chapter 1: Bestfriend

11.3K 535 4
                                    

Hari ini cristin sangat bahagia. Sahabatnya akan kembali ke indonesia hari ini. Dan disinilah dirinya.
Di bandara dengan di temani kakaknya Renata dan suaminya Antonio, hendak menjemput sahabat tersayangnya.

Antonio adalah sepupu Axen.

Setelah sekian lama menunggu akhirnya orang yang mereka tunggu datang juga. Sebuah senyum mengembang indah di bibir Cristin.

"Axen!!!" Cristin langsung berlari dan memeluk Axen.

"Aku sangat merindukanmu!!"Axen mempererat pelukannya. Renata dan Antonio berjalan menghampiri mereka.

"Bagai mana kabarmu sepupu??" tanya Antonio dengan mengulas senyum.

"Cukup baik untuk sekedar memukulmu" Antonio terkekeh mendengar jawaban dari sepupunya.

Axen masih belum melepas pelukannya.

"Hei apa kau terlalu merindukanku sampai tak mau melepaskanku??"tanya Crisrin yang berniat menggoda Axen.

"ya jika kau tidak keberatan." Axen lebih mempererat pelukannya.

"Astaga kalian bersikap seakan-akan pasangan yang sudah lama berpisah"cemoohan Renata tak di gubris keduanya. Mereka malah cekikikan.

"Baiklah aku akan membiarkanmu memelukku sepuasmu di rumah nanti sekarang kita pulang dulu." namun Axen tak memperdulukannya.

"Astaga Axen..."

"Ahh...baiklah." Axenpun melepaskan pelukannya tak iklas.
Cristin hanya cekikikan melihat wajah sahabatnya yang frustasi.

🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁

Sesampainya di rumah mereka di sambut
Mary (ibu Axen), Alberta (ibu Cristin), Tania (ibu Antonio), Dave (suami Alberta), Andre ( suami Tania), dan masih ada beberapa teman Axen juga Cristin.

Kalian pasti bertanya kenapa banyak sekali orang hanya untuk menyambut Axen bukan?? #gak juga!😢😢

Mereka mengadakan pesta untuk Cristin yang berulang tahun dan juga Axen yang baru pulang dari Jerman.

"Hai sayang mama kangen banget sama kamu gimana kabar kamu? " Mary langsung memeluk anaknya yang baru datang.

"Aku baik ma! Aku juga kangen banget sama mama" ucap Axen kemudian melepaskan pelukan mereka.

"Hai !! Lihat siapa yang baru pulang ini? Kehidupan New York ternyat banyak merubahmu dude" Kelvin meninju kecil bahu Axen kemudian berpelulan ala cowok.

"Tentu tidak!! Tak banyak yang berubah." Axen melepas pelukan dan memandang sohibnya. "I mean, yah. Ku pikir memang banyak berubah." mereka pun teryawa.

"Hai Axen, kau tambah tinggi saja."kali ini Keyla yang bicara.

"Tentu saja tambah tinggi. Tidak sepertimu. Dasar boncil. Untung tidak gemuk, kalau kau gemuk..." Raya yang tadinya sibuk membakar daging, tau-tau menyeletuk mengejek Keyla.

"Aku tidak akan suka." Kelvin reflek mengtakannya. Namun ia sadar. Dengan perlahan ia menoleh pada Keyla.

"Sini kau akan ku cakari seluruh wajahmu!! Kau pikir kau tampan!! Dasar pria tidak tau di untung!!" semuanya tertawa melihat Kelvin yang terus membujuk Keyla yang mengamuk. Perlu di ketahui. Keyla sangat sensitif soal berat badan.

"Bukan. Maksudku, kau tetap cantik walau bulat sweety" Kelvin sampai kehabisan kata-kata. Memegangi bahu Raya, menggunakannya sebagai tameng. Tak mempedulikan kelitan Raya yang risih.

"Bulat??!!" Keyla tambah semangat ingin menghajar Kelvin

Cristin mendekati Axen yang masih terkekeh. "Hey kau tidak lelah?"

Axen menoleh, tersenyum manis menggenggam tangan Cristin "Aku tidak mau melewatkan saat-saat ini. Sudah lama sejak aku ke luar negri, aku bisa istit nanti."

"Tak perlu memaksakan diri. Istirahat sebentar bukan berarti akan menghabiskan seluruh waktumu tuan perfec." sinis Cristin

Terkekeh kecil, Axen menoel dagu Cristin"Baiklah nyonya manja." Axen berjalan menuju rumah sederhana yang terlihat sudah berumur dan masih asri dengan banyak tanaman bungan di halamannya.

"Aku tidak manja!" mensejajarkan langkahnya dengan Axen yang melangkah sangat lebar.

"Baiklah kalau begitu aku akan istirahat. Tapi temani" Axen menggenggam tangan Cristin masuk rumah. Cristin setuju saja tanpa protes. Namun

"Hey Axen! Mau kemana nak? Kemari bantu bantu ibu mengangkat galon ini." Marry memanggil saat Axen akan mencapai pintu. Di depannya ada galon yang masih tersegel.

Berbalik arah dan menghela nafas kecil." sepertinya memang nanti saja aku istirahatnya." kemudian menghampiri ibunya. Cristin hanya meringis, kemudian bergabung dengan yang lainnya.

Mereka duduk melingkar menghadap api unggun. Tak segan sama sekali dengan keberadaan para orang tua. Mereka bergurau bercanda bersama.

"Tina. Kau mau melanjutkan ke mana?" Raya bertanya sambil membalik ikan nila besar yang baru tadi di dapat dari hasil memancing para lelaki.

"Entahlah. Aku juga belum tau. Orang tuaku ingin aku mengambil jurusan bisnis, yang mungkin nantinya bisa membantu bisnis furnitur Ayah. Tapi aku juga ingin mengambil jurusan seni." Cristin mengarahkan kedua telapak tangannya ke arah api, menggosok telapak tangannya kemudian mendekap tubuhnya sendiri menghalau hawa dingin. Malam hari. "Kalau kau?" ia meletakkan kepalanya di lipatan tangannya yang mendekap tubuhnya. Memperhatikan para orang tua- yang asik sama obrolan mereka sekitar gosip, bisnis, dan masalah arisan. Axen yang ngobrol sama Kelvin dan Antonio, sedangkan Renata sibuk dengan buah-buahan yang mereka kupas untuk cemilan.

"Mungkin aku bakal kuliah di sewasta aja. Dan mengambil jurusan tata boga. Mungkin." Raya mengolesi lagi ikannya dengan bumbu kecap, kemudian di bakar lagi supaya bumbunya meresap. "Setelah itu buka resto kecil-kecilan dan berkeluarga. The end."

"Monoton sekali. Hehe..kenapa?? Gak bisa jauh dari orang tua ya?" Cristin menyenggol Raya menggoda. "Eleh...dasar manja. Masa udah besar masih gak bisa jauh dari orang tua."

"Brisik! Bukannya gak bisa jauh dari orang tua tapi memang gak mau jauh dari ortu. Lagian nyadar diri dong siapa di sini yang manja." Raya sewot sendiri. "Untung kawan." gumamnya.

"Iya-iya...hehe, gitu aja ngambek."

🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿

Semoga kalian yang baca suka sama cerita ini.

Aku udah usahain agar bisa dapet pas adegan itunya.

Tapi walau masih blepotn semoga readers suka deh...😊😇

🌹#salam sayang
Kinara Kalisia#🌹

My ObsesiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang