napasnya. Berusaha membalas tiap chat, dan perlahan membuka diri untuk seorang laki-laki setelah pengkhianatan yang pernah diterimanya, tak pernah mudah. Namun, Azka datang dengan segala pesona dan tindakan-tindakan sederhana yang manis—dan Jean tak akan menyangkal bahwa hatinya perlahan mulai menerima laki-laki itu. "Aku harap, kamu nggak bosen nunggu jawabanku, Azka."

"Tenang aja. Satu bulan lagi, aku akan ulang pertanyaanku." Azka tertawa geli mendengar kalimatnya sendiri. Dia memang mengharapkan hubungan sekadar seorang teman dari Jean.

Kalimat itu hanya dibalas tawa pelan dari Jean. Walau terasa ada rasa hangat merambati dadanya. "Oke, satu bulan lagi kamu boleh ulang pertanyaanmu, dan aku akan kasih jawabannya." Jean hanya ingin memastikan sesuatu pada hatinya.

Dan segalanya, memang berubah sejak malam itu.

=+=

haiii. sebelum pada banyak yang protes, mau info aja kalau cerita ini udah pernah tamat di wp dan pernah dipublish ulang tapi abis itu aku unpublish lagi karena mau direvisi. dannn... inilah hasil revisinya. buat kalian yang udah baca versi sebelumnya (dan masih inget :v) kalian pasti akan ngeh kalau cukup banyak yang berubah dengan part2nya hehehe. kenapa aku ubah? karena biar gak banyak yang timpang dan biar gak terlalu drama aja, sih :"

terima kasih!

salam,
yenny marissa

29 Desember 2020

#2 | Love in Fiction [Completed] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang