Pertemuan Pertama

104 8 5
                                    

"Bukankah itu Yuki? Kabarnya dia sudah selesai diskors karena pacaran dengan guru PKL."

"Tidak mungkin cuma itu! Pasti dia ketahuan lagi ngapa-ngapain di sekolah!"

"Psst... Lagi ngapain?"

"Katanya ada yang lihat lagi gituan di sudut ruang Kesenian."

"Idih....."

"Pantas langsung diskors!"

"Kabarnya guru itu juga langsung diberhentiin. Padahal belum selesai PKL."

"Terus apakah guru itu hamil?"

"Mana kutahu!"

Pengang rasanya telinga Yuki ketika datang ke sekolah dan dengar semua gosip itu. Gosip tak sepenuhnya salah sih. Memang Yuki telah aktif seksual sejak SMP, dan dia merasa seperti orang kelaparan kalau tidak melakukannya dalam--maksimal dua bulan. Setidaknya dia harus cari cewek.

Akan tetapi Yuki sangat tidak menyukai membeli dari penjaja tubuh biasa. Ia lebih suka memacari teman, atau siapapun yang di sekitar lingkungannya, terutama yang masih perawan. Ia menyukai hubungan romantisme walau akhirnya ia hanya menginginkan seks.

Yuki pun kali ini ingin lebih berhati-hati. Gosip itu bukan tidak betul. Tapi Yuki tidak suka jika dibicarakan. Memang beberapa kali ia dan guru magang itu melakukan beberapa kali secara kilat di sekolah. Bahkan menunggu semua orang pulang. Tapi ternyata masih juga ketahuan.

Yuki yang bingung harus bagaimana bersikap, memilih merenung di perpustakaan. Ia benci dengan segala suara bising tentang dirinya di kelas.

Begitu masuk perpustakaan, Yuki bertubrukan dengan seorang gadis dengan banyak buku.

Rambut gadis itu panjang, berponi, lurus, dan tampak berkilau memantulkan cahaya dari jendela perpustakaan.

Matanya yang indah tersembunyi di balik kacamata. Pipinya bersemu merah, dan bibirnya menggumamkan kata maaf.

Yuki telah jatuh cinta. Untuk sesaat, ia terpana sekian detik. Mematung karena terpesona.

Saat gadis itu berjalan ke arah bangku, Yuki pun mengikuti langkahnya.

Me Before You: Mina the Diligent StudentWhere stories live. Discover now