Purorōgu

55 2 2
                                    

     "MAMA PAPA!!!"

     Teriakan Emily memenuhi koridor rumahku. Anak 6 tahun itu berlari menghampiri aku dan Fico yang baru pulang dari tempat kerja baru kami. Kerjaan pertama setelah lulus kuliah.

     "Hai anak papa!" Sahut Fico sambil menggendong Emily.

     Aku mengelus rambut halus Emily, "Hari ini belajar apa, hm?"

     "Baca, ma! Liat nih!" Emily langsung turun dari gendongan Fico dan berlari mengambil sesuatu di kamar.

      Fico merangkulku, "Udah gede dia, ya?"

     "Iya" Jawabku sambil tersenyum, "Siapa dong, yang ngurus?"

     "Heh! Gue juga ngurus kale!" Balas Fico sambil menjitak kepalaku pelan. Lalu kami tertawa terbahak-bahak.

     "Eh, kok Emily nggak balik-balik?" Tanyaku sambil menatap Fico khawatir. Takut kejadian itu terulang kembali, "Fic, kamar cepet!"

     Kami langsung berlari ke kamar Emily yang terletak di dekat tangga. Fico langsung membuka pintu dengan cepat.

     "Emi--" Panggilan Fico terhenti sejenak.

     Aku yang dipantati Fico, langsung bertanya-tanya dalam hati sambil celingak-celinguk mencari celah diantara tubuh Fico. Lagian kan Fico badannya gede.

     "Fico! Napa sih? Minggir dong!"

     "Brisik lu, Jo!" Bisik Fico sambil bergeser, "Lagi ke alam mimpi dia"

     Aku menghembuskan nafas lega. Lalu Fico menarik selimut dan melapisi tubuh mungil Emily.

     Setelah kami keluar dari kamar Emily, Fico menarikku ke arah balkon. Pertamanya aku bingung dan ingin memberontak karena aku udah bener-bener ngantuk.

     "Jo" Panggil Fico.

     "Hm? Cepetan gue ngantuk kuadrat" Jawabku sekenanya.

     Fico tertawa gugup, "Joline, gini, gue.. Hmm" Mataku terbuka lebar saat Fico menarik kedua telapak tanganku, "Setelah semua kejadian yang kita lewatin sama-sama, cinta lo buat gue dan Emily, bahkan setelah gue ninggalin lu... Lo masih dengan topeng senyum lo. Topeng 'gue nggak apa-apa'. Lo bener-bener ya.. Lo sinting mungkin? Haha.."

     Aku syok dan rasa kantukku menghilang seketika. Nggak tau mau balas apa.

     Fico langsung melanjutkan, "Bahkan saat gue meragukan cinta lo, tetep aja keukeuh sama topeng lo. Karena itu gue merasa lo berbeda dari cewek-cewek murahan yang dulu ngejar-ngejar gue pas SMA. Sumpah"

     "Dan gue mau ngakhirin hubungan kita ini..."

     AAAAPPPAA?! SETELAH SEMUANYA INI FICO MAU... Putus denganku?

     "Dengan menjadikan lo istri gue" Terlihat jelas Fico menahan nafasnya. Aku pun menahan nafasku, masih nggak percaya apa yang terjadi sekarang.

     "Would you married me?"

     "..."

Reason WhyWhere stories live. Discover now