Liburan semester tinggal dihitung dengan jari. Tanpa diduga Gladis harus mengakhiri masa liburannya dengan berbelanja untuk persiapan semester baru.
Biasanya Sofia mamanya yang mempersiapkan keperluannya. Namun kondisi sangat gampang berubah, kini Sofia harus ikut membantu Glen sang suami dan juga papa dari Gladis untuk menyelamatkan salah satu perusahaan keluarga mereka yang dalam masalah.
Keadaan ini menuntutnya untuk semandiri mungkin walau dirumah tetap saja ada mbok Marni yang membantu segala urusannya.
Faded - Alan Walker~
Home is calling
Gladis segera menggeser layar accept "halo mbok "
"Non dimana? si mbok khawatir lo nduk"
"Iya sebentar lagi saya pulang kok. Mbok nggk ada mau nitip apa gitu? biar sekalian"
"Mbok nitip pesan aja buat si non jangan sampai lupa pulang karena keasikan belanja"
"Hahaha si mbok bisa aja. Tumben lucu"
"Non mbok serius, non itu udah mbok anggap kayak anak sendiri jadi kalau udah khawatir si mbok bi--
"Bisa kangen sama Gladis yakan. Gladis juga kangen sama si mbok. Bentar lagi kita jumpa kok mbok. Dah mbok i lop u muah"
Gladis buru-buru mengakhirinya karena ia tau kalau si mbok curhat bakal panjang cerita jadi mending ia potong saja walau jadi terkesan nggk sopan.
Gladis yang sudah siap berbelanja, segera berjalan menuju halte menunggu bus yang akan melewati jalan rumahnya.
Pucuk di cinta bulan pun tiba, nggak perlu berlama-lama bus yang ditunggu sudah tiba. Gladis langsung masuk dan duduk manis di kursi kedua dari belakang. Pandangannya melihat seluruh isi bus. Satu kata yang dapat ia deskripsikan .Sepi.
(^×^)
Setelah berjalan dari halte sampai masuk kedalam komplek Gladis kini berdiri di depan pagar rumahnya dan menekan bel.
"Peri cantikkk !!" panggil segerombolan anak-anak komplek datang mengerubuni Gladis
Ya Gladis memang populer dikalangan anak-anak . Ia sering menemani anak-anak itu bermain kadang juga belajar biasa mereka melakukan kegiatan itu di Taman ada pondok teduh disana tempat yang pas bagi mereka belajar bersama.
"Haii!!" sapa Gladis cepat berbalik badan dan merentangkan tangannya untuk memberi pelukan
"Long time no see you peri cantikk" ucap seorang anak laki-laki berhidung mancun dan bermata coklat terang bernama Samuel. Gladis memandang kedua bola mata itu dan menemukan kekecewaan pada dirinya.
Gladis baru saja kemarin ia pulang dari Italy negara dimana mama dan papanya saat ini berada untuk melepas rindu, ia jelas terharu mendengar ada yang merindukannya disini.
Gladis mengacak -acak rambut Sam"Uuu cup cup cup peri cantikk sayang Sammy" lalu memeluknya hangat
"Huuh Sammy modusss" protes anak-anak lainnya yang hanya dibalas juluran lidah oleh Sam
"Glady ?!?" panggil seseorang bersuara sedikit berat dari belakang sedikit ragu-ragu
Gladis kembali berbalik dan menemukan ada Iyan disitu berdiri dan menatapnya seakan sama kagetnya dengan dirinya.
"Iyan?!? Kok elo bisa ada disini ?!?" tanya Gladis bingung ia mencoba berfikir jernih bagaimana bisa Iyan mengetahui alamat rumah nya sementara ia tidak pernah memberitahukannya.
Iyan tertawa kecil "segitu kagetnya ya? Gue baru pindah kesini beberapa hari yang lalu, rumah lo yang ini kan? " tanya Iyan memandangi rumah Gladis
Gladis cukup terkejut akan jawaban Iyan, ia hanya mengangguk.
"Nah rumah gue disebelahnya tuh" tunjuk Iyan
Mata Gladis membulat lagi-lagi ia terkejut ini diluar pemikirannya. Bagaimana bisa sedemikian kebetulannnya.
Pertama, ia dan Iyan berjumpa tanpa mengenal satu sama lain pada pertandingan basket 2 tahun yang lalu. Kedua, ia dan Iyan berjumpa lagi disaat tahun ajaran baru di sekolah menengah atas walau mereka tidak sekelas namun terkadang Iyan menyapanya jika menyadari keberadaannya saja, tidak sebaliknya justru Gladis lah yang enggan menyapa. Bukannya ia sombong, ia takut dikira sok akrab dengan idola sekolah itu.
Iyan mengangguk mengerti ekspresi Gladis "Btw ternyata lo yang mereka panggil peri cantik ya?"
Gladis tersadar dari lamunannya, dirinya mendadak malu dengan pertanyaan itu. Ia menunduk menutupi wajah nya yang mungkin saja mulai memerah.
Iyan menghela napas pelan menahan senyum "gue sempat pangling sih, ternyata yang mereka panggil peri cantik memang beneran cantik" ia mengacak rambutnya dan tersenyum menampilkan sederetan giginya yang putih
Blush.
Begitu melihat pagar sudah terbuka "Hem gue masuk dulu ya bye" pamit Gladis segera berlari masuk kedalam pekarangan rumahnya sebelum akhirnya wajah itu kian memerah layaknya tomat matang.
Iyan menautkan kedua alisnya "Emang kakak salah ngomong ya?" tanya Iyan pada anak-anak yang memerhatikan mereka sejak tadi
Mereka mengedikkan kedua bahunya tanda tidak tahu.
'Aneh' batin Iyan lalu ia tersenyum mengingat apa yang barusan ia katakan
'Emang gue salah ya kalau ngomong jujur? ' -Iyan
(^0^)
KAMU SEDANG MEMBACA
Treat You Better !
Teen FictionI know I can treat you better Than he can And any girl like you deserves a gentleman Tell me why are we wasting time On all on your wasted crying When you should be with me instead I know I can treat you better Better than he can ~