Us (2)

7.3K 798 36
                                    

"Sudah merasa baik?"

Seulgi mengalihkan pandangannya pada sosok yang berdiri disampingnya. Gadis itu mengangguk kecil. "Haruskah aku berterima kasih padamu?" ucap Seulgi sambil tersenyum. Sosok itu mengulum senyumnya sambil memasukkan lengannya kedalam saku.

"Kosongkan jadwalmu, lalu kita berkencan. Bagaimana?"

Penawaran yang cukup menggiurkan, namun Seulgi tak bisa menerimanya. "Usaha yang bagus, Park Jimin-ssi. Tapi aku sedang tidak ingin menjalani suatu hubungan..."

Jimin, masih dengan harga dirinya, tetap berucap, "Aku tidak mengatakannya untuk hari ini, minggu ini atau bulan ini. Kau bisa mengosongkan jadwalmu kapan pun kau mau. Deal?" Jimin melirik gadis yang kini tersenyum malu. Seulgi harus berterima kasih pada tempat yang lumayan gelap dimana mereka berada sehingga tidak ada yang menyadari keberadaan mereka berdua. Gadis itu memasukkan tangannya kedalam saku dimana tangan Jimin berada, kemudian menggenggam tangan tersebut.

Dengan jarak dekat, Seulgi berbisik pada telinga lelaki tersebut. "Apakah aku akan mendapatkan pasta jika kita berkencan?" tanya Seulgi penuh harap.

Mata Jimin menyipit, mengikuti senyum yang terulas diwajahnya. "Haruskah? Maaf saja, Kang Seulgi-ssi, tapi aku benar-benar tidak berpengalaman dalam hal berkencan. Bisakah kau memberitahuku?"

Tentu saja Seulgi mengangguk yakin. "Kalau begitu kita harus membeli beberapa bahan makanan. Kau tidak keberatan jika aku menggunakan dapurmu?"

"It's all yours, Babygirl..." jawab Jimin. "Kau terus saja mengatakan berbagai hal, tapi kau tidak memberikanku kepastian," lanjut lelaki itu.

"Kau juga. Kau terus saja mengajakku berkencan tanpa memberikanku sebuah kepastian."

"Kepastian apa?"

Seulgi mengedikkan bahunya sambil memalingkan wajahnya. Namun jemarinya terus bermain dengan jemari Jimin, membuat lelaki itu bingung. "Kepastian seperti apa, Kang Seulgi-ssi?" tanyanya. Namun Seulgi tidak menjawab. Gadis itu bersikukuh untuk tetap bungkam.

Sampai lima belas menit Jimin tak berucap apapun, Seulgi mulai geram.

"Kau harus menciumku, Bodoh!" Seulgi menatap Jimin kesal.

"Aku tahu itu, Miss, tapi Seokjin Hyung terus mengawasi kita."

Seulgi melirik pada lelaki yang berdiri lumayan jauh namun matanya terus memperhatikan kearahnya. Sontak gadis itu melepaskan tangannya dari saku Jimin secara diam-diam. Menjadikan senyum Jimin kembali terukir.

"Tapi genggamanmu terasa hangat. Biarkan aku merasakannya lagi..." 

truly SUNSHINE »seulmin«Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang