~Fallen Moon, Where Im Crying~

7 1 0
                                    


Saat sepasang sayap yang tumbuh di tempat yang sama , maka tidak ada di antara mereka yang dapat menggapai satu sama lain. Cermin yang telah jatuh akan ku satukan lagi kepingan itu. Walau terluka dan tak mungkin kembali seperti semula, tapi setidaknya aku ingin melihat diriku sekali lagi dan bertanya padanya, "Apakah kau akan meninggalkanku?"

Pagi ini aku dan keluargaku pergi ke tokyo untuk menempati rumah baru kami. Itupun menjadi awal baru bagi kami bertiga, Ayah,Len dan aku. Aku berharap di Tokyo nanti aku bisa jujur pada perasaanku.
Memang bukan keputusan mudah, ayah meninggalkan kampung halamannya yang penuh dengan kenangan bersama  ibu dan keluarganya.Tapi ini mungkin lebih baik baginya daripada dia harus melihat anaknya dikucilkan oleh keluarga ibu. Ya,kematian ibu tidak lain karena kebodohanku. aku yang tidak tau hari yang seharusnya menjadi hari terbaik kami 'berdua' malah menjadi hari terakhir baginya.
Jika waktu bisa ku putar kembali, aku akan mengurungkan niatku untuk pergi kesana untuk merayakan ulang tahun kami.

"Ayah, malam ini bulannya begitu terang." kataku menatap ke langit.
"Tentu saja, Bagaimana tidak terang, hari ini tepat hari dimana ibumu pergi ke surga." jawab ayah.
"Bagaimana kalo kita pergi ke makan ibu sebelum kita jauh darinya." tanyaku sambil memohon.
"Benar juga, ayo kita kunjungi ibu." balas ayah sambil tersenyum.

Walau aku dan ayah terlihat cukup baik-baik saja, tapi sudah seminggu ini Len tidak mau berbicara padaku.Entah Kenapa akupun tidak tau, tapi semenjak hari kelulusan kami,dia berubah.Aku seperti kehilangan setengah tubuhku, seperti kehilangan arah pulang tempatku bernaung. Aku tidak berani bertanya padanya, apa yang terjadi pada dirinya saat ini, tapi aku harap dia mau menceritakannya padaku, berbagi suka dan duka seperti dulu.

Aku memberanikan diri bertanya padanya.
"Len, bagaimana menurutmu? ini bagus sekali kan? kamu merindukan ibu juga kan? bukankah kita berjanji akan memberikan ibu mawar saat kita kembali kesana, bagaimana kalo kita mencari toko bunga?" tanyaku tanpa fikir.

Kulihat Len hanya menatap kosong keluar jendela. Aku memandanginya dari bangku belakang mobil, tapi sedikitpun dia tidak melirik ke belakang, diapun diam membisu mengacuhkan pertanyaanku.

Kemana perginya senyuman hangat itu? yang selalu menghapus air mata yang mengalir deras di pipiku. Tanpa ku sadari waktu cepat berlalu, dan membangunkanku dari mimpi panjang tentang kisah dongeng kami. Terasa menyakitkan saat aku sadar bahwa kau telah pergi jauh melangkah meninggalkan luka lain setelah kau membuatku percaya padamu. Tanpa melihat kebelakang kamu seperti berkata "Sudah saatnya kututup cerita dongeng ini dan kamu bisa kembali melihat kenyataan." begitukah? Setelah selama ini kau tahan ribuan panah yang menghujaniku? begitukah? Setelah kau balut lukaku dengan kata-kata dan janji manismu? begitukah? Setelah aku mulai sadar bahwa aku bukanlah kutukan yang ditinggalkan oleh semua orang? begitukah? Setelah aku mulai mengerti perasaanku yang sesungguhnya padamu.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 26, 2016 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Fallen MirrorWhere stories live. Discover now