Yang Menjadi Pilihan Hatiku

73 9 2
                                    

Lukaku tlah dalam tak pernah sedikitpun membaik.
Tak pernah ku perbaiki.
Hanya kusimpan dalam kuncian mulut.
Tak ada yang tau.
Tak ada yang mengerti.
Hatiku hancur.

Ternyata selalu benar orang bercakap.
Luka cinta sulit tuk hilang.

Aku pernah iri pada bulan.
Ia begitu elok menampakkan anggunnya.
Begitu setia kepada bumi.
Yang ditakdirkan bersamanya.

Sungguh aku ini munafik.
Bahkan saat sakura merelakan bunga terakhirnya.
Aku tak bisa.
Merelakan batang penyanggaku untuk siapapun.

Aku mencintainya.
Pathetic.
Bertepuk sebelah tangan.
Miris.

Terkadang aku bosan mengenal hidup.
Yang sia sia ku renungkan untuk mencintainya.
Tapi entah mengapa ku tak bisa berhenti.
Untuk menatap mata tajamnya yang juga menatapku.
Kelopak yang kuat, hitam legam.
bersih.
teguh nan kokoh
Tak henti aku memperhatikan gurat alisnya.
Berkerut saat memikirkan suatu hal.
Bibirnya tebal, tak ia pergunakan untuk sembarang tersenyum.
namum pada saat ia merekahkan bibirnya ke arahku.
Ketika itulah ku tau betapa sakitnya dewi cinta menusuk jantungku.

Ketika ia sedang rapuh.
Itulah yang sedang mencabik hatiku.
Ketika ia mengucurkan kristalnya ke bumi.
Aku terhentak.
Kakiku melangkah ke arah cintanya.
Tanganku menggapai ke arah cintanya.
Saat sesenggukan itu menelusuk ke dalam gendang telingaku.
Ingin rasanya kubawa ia dalam pelukku.
Berharap bahwa ia bisa tenang dengan itu.
Mungkin ia bisa menumpahkan segala amarahnya kepada pundakku.
Namun disinilah aku berdiri.
Menatap nanar dirinya yang tengah menangis.

Kubuka mulutku dengan gemetar mengucapkan kata kata damai.
Ku ulurkan tanganku tuk tenangkan bahunya.
Ku genggam tangannya, dan kuingin mengatakan bahwa.
Ini aku, lihatlah aku.
Aku disini, bersamamu.
Kau tak perlu bersedih, aku siap menjadi tonggakmu.
Aku siap menopang bebanmu.
Aku siap berduka bersamamu.
Kau tak sendiri.
Seburuk apapun mata dunia memandangmu.
Kau tetap yang terbaik untukku.
Kau yang menjadi pilihan hatiku.

Tapi bukan aku yang kau mau..
Bukan aku yang kau harapkan.
Bukan aku yang kau pinta.
kau palingkan tatapanmu dariku.
Kau menusuk cintaku.
apalah daya diriku.
Yang hanya diam membisu.
Menatap nanar ketidakpedulianmu. ~

For Vey Asnidra

My DiaryWhere stories live. Discover now