[ PROLOG ]

112 11 4
                                    

" Elangggggg bangun sayang, ini udah jam berapa? Ini kan hari
pertama kamu !!! ". Teriakkan yang berasal dari arah dapur itu membendung di telinga Elang, membuatnya merasa terganggu dan justru kembali merekatkan selimutnya.

" Elang!!!! kamu denger gak sih? mau mamah siram ya??!". Suara itu lagi, benar-benar mengganggu. Elang bahkan baru saja tertidur dua jam lalu saat ia benar-benar lelah bermain PS.

" ELANGGGGGGGGG!!!!!! ". Teriak sang Mamah yang suaranya semakin memaki kuping Elang.

" Iya Mahhhhh, Elang udah dikamar mandi kok ".

Tentu saja Elang berbohong.

Nyatanya Elang masih sibuk dengan selimut yang meliliti tubuhnya. Karena kalau tidak, sudah dapat dipastikan Mamahnya akan masuk kekamarnya lalu meneriakinya agar bangun. Namun, sehebat-hebatnya seorang anak lebih hebat lagi seorang Ibu.

" Kamu ini ya! Mau ngelabuhi Mamah, bangun Elang. Besok-besok Mamah buang PS-nya supaya kamu gatidur kemaleman lagi ".

Ancaman ini sedikit berarti bagi Elang. Tanpa PS siapa lagi yang bisa menemaninya? Siapa lagi yang bisa dijadikan alasan agar teman-temannya datang kerumah? Siapa lagi yang bisa dijadikan objek pelampiasannya karna lelah belajar? Siapa lagi yang bisa mengisi waktu liburannya yang begitu hampa? Siapa? Siapa? Siapaaaaa?????.

PS-ku tersayang. Kan ku jaga kau selalu. Terlebih, dari Mamah-ku, yang teramat jahat padamu. Batin Elang.

" Awwww, Mamah kebiasaan ! suka nya nyubit ".

Pekik Elang begitu mendapati Mamahnya baru saja mencubit lengannya dengan ujung-ujung kuku nya yang baru saja dipotong. Sang Mamah hanya tertawa melihat putranya yang kesal.

Seperti tak pernah kapok justru Elang makin merekatkan selimutnya. Elang menutupi kupingnya dengan selimut yang tebal. Membuat sang Mamah makin geram dan mencubit kencang kembali lengan Elang.

" Awwwww!! Oke Elang bangun ini Elang bangun ".

Sang Mamah tersenyum penuh kemenangan begitu melihat putra kesayangannya terbangun dan langsung mengambil handuk.

Di bawah shower kamar mandi, Elang meratapi dirinya sendiri. Rasanya masih sangat malas untuk bangun apalagi mandi sepagi ini, terlebih sudah kurang lebih dua pekan Elang memutuskan untuk bangun siang. Paling-paling ia bangun jam 5 subuh untuk sekedar shalat lalu kembali tidur. Hawa kantuk masih melekat dalam dirinya apalagi dinginnya pagi masih begitu terasa menyentuh kulit. Tapi, apalah daya. Nyatanya, ini adalah hari pertamanya memasuki SMA. Jauh dari lubuk hati yang teramat dalam, ia sungguh menyesalkan datangnya hari ini. Karena, sudah dapat dipastikan hari ini ia akan bertemu dengan OSIS sebagai panitianya, kakak kelas baru, suasana baru, teman baru dan perempuan-perempuan yang sudah pasti lebih over dibanding waktu SMP-nya dulu. Tapi yang menjadi point utamanya sebelum perempuan adalah OSIS. Dari dulu ia sangat benci organisasi itu, dianggap nya mereka hanyalah sekelompok orang yang ingin tenar dan tidak mengerti apa-apa.

Apa sih gunanya mereka? gada mereka toh sekolah juga baik-baik aja.
Batin Elang.


06.10 Pagi.

Plang bertuliskan SELAMAT DATANG DI SMA BINA NUSANTARA menyambut kedatangan Elang dan motor yang dikendarainya. Dari luar, sekolah ini tampak begitu besar dengan warna abu-abu yang mendominasi keseluruhan bangunan ini.

Dalam hal pendidikan Roni, Ayahnya Elang memang tak pernah main-main. Terlebih, Elang adalah anak laki-laki tertua dirumahnya. Sudah seharusnya ia memberikan yang terbaik untuk Elang. Namun, sang Ayah pun tak mau repot-repot memikirkan Elang akan jadi apa nantinya. Karna tugasnya hanyalah sebatas membantu dan memberi dukungan, selebihnya itu terserah Elang. Karena ayahnya tak mau Elang tumbuh dengan berbagai paksaan orang tua. Ini karirnya, dia yang menentukan.

HER [ UPDATE DUA HARI SEKALI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang