Part 1

12 0 0
                                    





Berlin, Jerman

Di salah satu tempat wisata yang disukai oleh para wisatawan, tepatnya di Neuschwanstein. Ada seorang gadis cantik yang leluasa memandangi objek-objek yang dapat ditangkap oleh mata abu-abunya itu. Kelsie Alicia Zeate. Gadis itu tersenyum saat melihat arsitektur yang begitu indah di matanya. Menyejukkan matanya. Keindahan yang tak terbayangkan. Gadis kelahiran Australia-Jerman itu menjelajahi tempat wisata di negara kelahirannya tersebut dengan ceria.

Kelsie sangat fokus memperhatikan keadaan tempat wisata yang dari dulu ia kecil sampai sekarang di umurnya yang ke-17 tahun tetap menjadi favoritnya. Dibelakangnya sudah ada seseorang lelaki yang tampan dengan tinggi tubuh melebihi sang gadis. Tersenyum, lebih tepatnya menyeringai memperhatikan Kelsie.

Dari tangannya, keluar angin hitam yang tak bisa dilihat oleh sembarang orang. Dengan cepat, lelaki itu menubrukkan tangannya ke pundak sang gadis. Dan mereka terseret ke dalam lorong tanah disertai angin yang berhembus. Dibawah mereka terbentuk alas berwarna hitam pekat dan keras. Setelah mencapai alas, Kelsie langsung berbalik dan menatap orang yang 'menculiknya' itu.

"Bisa nggak kalau mau ngomong berdua biasa aja?" Ucap Kelsie menatap lelaki tampan didepannya itu. Lelaki itu orang yang pernah membuatnya tenang dan damai. Fransisco Gerald Xavie. Lelaki yang sedang tersenyum padanya dengan senyuman menggoda khas nya.

"Aku hanya menggunakan cara yang lebih instan dan efektif, Ms. Zeate," ucapnya sambil mengeluarkan cengiran yang menambah ketampanan nya itu.

"Jadi? Apa yang mau kamu bicarakan, Mr. Xavie?" Tanya Kelsie lembut lebih tepatnya menggoda sambil mengalungkan tangannya di leher sang lelaki. Frans pun tersenyum memikat.

"Apa kau tak merindukanku, eh?" Sambil tersenyum nakal. "Ms. Zeate?" Menggoda sang gadis yang masih menatapnya itu. Kelsie terkekeh.

"Aku masih ingin bersama mu, Mr. Xavie. Tapi aku tak punya banyak waktu sekarang," katanya sambil melepaskan tangannya dari leher sang dominan. "Jadi?" Lanjutnya seraya bertanya.

"Ah, sebenarnya tidak ada yang harus dibicarakan. I just missing you so much, Kee," Frans melingkarkan tangan nya dipinggang Kelsie. Tidak mau dilepaskan.

Kelsie tersenyum lalu mengusap wajah tampan yang hanya berjarak 5 cm didepannya. Kelsie mengecup pelan pipi Frans dan beranjak pergi tanpa ditahan oleh lelaki bermarga Xavie itu. Dia tersenyum. Senyum tulus yang jarang ditunjukannya pada siapa pun.

Di sisi lain, Kelsie yang keluar menembus bayangan pun melanjutkan melihat-lihat sekitarnya. Kelsie sudah berjalan keluar dari Neuschwanstein. Tepat di saat, mobil ferrari hitam berhenti didepannya.

"Young lady, anda mau kemana setelah ini?" Ucap supir pribadi yang disediakan ayahnya.

"Aku ingin bertemu Papa. Sedang ada dimana dia sekarang? Aku tak bisa menghubungi nya," kata Kelsie sambil berjalan menuju pintu penumpang mobilnya itu.

"Tuan besar Zeate sedang berada di Zeate Main Tower. Apa schön tetap ingin berbicara dengan Big Boss?" Tanya sang supir seraya menatap Kelsie dari kaca. Dijawab anggukan dari sang primadona.

Mobil hitam legam miliknya pun keluar dari area pegunungan. Sepanjang perjalanan, Kelsie hanya menyandarkan kepalanya dan bersantai. Dan sesekali menatap keluar jendela mobilnya. Setelah perjumpaan singkat dengan Fransisco, dia harus menenangkan otaknya. Jujur saja dia memang merindukan lelaki itu.

Hujan turun setetes demi setetes. Perlahan kecil tapi lama kelamaan menjadi hujan lebat. Kelsie tersenyum melihat tetesan air yang mengenai jendela mobilnya. Sete

Tak lama, terlihatlah sebuah gedung yang menjulang tinggi di atasnya tertulis ZMT. Terlihat dengan jelas. Kelsie menegakkan posisi tubuhnya dan tersenyum lebar memandanginya.

"Genießen Sie Ihren Tag, meine Dame," ucap supir nya itu ketika membuka kan pintu mobilnya. Yang artinya, Enjoy your day, My Lady. Membuat Kelsie tersenyum lantas berjalan memasuki gedung yang terkenal bernama ZTM.

Di dalam gedung, Kelsie disambut oleh sang resepsionis yang bernama Clara.

"Ms. Schön, Willkommen zuhause (Welcome Home)," ucap Clara yang ceria melihat sang primadona. Kelsie membalas perkataan Clara dengan tersenyum simpul.

"Clara, Where is Big Boss?" Tanya Kelsie sambil melangkahkan kaki menuju tempat lift. Sambil tersenyum manis membalas sapaan dari para karyawan.

"Big Boss sedang bertemu dengan klien, meine Dame," ucap Clara menjelaskan jadwal Bosnya hari ini. Kelsie pun mengangguk.

"Danke, Clara," ucap nya seraya melangkahkan kaki ke dalam lift. Kelsie menekan Lantai 10, dimana sang papa berada. Kelsie pun menyibukkan diri dengan gadgetnya. Kebiasaannya saat bosan dan bisa mengalihkan perhatiannya penuh.

Ting!

Lift pun terbuka. Memperlihatkan suasana yang sering dilihatnya di kantor papanya ini. Dari arah berbeda dengannya, ada seorang lelaki yang sedang berjalan (tanpa di ketahui oleh sang primadona) memperhatikan sekitarnya. Kelsie pun mengangkat mukanya dari handphone nya. Bertepatan dengan lelaki tinggi nan tampan itu. Tersenyum. Hal pertama yang dilakukan keduanya. Posisi mereka berhadap-hadapan hampir bersebelahan.

"Kee!" Sahut seseorang memanggil nama kecil nya. Lantas Kelsie dan lelaki itu menengok. Memperlihatkan ada gadis yang lebih pendek dari Kelsie berlari ke arah mereka. Begitu cepat larinya sampai-sampai Kelsie terdorong. Refleks lelaki di depannya pun lebih cepat dari perkiraan. Lelaki itu menangkap tubuh Kelsie ke dalam pelukannya. Mereka bertatapan.

"OMG! Hehehe.. sorry Kee. Sorry Mr. Lectarno," ucap gadis itu tersenyum lebar kepada keduanya. Setelah berdiri dengan normal lagi, Kelsie menghela nafas melihat sahabatnya itu. Crystal Deandra Beldon.

"Hahaha it's okay, Ms. Beldon," ucap lelaki itu kelewat santai. Kelsie memandang lurus ke depan lalu ke arah lelaki itu.

"So, thanks for your help, mmm," ucapnya seraya bertanya.

"Geovarno Evan Lectarno," ucap lelaki itu sambil menarik sudut bibirnya ke atas.

"Ah! Thanks for your help then, Mr. Lectarno," kata Kelsie sambil melempar senyum nya kepada lawan sejenisnya itu. Lelaki itu langsung menyahutnya lagi.

"Panggil aku Geo. Jangan terlalu formal denganku, My lady," sahut nya cepat dan dingin. Membuat Kelsie tersenyum sambil mengangguk sedangkan Crystal terpaku dan memikirkan dua orang di depannya.

"Tal?" Panggil Kelsie kepada sahabatnya yang masih terpaku itu. Kelsie mengernyit heran melihatnya.

"Tal!" Serunya di sebelah telinga Crystal. Dan dipastikan sang pemilik telinga akan berhenti melamun. Crystal tersentak kaget dan memegang telinganya.

"Eh? Kenapa sih? Telinga ku sakit tau?!" Ucap nya kesal dengan kelakuan sang sahabat. Kelsie pun mendengus dan melupakan kalau mereka tidak hanya berdua disitu. Geo hanya tersenyum tipis melihat dua orang gadis didepannya.

"Kamu sih ku panggil dari tadi malah melamun. Gimana sih?" Tanya Kelsie agak kesal dengan perilaku Crystal. Crystal pun tersenyum lebar seraya meminta maaf.

"Hehehe Kee. Sorry," ucap Crystal menatap Kelsie yang menatapnya tajam.

"Eh ya udah, kalau gitu aku sama Crystal duluan ya Ge, Bye," ucapnya sambil memandang orang yang hampir dilupakannya. Geo tersenyum kepadanya seraya melambaikan tangan.

☆☆☆

Geo tersenyum mengingat perjumpaannya dengan gadis cantik rupawan. Geo seketika menepuk dahinya kencang. Lupa. Menanyakan nama gadis itu. Yang dia tau adalah nama kecil gadis itu. Siapa ya? Oh ya! Kee.

Siapa gadis itu? Geo sangat penasaran. Gadis yang bisa membuat dia tersenyum.





INDESCRIBABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang