"Percaya pada satu hal. Sederhana, tapi luar biasa. Dan ada dalam diri setiap manusia, jika kamu meyakininya."
#1 Créeme (Diana, Nando dan Violin)
●●●
SEPERTI seekor burung kecil yang baru terlahir, ia mempunyai Ibu dan Ayah yang pasti sangat menyanginya. Disaat burung kecil itu tumbuh, Ibu dan Ayahnya mulai mengajari burung kecil itu bagaimana caranya untuk bisa terbang menggunakan sayapnya itu. Pada awalnya, burung kecil itu merasa ketakutan. Ibu dan Ayahnya-pun berkata bahwa tidak ada yang perlu ditakuti di dunia ini, kau hanya perlu percaya pada dirimu. Maka, semua akan terlihat indah di matamu dan juga di dalam hatimu.
Mendengar apa yang diucapkan kedua orang tuanya, burung kecil itu mencoba percaya dengan kata-kata Ibu dan Ayahnya serta percaya dengan dirinya sendiri.
"Terbanglah nak, terbanglah selayaknya kamu tidak mempunyai ketakutan. Jangan khawatir jika kamu terjatuh, Ibu dan Ayah akan selalu ada untuk membantumu."
Tanpa keraguan, burung kecil itu terbang dengan merentangkan kedua sayapnya lebar-lebar. Burung kecil itu bisa, ia bisa terbang. Ia merasa bebas, ia dapat merasakan hembusan angin yang mengarah kearahnya dan ia dapat melihat objek-objek baru yang unik dan indah di padangan matanya. Burung kecil itu senang, ia bahagia bahwa dibalik ketakutanya ada sebuah dunia yang begitu indah menanti dirinya.
●●●
SEPERTI burung kecil itu, ya burung kecil itu. Diana ingin menjadi burung kecil itu, ia ingin merasakan kebebasan, merasakan bagaimana indahnya dunia diluar sana. Tapi, kenyataan selalu berbalik, kenyataan tidak sesuai apa yang kita inginkan, begitupun untuk Diana. Hampir masa kecilnya ia habiskan untuk latihan, latihan dan latihan. Diana bukanya tidak menyukai ini, ia malah sangat menyukainya. Bagi Diana musik adalah mimpinya, musik adalah hal yang penting untuk hidupnya dan yang paling penting musik adalah hatinya.
Sejak umurnya meginjak 5 tahun, Diana mulai tertarik dengan Violin. Pertama ia melihat alat musik tersebut yaitu saat ia sedang menonton sebuah pertunjukan musik bersama dengan ayah dan ibunya, ia merasa violin unik untuknya saat itu. Ketertarikannya pada violin semakin bertambah saat ini meminta kepada ibunya sebuah violin, awalnya sang ibu tidak setuju dengan permintaan Diana. Tetapi, akhirnya ibunya menurutinya. Tanpa belajar dari siapapun, ajaibnya Diana bisa dengan mudah memainkannya. Ibu Diana yang melihat ini-pun sempat takjub melihatnya.
Ibu Diana memutuskan untuk memberikan Diana seorang guru musik yang ahli dalam alat musik violin agar dapat melatih Diana lebih baik lagi.
Semakin hari kemampuan Diana terus bertambah, guru musiknya pun menyarankan agar Diana ikut salah satu kontes musik violin di salah satu Universitas ternama.
Saat mengikuti kontes itu Diana baru menginjak usia 8 tahun. Namun, siapa sangka Diana bisa mendapatkan Penghargaan Terbaik. Sejak saat itulah Diana mulai jarang masuk sekolah dikarenakan sibuk mengikuti berbagai ajang kontes violin.
Diana awalnya tidak mempermasalahkan jika ia jarang masuk sekolah, karna ia sangat menyukai kegiatannya sekarang ini. Tapi, Diana sedikit demi sedikit mulai sadar bahwa ia merasa bosan. Diana bukan bosan dengan permainan violinnya, ia bosan karna ia tidak bisa menjalani aktivitas yang lainnya.
Setiap hari kegiatan yang dilakukanya hanyalah tidur, makan, dan latihan begitu pula keesokan harinya. Diana merasa kesepian, ia ingin sekolah kembali, ia ingin bermain dengan teman-temanya lagi.
Sampai akhirnya ia diizinkan untuk fokus pada sekolahnya saja oleh kedua orang tuanya, dan dapat meninggalkan violinnya dahulu.
●●●
KAMU SEDANG MEMBACA
Shymphony
Teen Fiction"Ketika musik menyatukan Diana dan Nando." Diana Reinitta, bagi banyak orang yang mengenal sosok Diana menganggapnya seperti seorang putri kerajaan. Diana selalu diistilahkan seperti Alm. Putri Diana dari kerajaan Britania Raya, berparas cantik, tin...