Bad Day or Good Day

193 30 6
                                    

Awan gelap menyelimuti langit Daejeon sore ini, butiran salju pun masih berjatuhan dari langit gelap itu. Seokmin merutuk pada awan gelap yang senantiasa hadir di setiap sorenya yang melelahkan. Bibirnya menggumamkan kalimat 'Ini adalah hari yang paling buruk yang pernah kurasakan.'. Pemuda dengan hidung lancip itu baru saja keluar dari gedung departemen teknik tempat ia menuntut ilmu, hari ini ia mendapat kelas tambahan karena salah satu nilainya turun. Matanya menelisik seluruh sudut ruang terbuka tempat ia berdiri sekarang kemudian menghela nafas karena ia tidak menemukan sesuatu yang dapat menghiburnya di hari gelap seperti ini-dia adalah sosok pemuda yang iseng, hobi bercanda dan juga tidak bisa diam, by the way.

"Seokmin, Lee?"

Seokmin terperanjat kaget saat indera pendengarannya menangkap sebuah suara lembut dengan sebuah tangan yang menyapa bahu lebarnya. Ia sontak menoleh kearah sumber suara itu kemudian menemukan sosok gadis cantik dengan senyum yang terpatri di wajahnya yang tanpa cela itu. Jantungnya mulai berdebar tak menentu, ada sebuah rasa hangat yang menyeruak dirongga dadanya yang sempat terasa hampa dan beku.

"O-oh! Kau belum pulang, Senior?" Seokmin tertawa hambar sambil menahan rasa gugupnya-berusaha tidak awkward dengan salah satu senior kesayangan seluruh dosen di departemen dimana ia belajar.

"Aku baru saja selesai menginput nilai essay, Dosen Kang tadi pulang lebih awal karena ada keperluan mendadak." Gadis itu membetulkan posisi buku dipelukannya, pipi dan hidungnya tampak memerah, kedinginan. Seokmin mengangguk, entah kenapa semua kemampuan berbicaranya menghilang begitu saja saat bertemu dengan gadis bermata kucing dihadapannya ini. Bibirnya dan otaknya seolah kaku, tak sanggup memikirkan apa yang harus ia lakukan pada sosok dihadapannya.

Gadis itu adalah sosok yang selalu ia pandangi saat pelajaran Dosen Kang dimulai, gadis yang diam - diam telah menyusup kedalam rongga hatinya.

"Senior mau pulang bersamaku?" Kalimat itu keluar begitu saja dari bibir seorang Seokmin. Ekspresinya tampak sedikit kaget, menyadari bahwa ia terlalu lancang pada gadis yang dikenal sangat santun itu.

"Aku tidak keberatan dengan itu, mari kita pulang bersama, Seokmin-ah!" Alih - alih menolak ajakan Seokmin, gadis itu menarik kedua ujung bibir tipisnya membentuk sebuah senyuman manis.

"Ah, jangan terlalu formal padaku, panggil saja aku Noona." Lanjutnya, masih dengan senyuman manisnya. Seokmin meremat tali tas yang melingkari kedua bahunya. Perutnya seolah dipenuhi oleh ribuan kupu - kupu yang siap untuk berterbangan.

"Ayo, Seokmin!"

Gadis yang biasa dipanggil Jisoo itu melangkahkan kakinya, mendahului Seokmin untuk berjalan menuju gerbang utama. Seokmin masih tak berkutik, tangannya ia arahkan ke dada bagian kirinya. Debaran di rongga dadanya semakin terasa menyesakkan.

"Noona." Panggilnya dengan tegas.

Jisoo menolehkan kepalanya saat Seokmin memanggilnya. Raut wajahnya sedikit terkejut, menyadari kalau sosok yang mengajaknya pulang bersama belum melangkahkan kakinya sedikitpun dari tempatnya berdiam diri tadi.

"Lho? Ada apa, Seokmin-ah?" Jisoo melangkahkan kakinya, menghampiri Seokmin yang menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Seokmin? Kau baik - baik saja?" Dengan susah payah Jisoo memegang buku tebal di pelukannya dengan satu tangan, demi menggapai lengan sang junior. Namun sebelum jemarinya menyentuh lengan Seokmin, Seokmin melangkah mundur. Menjauhi sosok gadis dengan rupa yang sangat menawan itu dengan teratur.

"Aku selalu merasa aneh didekatmu."

"Kau membuatku pusing."

"Jantungku selalu berdebar tak menentu."

"A-aku.."

Seokmin menghentikan perkataannya saat menatap Jisoo yang menundukkan kepalanya. Indera penglihatannya menangkap sosok dihadapannya sedang meremat buku - buku dalam pelukannya dengan erat. Seokmin mendesah pelan, menyadari kalau ia melakukan sebuah kesalahan pada seniornya.

Entah mendapat keberanian darimana, tungkainya ia langkahkan mendekati Jisoo kemudian melingkarkan lengannya, merengkuh sang gadis kedalam pelukannya. Jisoo tersentak, sempat mendongakkan kepalanya menatap Seokmin kemudian membuang pandangannya ke lantai yang tampak lebih menarik daripada wajah tampan sosok Seokmin yang ada dihadapannya.

"Kau mengerti maksudku kan, Noona?" Jemari Seokmin menyusup diantara helaian surai dark brown Jisoo kemudian menyelipkan helaian itu dibelakang daun telinga sang gadis.

"A-aku tidak tahu. Ayo kita pulang saja." Jisoo melepaskan rengkuhan hangat Seokmin dengan tidak rela kemudian berjalan dengan cepat menuju gerbang.

Seokmin menghela nafasnya kemudian memukul kepalanya sendiri sambil menggumamkan kata 'Bodoh' berulang kali sebelum menyusul Jisoo yang sudah berada di gerbang departemennya.

End or TBC?

*FFnya sengaja kubuat gantung kayak gini, penasaran sama reaksi teman - teman hehehehe~ kritik dan saran akan selalu ku terima kok *hateu hateu* mohon bimbingannya, chingudeul!<3

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 19, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bad Day or Good DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang