Pertama

22 2 5
                                    

P E R T A M A
Apa ini kastil drakula?

•  •  •  •  •

Di depanku, berdiri sebuah reruntuhan gerbang tua yang jika kusentuh saja mungkin akan rubuh dan menimpaku. Di balik gerbang, terdapat halaman luas yang ditumbuhi ilalang setinggi badan, dan sebuah kastil tua dengan bekas-bekas kebakaran yang mungkin terjadi beberapa tahun lalu.

Jack terlihat gusar sekali.

Ah, itu mungkin akibat ia yang kusuruh membayar tarif taksi yang membawa kami ke tempat ini.

Kuedarkan pandanganku ke sekeliling.

Di seberang jalan, berdiri jajaran ruko tua dengan cat yang mengelupas dan jendela pecah.

Entah apa yang terjadi di temoat ini. Dan yang paling penting,

APAKAH TEMPAT INI MUNGKIN MENJADI SEKOLAH?

Kalau itu maksudnya seabad dan bertahun-tahun yang lalu, mungkin aku mengatakan itu mungkin.

"Selamat datang, kalian." sebuah suara wanita mengagetkanku.

Saat pandanganku kembali ke arah gerbang, kulihat seorang wanita yang mungkin sebaya ibuku, berdiri di depan gerbang.

Bagaimana mungkin aku tidak menyadarinya?

Sementara aku masih dalam keadaan oh-aku-terkejut-sekali, Jack malah seakan ia sudah kehilangan seluruh darahnya, yang otomatis membuat tubuhnya mengering.

Dan, ya

Aku seakan melihatbya dari kesan dramatis yang Jack tunjukkan saat ini.

"Oh, Jack, senang bertemu lagi denganmu. Dan, senang bertemu denganmu, Airin." uvap wanita itu dalamsatu tarikan nafas dan tanpa jeda. Diikuti senyuman ramah, yang entah mengapa membuatku merinding.

Mungkin karena auranya tidak enak.

"Ayo, masuk ke dalam. Biarkan Frank yang mengangkut barang kalian." ucap wanita tadi, dan mengisyaratkan kami untuk mengikutinya.

"Gaaah, grrrrh" geraman terdengar dari arah sampingku. Dan saat aku menoleh,

"Aaaaaaaarrh!!" pekikku yang lantas bersembunyi di balik Jack yang terlihat seperti bangkit dari kubur.

Kau tahu cerita Frankenstein? Makhluk itulah yang berdiri di dekatku.

Dengan tinggi sekitar 3 kaki, jahitan di mana-mana, tak lupa wajah mengerikan dan kabel-kabel yang mencuat dari sela jahitan lehernya, cukup membuatku kaget dan gemetar.

Jack berjalan ke arah wanita tadi yang sekarang sedang mendorong gerbang—yang anehnya tak rubuh kala di dorong— dan masuk ke pekarangan yang dipenuhi ilalang setinggi badan.

Jadi, dengan menggamit lengan Jack, aku berjalan dengan yakin melewati gerbang itu, dan mengingat apa ada yang salah denganku, karena aku melihat tempat itu perlahan berubah.

°. °. °. °. °.

"Jadi, ini ruang makan sekaligus aulanya. Masuk dan makan sianglah. Temui aku di sini tepat setelah makan siang selesai." kata wanita itu—yang omong-omong namanya Hannah— sambil mendorong kami masuk ke ruang makan.

Dengan dorongan itu, aku dan Jack terdorong masuk di tengah-tengah aula makan yang sunyi.

Kau pasti tau kelanjutannya.

Beratus-ratus pasang mata menatap kami.

Pintu sialan! Maki ku dalam hati.
Seandainya pintu itu tidak berbunyi, tidak akan ada yang menyadari kami masuk.

Jack kelihatan sama tak nyamannya denganku. Walau ia berusaha tak menunjukkan ekspresi yang justru membuatku ingin menamparnya.

Karena, puh-lease, dia terlihat seperti menahan buang air besar.

Kau tahu bagaimana mukanya? Kalau tidak, saat kau buang air besar, berkacalah dan itu ekspresi yang kumaksudkan.

Tanpa aba-aba, kami diserbu oleh berbagai pertanyaan dan sapaan "hai" ataupun " halo" dalam berbagai bahasa.

Berbagai dalam konteks ini berarti semua cara untuk berkomunikasi antar makhluk (hidup).

Jack memucat, sedangkan aku berusaha menampilkan senyuman lebar dan berbisik pada Jack,

"Begini ya rasanya," ujarku

"Ini tidak seperti yang seharusnya." Balas Jack dengan muka datar dan bibir yang tidak bergerak. Aku mulai curiga ia memakai suara perut.

"Kenapa memangnya?" Tanyaku

"Mereka hanya akan gembira ketika,..." Kata-kata Jack menggantung, disusul dengan bunyi ludahnya yang tertelan dengan paksa

"Satu, ada pesta dan hadiah,.." kata-katanya kembali menggantung, dan aku tetap menunggu

"Dua, ketika mereka mendapat gossip,..."

"Lalu?" Potongku tak sabaran

"Tiga, ketika mereka mendapat berita besar, yang tak jauh-jauh dari ramalan, dan kutukan." Kata Jack sebelum akhirnya dia terpisah dariku. Ditarik oleh segerombolan anak lelaki berbagai macam rupanya.

Wow. Kurasa yang opsi ketiga lebih mirip dengan saat ini. Dan juga,

Itu sepertinya seru. Pikiranku yang paling waras maupun yang paling gila menyahut dalam benakku.

Itu hal terakhir yang bisa kupikirkan sebelum aku tertarik kesana kemari oleh anak-anak perempuan yang terlihat riang-gembira-senyum-sejuta-makna.

Tuhan, aku tahu aku bukanlah hamba-Mu yang paling taat, tapi, tolong. Kalau bisa keluarkan aku dari sini secepatnya. Doaku dengan penuh harap

Riuh rendah suara bersahutan di telingaku. Membuat pikiranku langsung tertuju pada satu hal,

Kalau hari pertama saja seperti ini, besok dan seterusnya bagaimana?

°. °. °. °. °.

A/N
Wah. Sekali apdet 2 bagian. Kemajuan yang bagus kan?:)
20/12/16

–Than

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 20, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hex AcademyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang