Malam itu, pukul 20.00 WIB, aku dan keluargaku sedang menuju perjalanan ke hotel dari Bukittinggi menuju Padang Kota, kami terjebak macet selama 1 Jam sebelum seorang pak polisi yang "baik" mengarahkan kami kejalan baru yang belum diresmikan oleh pemerintah, namanya jalan "malala" (kalau lewat jalan ini jadi 8 KM, kalau lewat jalan normal bisa lebih dari 12 KM) akhirnya kami melewati jalan itu yang masih di kelilingi oleh hutan yang lebat.
Setelah 3 KM lebih jauh menyusuri jalan malala, kami belum bertemu dengan kanedaraan mobil atau pun motor, setelah akhirnya kami semua menyadari kaca depan mobil kami ber embun, awalnya kami hanya mengira itu embun akibat suhu yang sangat dingin di Bukittingi, tetapi kami juga mulai menyadari bahwa hanya kaca depan lah yang ber embun sedangkan kaca yang lainnya tidak, malah saat itu "alat" otomatis buat ngelap kacanya sedang rusak, ayah ku ingin mengelap nya namun takut terjadi hal yang tak diinginkan, jadi menunggu hingga adanya peradaban, dan akhirnya kami menemukan warung kecil disana, ayahku pun memberanikan diri mengelap kaca mobil dengan manual.
Perjalanan berlanjut hingga total kami telah melewati 6 KM, betapa terkejutnya kami tiba-tiba ada acara pesta pernikahan di pinggir jalan tersebut, kami melanjutkan perjalanan dan bertemu seorang perempuan (translete dari bahasa Padang ke bahasa Indonesia)"permisi buk, jalan ke padang masih jauh kah?" dengan suara sedikit serak di menjawab "sekitar 2 km dari sini pak" tiba-tiba ayah kaget ketika kaki ibu tersebuat melayang, dan langsung tancap gas, saking kencang nya ia menyetir hingga kami hampir jatuh ke jurang yang dalam.
Masih tanpa peradaban, dengan sisa perjalanan 1.5 KM lagi, ditambah fathir yang kebelet pipis, sampe nangis-nangis, lengkap sudah penderitaan ini.Kami berhenti di tepi hutan, saat ayah keluar dan menemani fathir kencing tiba-tiba saja, semua pintu langsung terkunci, dan mobil langsung melaju sekitar 30 meter jauhnya dari ayah dan fathir, ibu,aku dan ella masih berada di mobil sambil ketakutan, dan tiba tiba ada yang mengetuk pintu kami kuat-kuat, ternyata itu ayah, aku langsung membuka kunci nya, dan ayah dengan fathir masuk ke dalam, kita langsung melanjutkan perjalanan dengan badan merinding, akhirnya kami semua keluar dari tempat yang jauh dari peradaban ini, dengan penuh ketakutan, kami semua tidak bisa tidur nyenyak di hotel, paginya saat kami menuju bandara, kami menanyakan tentang jalan yang kami lewati semalam, sejak saat itu kami tau bahwa nama jalan itu adalah jalan Malala, dia bilang di tempat itu memang sangat angker, dan seram. dan yang mengejutkan, jurang yang kami lewati kemarin itu adalah jurang yang banyak memakan korban, kami bersyukur diberikan keselamatan saat itu.
Kesimpulan :" jangan mudah percaya pada pak polisi yang "baik"
KAMU SEDANG MEMBACA
my horror story
HorrorBuat lo yang merasa berani, tangguh, gagah, tamvan, itu semua gaakan ada artinya kalau lo merinding baca ni cerita, makasih.