Prolog

59 9 5
                                    

Minggu pagi di lapangan penuh bunga langit berwarna biru cerah sekali, terlihat beberapa orang berseragam coklat muda sibuk hilir mudik seperti sedang menjalankan tugas nya masing masing.

"tes tes satu dua tiga" suara nyaring seorang perempuan terdengar saat sedang mencoba sebuah mic yang baru diganti karena yang sebelumnya harus dan mau tidak mau pensiun dini.

"Ya!! AYANA!!" seorang lelaki paruh baya terlihat sangat marah ketika matanya dengan tajam menatap perempuan berbaju coklat muda yang sedang memegang mic baru itu

"Hehehe, sorry sir. Mulut dan tangan saya gatal kalo gak pegang mic baru, kali ini saya jamin dia akan aman dan awet" perempuan yang di panggil ayana tersenyum lebar sambil menggoyang - goyangkan mic kecil tersebut

"AYANA, CEK DOKTER SUDAH SAMPAI ATAU BELUM!!" Lagi, lelaki paruh baya itu berteriak keras ke arah ayana yang sibuk menundukan kepala karena sedang mencoba memasang microphone baru ke badannya.

Mendengar kata dokter, seketika ayana mengangkat kepalanya
"Mampus gue, kenapa sampai bisa lupa sama tugas vital" ayana menepuk kepala nya keras.

Dengan sigap, ayana memasang mic tersebut seperti sudah terbiasa dan langsung berlari menuju gedung besar, ia berbicara pada informan disana dan setelah mendengar jawaban informan, ayana langsung mengambil handphone di sakunya

"BANG, LO KOK TELAT SIH" teriak ayana langsung ketika nada sambung berhenti tanda panggilan itu telah tersambung

"SABAR WOY, GUE TADI KEJEBAK MACET" balasan lelaki di ujung sana setelah mendengar teriakan ayana

"AELAH,, BILANG AJA LO TADI PAGI NONTON DORAEMON DULU, MAKANYA KALO UDAH BESAR ITU INGET UMUR" semprot ayana

Belum selesai percakapan mereka, bos ayana tiba tiba datang dan menarik tangan ayana kebawah pohon besar sehingga panggilan itupun terputus begitu saja.

"Kenapa sir?" Ayana bingung dengan perlakuan bos nya

"Permasalahan dokter biar Zeva yang handle, kamu gantiin saya jadi pemandu di acara orang orang itu" Bos ayana, Deva sambil berbicara dengan ayana, ia menunjukkan jarinya dengan rombongan orang asing lengkap dengan peralatan shooting yang baru tiba di depan pintu masuk.

Ayana melotot terkejut karena tugas dadakan ini, siapa yang mau coba jadi pemandu acara dadakan gini, selain ayana gak siap mental, penampilannya bener bener jauh dari kata rapi.
"Kamu kan juga menguasai berbagai bahasa asing, jadi tidak usah menolak, gaji mu nanti saya tambahkan. Sekarang ganti baju, rapikan dirimu dan gabung kesana dalam 15menit." Deva menepuk punggung ayana pelan dan mendorong nya ke arah gedung kantor.
Sempurnakah aku?
Bahagiahkah aku?
Lupakah aku?
Ketika terakhir kali kulihat bintang tersenyum
Ketika semua kembali padaku

Sadarkah aku?
Bahwa hanya pada satu bintang aku menetap
Menetap dalam kesetiaan
Menunggu dalam keadaan
Menyadari bahwa,
Aku hanya bisa menatap bintang dari jauh.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 05, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Nouvelle FeuilleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang