Kenalin

14 0 0
                                    

Aku Fahri, lengkapnya Abdoellah Fahri. Anak bungsu dari 2 bersaudara. Dengan tinggi kurang lebih 175cm, menunjang hobi aku yg suka gambar dan olahraga. Kulitku sawo matang, tapi menurut ku, aku oke jugaa.. Hehe
Aku tinggal di way halim permai, sebuah daerah tentram di Bandar Lampung. Aku murid kelas 3 di salah satu SMA Negeri favorit di Bandar Lampung.

Sekarang jam 05.00 pagi, aku lagi di kamar yang luasnya 5 meter persegi kurang lebih, bercat hitam dengan banyak gambar dan typography, ada gambarku tapi ada juga gambar temanku. Bebas menulis dan menggambar asal sopan disini. Gelap karena lampunya aku matikan lagi. Dengerin Float nyanyiin lagu mereka yang judul nya Surrender. Baru selesai shalat subuh terus ngeliatin ujan bareng Kurt Cobain yang tertempel di dinding kamar ku sambil berdoa,

"..yaAllah, ujannya sampe siang yaAllah, biar Fahri libur sekolahnya hari ini. Amiinnn.."

Maklum, aku lagi males karena hujan pagi ini dan lagi aku bawa motor kalau kemana mana, jadi Mama biasanya maklum kalau aku tidak berangkat karena hujan hehe..

Mama Lina Eka Putri itu cantik, putih, nggk tinggi, rambutnya hitam panjang, selalu disanggul kalau mau pergi, bawel, baik, kuat, inspirasi buat anak anaknya, tapi galak banget kalo anaknya salah, apalagi telat bangun sedikiiittt aja. Tuh buktinya, Mama lagi masakin sarapan sambil mulai bernyanyi lagu pembangunan. Maksudnya bangunin aku sama kakak perempuan aku si Zahra sambil ngomel.

Kak Zahra Violita itu mahasiswa tingkat akhir di salah satu universitas swasta terbaik di Bandar Lampung, orangnya cantik, kulitnya agak kuning, rambutnya hitam dan gk terlalu panjang, tinggi nya sekitar 165 - 168cm gitu, banyak sih yang naksir, tapi dia jauh lebih malas bangun pagi dibanding aku. Jadi, kadang aku juga harus kena imbas dari lagu pembangunan itu deh. Padahal awalnya itu lagu khusus buat dia dari Mama, tapi ya karena itu, kadang suka nyerempet dikit ke aku.

Disini kami cuma bertiga, Papa udh nggk ada sejak umur aku 1 tahun 2 bulan. Papa mirip aku, mancung, kulitnya sawo matang, tingginya sekitar 170cm, senyumnya manis, baik, humoris, kadang agak pelit, tapi beliau bisa dibilang penuh tanggung jawab dan wajar kalau Mama mau ke Papa hehe. Yah, setidaknya itu yg aku lihat di foto dan mendengar Mama bercerita, tapi dirumah putih sederhana yang berkamar 4 ini, Mama deh yang paling jagoan untuk motivasi kami disini. Mama bisa gantiin posisi Papa dengan sangat baik.

Akhirnya karena waktu dan perintah dari Mama aku harus bangun, mandi, siap siap, sarapan dan berangkat ke sekolah. Ujannya berenti, lagian bau masakan mama berhasil buat aku laper parah. Sebelum mandi, aku keluar kamar menuju ke kamar kak Zahra yang letaknya pas banget sebelahan sama kamar aku dan ruang keluarga.

"Kak Zahra!! Bangun, lu ini tidur mulu. Mama ngomel lu asik mimpi. Bangun!! Kuliah pagi kan lu?" dengan sok taunya aku dengan jadwal kuliah dia dan sambil aku tendang sedikit biar dia gak enak tidurnya. Maklum, aku orangnya agak jail.
"Gw nanti siang cuma nemuin dosen sotoy! Udah lu mandi sana sekolah, ribet amat!" Sambil lempar bantal ke aku.

Ya mau apa lagi? Aku terus keluar kamarnya menuju kamar mandi yang ada di dekat ruang keluarga.

Ya gitu, dia mahasiswa tingkat akhir. Katanya sih kuliah kalau mau nemuin dosen aja, tapi suasananya hampir tiap pagi kayak gini selama 12 bulan belakangan.

Waktu aku keluar dari kamar kak Zahra, Mama ternyata udah ada di ruang keluarga sambil nonton tv, terus dia nanya ke aku,
"Mana Zahra?"
"Nggk mau bangun mah, padahal udah Fahri bangunin." aku jawab pertanyaan Mama dengan nada sedikit kompor.
"Bener bener itu gadis ckck" sambil geleng kepala.
"Yaudah, kamu mandi sana. Jangan lama, mama dijemput pagi, hari ini." suruh Mama, biar gw lebih gerak cepet pagi ini.
"Siap Mah!" sambil ambil handuk terus mandi dan berharap kak Zahra diomelin biar bangun.

Alhamdulillah Mama kerja di sebuah perusahaan ekspor dan dipercaya sama bosnya untuk ngawasin kantor selama bosnya gak ditempat, karena rumah bosnya Mama sebenernya ada China, jadi bosnya Mama lebih sering control via telpon. Di kantor udah ada beberapa orang yang dipercaya dan emang berkompeten, jadi via telpon aja perusahaan itu sudah berjalan dengan baik. Sekali kali aja datang ke kantor, entah setahun 3 kali, 5 kali, atau bahkan cuma 2 kali. Mama itu setiap pagi yang bukan hari libur, selalu dijemput sama mobil panther thn 98. Biasanya sih jam setengah 8, tapi sepertinya hari ini boss Mama lagi ada di Kantor deh, jadi harus lebih pagi.

Setelah aku dan Mama siap, sekitar jam 06.15am kami sarapan sambil nonton tv.

"Mah, mana kak Zahra?" tanyaku sambil sedikit mengunyah.
"Tadi sih Mama bangunin dia bangun. Tidur lagi mungkin, tapi biarlah. Semalam Mama lihat dia abis revisi skripsinya." jawab Mama sambil menyendokan nasi untuk sarapannya.
"Oh gitu.."

Pagi ini aku kurang berselera karena hujan masih membuatku ingin memperpanjang waktu tidurku. Lagipula selera ku hanya pada sarapan pagi ini, sop ayam jamur dan sambal goreng ati buatan Mama. Aku rasa ini paling nikmat se-Indonesia.

Ketika sarapan kami habis, aku pamitan,
"Mah, Fahri berangkat ya." sambil pake sepatu di ruang tamu,
"Iya hati-hati." nyamperin aku ke ruang tamu,
"Jajan Mah hehe" sambil nyengir terus nadahin tangan,
"Kalau duit ingatan lu tajem banget ya ri." dengan nada bercanda sambil ngasih gw uang jajan hari ini.
"Ah Mama, bisa aja hehe"
"Yasudah Mah, Fahri berangkat yaa. Assalamualaikum.." ku salimi dan ku cium tangan Mama,
"Walaikumsalam. Hati-hati ri"
"Iya Mah." dan aku pun berangkat.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 04, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Fahri cinta MamaWhere stories live. Discover now