Meet with A handsomest boy

93 5 0
                                    

Dari pagi tadi aku terus mengucapkan sumpah serapah karena lupa memasang alarm, padahal hari ini adalah hari pertama aku mengikuti ospek dan dengan bodohnya lagi penyakit pelupaku kambuh. Aku lupa dimana arah menuju kampus, padahal seingatku aku mengontrak rumah tak jauh dari kawasan kampusku.

Aku berlari mengejar seorang laki-laki yang jaraknya beberapa meter ada di depanku. "Mas mau nanya arah kampus diman..." aku tak bisa menyembunyikan kekagumanku ohemji dia itu cowok paling ganteng yang pernah ku temui seumur hidupku, rasanya dadaku sesak karena berasa oksigen habis disini, bahkan mungkin wajahnya yang ganteng itu malah mendekati cantik dan badannya oh tidak kurus dan juga gendut terlihat begitu pas. Dadanya bidang dan diperutnya terlihat samar-samar otot, aku berasa ingin memeluknya.

"disana mbak, cuma jalan beberapa ratus meter lagi dari sini" ia berucap dengan nada sopan dan suaranya terdengar begitu sexy sukses menyadarkan pikiran anehku, wajahku terasa begitu panas karena takut kalau lelaki itu menyadari wajahku yang bloon. Akupun mengucapkan terima kasih lalu berlalu dari hadapannya, meskipun hati ini gak ikhlas, aku takut semakin terjerat akan pesonanya lalu patah hati karena mengetahui dia sudah punya pacar. Mana mungkin ia tidak mempunyai pacar, mukanya yang terlalu ganteng itu pasti tidak ada cewek yang mampu menolak pesonanya.

*****

Kegiatan ospek yang berlangsung selama beberapa hari telah lama berakhir.

Sudah hampir dua bulanan aku kuliah disini, sekarang aku sedang berada di kantin dan hendak memesan makan siang.

Aku berjalan menuju meja kosong yang terletak di pojok ruangan karena hanya meja itu yang tersisa. Ekor mataku tak sengaja menangkap sosok lelaki yang pernah ku temui di jalan waktu itu, ia duduk berdua dengan seorang cowok berbadan agak berisi tapi tidak gendut. Mereka berdua terlihat begitu akrab, aku duduk kemudian mulai menyantap makan siangku, aku mengamati kedua cowok yang sama-sama oke itu. Tapi gelagat cowok ganteng yang ku temui dulu itu terlihat janggal seolah-olah ia ingin sekali memegang tangan temen cowoknya, sedangkan temennya terlihat terus menarik tangannya seolah-olah tak nyaman.

"Hai Vita" kak Zayn -kakak angkatanku- langsung duduk di depanku yang mana keberadaanya membuatku tak bisa mengamati lebih jelas kelakuan kedua cowok itu.
"Hari ini kamu pulang sama siapa?" Udah dari pertama dia seolah-olah perhatian banget sama aku, dan bicaranya pun pakai kamu-aku bukan lo- gue kayak dia ngomong sama semua temennya.

"Sendirian kak" jawabku pendek dan terus melanjutkan makan siangku.

"Kalau gitu sama aku aja gimana, aku anterin?"

"Makasih kak, aku bisa sendiri kok, lagian arah kita beda" Kak Zayn nampak hendak protes tapi sekelompok teman-temannya datang dan beberapa diantaranya menduduki kursi yang kosong sedangkan sisanya berdiri,dan salah satu diantara temannya berdiri di belakang kak Zayn dan menutupi seluruh objek pengamatanku.

"Dari tadi gue nungguin lo di ruang musik taunya lo enak-enakan berduaan disini" orang yang kutahu bernama Ical itu ngomel-ngomel kepada kak Zayn tetapi kak Zayn hanya membalas dengan tawaan garingnya. "Vit, lo jangan mau sama Zayn dia itu penjahat kelamin mending sama gue aja"

"Sialan lo" mereka semua asyik dengan urusan mereka sendiri, aku benar-benar bosan dengan kelakuan mereka yang kayak anak kecil.

Teman Kak Zayn berbadan kurus tinggi itu bergeser dari tempatnya berdiri tadi, dan ternyata cowok ganteng itu udah raib gak tau kemana.
"Ini semua karena salah kalian" aku berdiri dari tempat kursiku dan menggebrak meja kemudian berlalu dari hadapan kak Zayn dan teman-temannya yang melongo melihat tingkahku.

Samar-samar aku mendengar suara kak Zayn dan Ical yang saling menyalahkan. Se-bodo amat. Gara-gara kak Zayn datang jadi temennya ikutan nimbrung dan menghalangi pemandanganku, jadi akar permasalahannya adalah kak Zayn dan yang harus disalahin ya dia.

***

Aku gak jadi tahu dimana kelas cogan itu dan pastinya kesempatanku buat kenalan cepat pupus sudah, mana mungkin aku bisa ketemu cogan itu dengan cepat karena mahasiswanya ribuan

di sini kecuali kalau aku jodoh sama dia.

Dar

Aku terkejut hingga terlatah-latah, tanganku mengelus dadaku rasanya jantungku mau copot karena itu, tak seberapa lama penjahatnya sudah ada disampingku sambil memeluk lenganku.

Kebiasaannya ini sudah berlangsung sejak kelas 4 SD kemudian berlanjut ke SMP lalu kami berpisah saat SMA dan bertemu lagi di perguruan tinggi.

"Vit muka lo kok kusut gitu" Bryan bertanya padaku yang masih saja terus memeluk lenganku. Banyak orang menatap kami karena melihat tingkah Bryan.

"Lagi kesel aja sama kak Zayn. Eh gara-gara kamu tau, aku di gebrak sama pacar kamu katanya perusak hubungan orang, dikatain selingkuhan kamu lah"

"Dia mutusin gue Vit, terus gue jelasin tuh semuanya nah dia langsung minta balikan lagi"

"Trus kamu terima?"

"Ogah males gue sama cewek penggoda" aku tersenyum kecil karena geli mendengar Bryan yang mengatakan Wina cewek penggoda. Iya sih dia itu emang pantas banget dikatain begitu secara pakaiannya yang kentat banget terkesan kekecilan apalagi dia seneng banget memamerkan payudaranya yang hampir tumpah-tumpah kalau lagi di luar kampus.

"Trus kenapa kamu mau sama dia dulu?"

"Yah pertama kali gue liat dia, Wah sexy apalagi bodynya yang kayak gi..."

Aku sudah tidak memperhatikan ucapan Bryan yang menggambarkan penampilan cewek itu karena mataku kembali menangkap objek cowok ganteng itu, ia duduk sendirian sambil membaca uhmm... mungkin novel, aku baru sadar kalau sekarang dia pakai kacamata, semakin menambah kesan cool pada dirinya.

Aku memberi isyarat dengan tanganku kepada Bryan untuk pulang duluan karena tak ada kelas lagi setelah ini, iapun mengangguk dan meninggalkanku sendirian.

Sebelum itu aku mengeluarkan smartphoneku dari dalam tas selempangku dan mulai melangkah menuju kursi taman yang sedang ia duduki.

"Hai, kamu orang yang waktu itukan, kenalin aku Vita?" Aku mengulurkan tanganku berdoa moga dia menyambutnya.

"Daren" ucapnya kepadaku dan langsung menjabat tanganku, oh rasanya setruman menjalar dari tangannya memberikan efek besar bagiku. Ia melepaskan tanganku rasanya gak rela banget tapi yaudah lah.

"Kamu udah semester berapa?"

"Semester lima, kamu pasti mahasiswi baru" aku mengangguk sambil tersenyum simpul, dia cowok yang ramah banget. Dia bercerita banyak soal tugas kuliahnya dan aku mendengarkannya dengan senang hati. Tak seberapa lama cowok yang aku lihat di kantin tadi datang.

"Hai nama gue Bobby" cowok berbadan berisi itu sudah duduk di samping Daren dan memperkenalkan namanya kepadaku.

"Vita, kamu berdua sekelas ya?"

"Iya, gue sama Daren di jurusan akuntansi, kalau lo?"

"Komputer"

"Gue boleh tau id line lo gak" aku mengangguk dan menyebutkan id line ku padanya, sebenarnya aku berharap yang minta itu Daren tapi apa dikata ia tak memintanya, masa harus aku yang mohon-mohon sama dia, hello aku kan cewek.

"Bob, udah yuk kayaknya kita harus pulang deh"

"Yaudah, gue pulang dulu bye cantik" aku mengangguk dan tersenyum manis, akhirnya aku tau siapa nama panggilannya, meskipun cuma nama panggilan tapi gak papa lah modal pertama buat kenal lebih jauh.

He Is A GayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang