❝𝐷𝑢𝑛𝑖𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑑𝑖𝑙 ℎ𝑎𝑛𝑦𝑎 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔-𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑡𝑎ℎ𝑡𝑎, 𝑏𝑒𝑟𝑘𝑢𝑎𝑠𝑎, 𝑑𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑔𝑒𝑙𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔 ℎ𝑎𝑟𝑡𝑎.❞
☀︎︎☀︎︎☀︎︎
Normalnya orang akan berpikir uang itu segalanya. Apa yang ingin dibeli pasti akan sangat mudah jika menjadi kaya raya. Harta yang bergelimang membuat orang bisa melakukan apa saja.
Termasuk membeli seseorang, bukan? Hahaha itu tentu sangat jelas.
Tapi itulah orang lain, aku hanya seorang pemuda yang tumbuh di lingkungan buruk. Ayah dan ibu ku adalah seorang penjudi, kakak laki-laki seorang pencopet, adik perempuan ku seorang penipu, dan aku yang ikut terlibat dalam kejahatan-kejahatan mereka.
Dunia adil bagi orang yang kaya. Benar 'kan?
Kenalkan seorang pemuda ini bernama Lee Heechan, kelahiran 15 Oktober pada Tahun 2000. Kakak laki-laki ku bernama Huang Renjun, bertubuh mungil dan berparas turunan surga. Jangan tertipu, ingat itu! Dan terakhir adik perempuan ku, Shin Ryujin. Dia cantik tapi juga ganteng. Heran? Aku pun juga, itu yang dinamakan berkah, berkat hal itu dia sulit untuk di identifikasi saat melakukan penipuan.
Kami bertiga sudah melewati masa hidup yang susah. Mau sesuap nasi harus bertaruh nyawa. Ayah dan ibu tidak mau bahkan tidak peduli pada anak-anaknya. Judi, berjudi, dan berjudi. Hal itu yang mereka prioritaskan, bahkan saat Bang Renjun digebukin masa mereka pun cuek.
Kami bertiga memilih pergi dari rumah biadap itu dan menyewa sebuah kontrakan. Tidak ada gelar sarjana di belakang nama kita, tidak buruk hanya saja orang memandang orang lain rendah hanya karena tidak memiliki gelar. Lelucon macam apa itu? Jika kalian meninggal kita semua akan bergelar sama, almarhum.
"Heechan, dimana topi kuning kesayangan ku?" Teriak Renjun sambil berkacak pinggang dan matanya melotot garang pada sang adik.
Heechan membalas plototan mata Renjun dengan malas, "ditempat biasa, lo emang udah tua bang, tapi jangan pelupa juga, deh."
Renjun semakin melotot dan melayangkan pukulan pada pundak Heechan. "Bajingan, lo kalau bukan adik udah gua buang ke sungai."
"Ya ya ya, terserah paduka." Balas Heechan yang memutar bola matanya jengah.
"Ada apa? Suara abang sama mas sampai ke kamar gua." Nimbrung Ryujin tiba-tiba yang membuat Renjun refleks latah.
"Nih abang, lo. Marah mulu kerjaannya," jawab Heechan sambil berlalu. Dia butuh mandi dan akan mencari uang. Setidaknya dia ingin menggunakan ijazah SMA miliknya.
Ryujin hanya mengangguk malas kemudian mengambil gelas dan menuangkan air putih. Dia mengambil beberapa butir vitamin yang dia minum bersama air putih tadi.
Setidaknya lambungnya tidak akan rewel saat nanti siang dia menjalankan pekerjaan kotornya.
"Gua berangkat! Ntar jangan lupa kunci rumah, lo!" Pamit Renjun sekaligus menunjuk Ryujin. Mengingatkan adiknya agar mengunci pintu rumah.
"Iya, dasar bawel."
"Adik laknat emang ya lo!"
KAMU SEDANG MEMBACA
KISAH KAMI - On Going
Tiểu Thuyết Chung❝𝐏𝐮𝐧𝐲𝐚 𝐩𝐮𝐧𝐝𝐚𝐤 𝐤𝐨𝐤𝐨𝐡 𝐛𝐮𝐤𝐚𝐧 𝐚𝐫𝐭𝐢𝐧𝐲𝐚 𝐠𝐚𝐤 𝐛𝐢𝐬𝐚 𝐫𝐨𝐛𝐨𝐡. 𝐉𝐚𝐝𝐢 𝐚𝐧𝐚𝐤 𝐩𝐞𝐫𝐭𝐚𝐦𝐚 𝐛𝐚𝐡𝐮𝐧𝐲𝐚 𝐡𝐚𝐫𝐮𝐬 𝐭𝐞𝐠𝐚𝐩, 𝐣𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐬𝐚𝐦𝐩𝐚𝐢 𝐥𝐞𝐧𝐠𝐚𝐡, 𝐛𝐚𝐡𝐚𝐲𝐚!❞ Selamat membaca~