Levi membuka ikatan perban yang melilit di mata. Sedikit berkedip saat ia merasakan ada sejuta tombak cahaya yang menyerodok masuk tanpa ijin. Entah sudah berapa lama dirinya tidak merasakan cahaya karena terlalu sering 'tertidur'. Membuat cahaya itu terasa begitu silau dimatanya. Levi terus berkedip sampai ia benar-benar melihat semuanya dengan jelas.Dan sosok yang ia pertama kali ia lihat adalah Eren Jaeger, yang kini terduduk di sampingnya.
Bocah itu menatapnya sambil tersenyum manis. Bahkan kalau dilihat secara jeli, nyaris seperti menangis. "Bocah, aku ada dimana—"
"Sir... selamat datang."
Levi mengernyit bingung. "Apa maksudmu—" terhenyak, ia menatap ke mata kiri eren yang dihias oleh sebuah perban yang tadi menutup matanya. "Eren, matamu kenapa?"
Eren tidak menjawab. Pemuda itu hanya mengulas sebuah senyuman.
"Dengar bocah, Aku ini sedang berbicara denganmu."
Ngomong-ngomong, Levi sendiri tidak tau apa alasan mengapa ia berada di tempat mirip rumah sakit ini.
"Sir..."
Pemuda bersurai hitam itu menaikan sebelah alis. Eren terkekeh kecil. Entah siapa yang mengajarinya cara tidak bersopan santun disaat ada orang yang berkata serius. Levi nyaris akan memarahinya ketika mendengar perkataan bocah itu yang membuatnya tertegun.
"Sir Levi tampak sedikit aneh dengan mata itu."
Mata? Mata apa?
"Apa maksudmu bocah?"
Eren kembali mengulas senyuman. Kali ini senyuman itu terlihat sangat kecewa. "Ternyata sir Levi tidak mengingat apapun ya?" Kemudian tangannya menunjuk ke arah sebuah pot bunga. "Coba lihat..."
Mengikuti arah pandang jari telunjuk Eren, Levi menatap pot bunga yang putih bersih itu. Memantukan bayangan dirinya dan... sesuatu.
Sedetik kemudian, ia terbelalak. Belum sempat ia berkata-kata, Eren melanjutkan kalimatnya. "Sir, aku bahagia..."
Tubuh pemuda Akcerman itu bergetar. Meminta pertanggungjawaban kepada Eren lewat sepasang iris heterokrom tentang apa yang sebenarnya terjadi. Sebenarnya ia kenapa?
"O-oy, apa maksud semua ini?"
Bocah titan itu berjalan mendekat. Hanya satu sampai dua langkah. "Aku bahagia, ketika melihat Sir Levi bisa tetap hidup."
Tenggorokan Levi masih tercekat. Suaranya terasa hilang sesaat. Ia masih terlalu enggan menatap kenyataan.
"...walaupun Aku harus kehilangan sebelah mataku..."
Lalu dengan tiba-tiba sosok kopral muda itu mencengkeram kedua lengan Eren kuat-kuat. Eren sendiri tidak memberontak. "Jelaskan—jelaskan padaku apa yang sebenarnya terjadi!"
Bocah titan itu menghela napas sambil tersenyum. Seakan ia tidak bisa menghilangkan ekspresi yang sulit di definisikan. Antara senang atau pura-pura senang. Ataukah sebenarnya ia sedang bersedih tidak ada yang tau.
"Sir Levi mengalami 'kecelakaan' saat melakukan ekspedisi di luar dinding. Sir, anda—maaf, maksudku mata anda terkena puing-puing reruntuhan saat anda mencoba melawan titan milik ayahku. Ditambah lagi anda terbentur sesuatu yang membuat anda harus 'tertidur' panjang dan kehilangan beberapa memori. Tapi Aku beruntung bisa membawa tubuh anda dan menyelamakan anda secepat mungkin. Aku nyaris bingung ketika dokter berkata bahwa anda tidak akan bisa sembuh. Sekalipun bisa, sir Levi akan kehilangan satu mata. Maka dari itu Aku menyumbangkan sebelah mataku..."
Levi merasa ia melupakan bagaimana cara bernafas. Perlahan, cengkeramannya pada pundak Eren mengendur.
"Tapi aku bahagia... Aku bahagia ketika Aku masih bisa melihat Sir Levi memarahiku, membentakku, menendangku... semuanya..." Air mata Eren menetes. Turun dengan sangat deras. "Aku bahagia Sir... walaupun aku yakin, anda melupakan kenangan yang telah kita buat sebelumnya..."
Kata-kata Eren bergeming di kepalanya. Kita? Apa yang yang ia lakukan bersama Eren sebelumnya? Sekuat apapun Levi mengingatnya, memori itu terasa hilang. Ada yang kurang, namun Levi tidak bisa mengingatnya terang-terangan. Dan justru hal itu malah membuat kepalanya semakin sakit seperti berguncang.
"Eren..."
Eren menggenggam kedua tangan kaptennya. Levi hanya diam tanpa memberi perlawanan sedikitpun. Kemudian Eren semakin mendekat sampai ia tiba pada kening Levi dan menciumnya singkat. "Heichou, kuharap kau tidak menolak..." pemuda berambut coklat itu tersenyum lembut. "kurasa kita akan memulainya dari awal..." Eren menatap iris berbeda warna milik Levi yang tampak kosong.
"Karena Aku terlanjur mencintaimu..."
.
.
.
FIN.
...
wapaah inii //gelindingan. Angst gagaal. Eren levi ato Levi ereeen 0)----(
EreRi kayanya ;--; //authornyapecintaRivaErepadahal
curhat dikit, ini fanfic terlama yang pernah ane bikin. Setaun yang lalu kira-kira. Dan di masih awal-awal improvisasi/?. wakss. Karena abis obrak-abrik file nemu ini, ya udah ngecoba share di wattpad :'v terus bagian yang waktu ngejelasin kenapa levi bisa luka itu, masih jamannya manga snk yang belum sejauh chapter sekarang ini. Jadi aku nggak tau kalau mereka bakalan hidup waktu nyoba ngalahin titan monyetnya :V Dan aku males ngerubah juga. //slap
Btw aku telat ngucapin. Selamat natal dan selamat ulang taun akang lepi :''v fanfic ini kupersembahkan untukmu~ terima kasih telah menjadi husbandoku selama 3 taun :v
salam tjintah,
Yuu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shiawase
FanfictionHanya drabble singkat tentang kisah mereka berdua. Warning: Yaoi inside! Boy x Boy. ErenxLevi(?) :''v Ngabal dll. Rating aman. Shingeki no Kyojin ©Hajima Isayama Cover punya yang bikin.