Mimpi? (1)

106 0 0
                                    

Aku bersandar pada tembok pembatas itu. Menarik napas perlahan lalu membuangnya dengan sekali hembusan. Angin membawa pergi hembusan itu.

Disini dingin sekali. Sepi. Dan gelap. Hanya ada sedikit penerangan yang berasal dari.. Entahlah. Yang pasti itu ada di ujung sana.
Tempat ini asing. Aku yakin aku pasti sedang bermimpi. Tapi, apa orang yang bermimpi bisa menyadari kalau ia sedang bermimpi? Entahlah. Mungkin aku terlalu lelah sehingga bermimpi aneh seperti ini.

"Hei, nak!" Seseorang menepuk lembut bahuku. Membuatku menoleh.

Ah, apa ini? Aku tidak bisa melihat wajahnya. Tidak. Ini tidak karena wajahnya bersinar terang sehingga aku silau melihatnya. Tidak begitu. Karena ini bukan seperti dongeng tentang malaikat di ujung lorong seperti yang sering kubaca. Justru sebaliknya. Wajahnya gelap. Membuatku sedikit takut.
Apa wajahnya rata? Atau hancur menyeramkan? Mungkin seperti.. devil?
Pikiran liarku membuatku semakin takut. Ah, ini yang aku benci! Aku terlalu kreatif dalam menciptakan delusi yang membuat diriku sendiri merasa takut.

"Tak usah takut, nak," ucap orang itu lagi. Membuatku menoleh lagi ke arahnya. Dan, aku baru sadar aku bisa melihat dirinya meski tidak dengan wajahnya. Dia mengenakan jas hitam dengan tudung yang menutupi kepalanya.

Jas hitam. Seperti di film-film thiller yang kubenci, tapi tak sengaja pernah kutonton. Dan karena daya ingatku yang terlalu kuat, aku terus terbayang-bayang hingga tak bisa tidur. Aku benci dengan otakku. Kenapa mereka terus merekam informasi yang kubenci sekaligus kutakuti? Tak hanya itu, mereka juga terus memutar-ulangnya di kepalaku. Ayolah, aku ini majikan kalian dalam struktur tubuh ini! Seharusnya kalian mengerti dan mematuhi apa yang kumau. Bukan malah semakin menyudutkanku dengan informasi menakutkan yang kalian tangkap itu!
Aku mendengus. Aku pasti sudah gila dengan berdebat pada diriku sendiri saat ini.

" Kau siapa?" akhirnya pertanyaan itu terlontar dari mulutku. Aku sendiri juga tak sadar mengapa aku berani bicara dengan.. setan? Cukup. Aku tak mau menakuti diri sendiri lagi.

"Kau siapa?" ulangku. Kali ini aku dengan sadar mengucapkannya.

"Kau ingin pulang?" tanya orang itu mengacuhkan pertanyaanku.

"Hei, memangnya aku dimana? Kau ini lucu juga rupanya," aku berucap sambil tertawa. Tawa yang hambar. Karena bukan karena lucu aku tertawa, melainkan karena ketakutanku semakin memuncak saja.

Dia bilang apa? Ingin pulang? Memangnya aku habis bermain ke rumahnya apa sehingga ia menawarkan tumpangan pulang? Jangan bercanda! Ini mimpiku! Aku akan bangun sendiri dan kembali ke alam nyataku saat ibuku membangunkanku nanti.

"Ibumu tak akan menjemputmu. Dia juga ada di sini. Di sekitar sini," ucap 'orang' itu lagi. Hei! Dia membaca pikiranku! Bagaimana mungkin? Apa sudah sejak tadi ia membaca pikiranku? Oh, ini bahkan lebih menakutkan dari apa yang kupikirkan!

"Kau ingin bertemu ibumu?" lanjut 'orang' itu. Dan, kalimat terakhirnya itu berhasil membangkitkan firasat burukku.

"Pergi dari sini!" desisku tanpa sadar. Berani-beraninya dia membawa-bawa ibuku dalam mimpi mengerikan seperti ini. Seharusnya sudah sejak tadi aku mengusirnya. Ini mimpiku. Jadi aku yang berkuasa bukan?

" Kau tahu, nak? Aku juga berharap ini mimpi. Tak apalah meski ini mengerikan seperti katamu. Setidaknya ini hanya mimpi," ucap 'orang' itu lembut. Tapi aku merasakan kegetiran dalam kalimatnya.

Hening sejenak.

" Kau anak baik," ucap 'orang' itu lagi. Dia berjongkok di depanku. Tapi tetap saja aku tak bisa melihat wajahnya. Dan entah mengapa, rasa takutku padanya tiba-tiba menghilang. Memudar tak terlihat seperti wajahnya. Digantikan rasa penasaran.
Tidak. Ini bukan rasa penasaran. Aku pasti hanya tidak mengerti saja dengan orang ini. Dia ini aneh bukan? Ya, ya! Kau benar! Dia ini orang aneh.

Aneh.

Ya Tuhan, kenapa aku tidak sadar kalau mimpiku agak aneh?

" Jadi kau mau bertemu ibumu?" ulang 'orang' itu untuk yang ke.. entah berapa kalinya. Nah, kalau soal begini otakku memang tak berguna! Sudah berapa patah kata yang dia ucapkan otakku pasti tidak tahu. Giliran kata-kata menyeramkan dari film horor yang– lagi-lagi tak sengaja– kudengar pasti langsung terekam kuat dan terus berputar di kepalaku.

" Berhenti bicara pada diri sendiri, nak. Waktu kita tak banyak. Untuk terakhir kalinya aku bertanya, apa kau mau bertemu ibumu" 'orang' itu kembali melontarkan pertanyaan yang sama. Namun, kali ini nada suaranya terdengar lebih getir. Dan, penuh dengan penekanan.
Entah aku tersugesti secara sadar atau apa, yang pasti aku menganggukkan kepalaku dengan cemas.

                            ***

TBC...

Vote this story and write your comment here, okay? :)
And thanks for reading, voting, and commenting on my work.
See you....

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 11, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang