"Woy cepetan jalannya!" Ucap kakak kelas di depan gerbang sekolahku.
Udara pagi ini dingin sekali. Aku sebagai peserta didik mpls di sekolah baru ku. (Sekolah menengah atas). Waktu menunjukkan pukul 05:05am.
Dan disinilah aku,berlari kecil untuk sampai masuk ke sekolah baru ku. Semua peserta didik diwajibkan untuk datang sebelum pukul 05:30. Bisa kalian rasakan bagaimana dinginnya udara saat itu?
Akhirnya aku masuk ke sekolah ku dan langsung berbaris sesuai kelompok yang sudah dibagikan saat penerimaan. Aku kelompok 2. Aku berbaris agak belakang karena badan ku yang agak tinggi.
"Psst" aku menoleh ke samping kiri dimana suara itu terdengar. Teman ku Cindy memanggilku. Aku melihat dia dan mukanya sangat pucat. *mungkin efek kedinginan.
"Apa?" Balasku dengan suara pelan.
"Gue takut nih hari ini dimarah-marahin lagi sama itu senior" ucap dia
"Gausah takut kali"
"Yaudah deh,bismillah aja gue"
Aku menahan tawaku karna muka dia yang memang terlihat pucat sekali karna takut. Aku menggelengkan kepalaku heran melihat dia.
"Sekarang. Untuk wali kelas tiap kelompok. Bawa peserta didiknya menuju ruangan masing-masing." Ucap senior dengan suara tegasnya.
----
Ara sudah sampai dirumahnya dan sedang berbaring di kasurnya. Untungnya,masa dia menjadi peserta didik mpls sudah berakhir. Dan sekarang dia sudah resmi menjadi murid.
"Gile capek bener dah" ucap ara sambil membuka pintu balkon.
Ara duduk di sofa yang disediakan di balkon sambil memejamkan matanya."Kok gue jadi deg-degan gini ya karna hal tadi sama rizky"
Flashback......
"Okey sekarang kalian latihan dulu sebelum tampil pensi" ucap wali kelasku di kelompok mpls.
Semua teman kelompok ku langsung siap-siap dan berlatih sesuai perannya masing-masing. Kami akan menampilkan sebuah drama musikal.
Dan aku dapat peran menjadi perempuan galak yang harus berkelahi dengan cowok. Dan Alqa menjadi lawan ku. Tidak hanya aku yang mendapatkan peran berkelahi. Ada Sinta dan Irfan juga. Aku langsung berlatih dengan Alqa. Aku terpilih karena aku pernah ikut silat dan alqa juga.
Saat aku akan memulai latihan dengan Alqa. Teman ku sinta memberitahu bahwa jari ku salah saat posisi untuk memukul Alqa.
"Gimana sih? Harus kaya gimana posisi jari gue?" Ucap ku dengan nada tinggi.
Sinta malah menghiraukan ucapanku dan dia fokus berlatih dengan irfan. Dia hanya mendelikan matanya kearahku. 'Mungkin kesal karena aku yang keras kepala diberitahu' ucapku dalam hati.
"Gini nih" ucap Rizky sambil membenarkan posisi jari ku. Aku langsung menolehkan kepalaku dan menatap Rizky.
Posisinya. Dia disebelahku dan jarak ku dengan dia sangat dekat. Dia lebih tinggi dari ku.
Aku melihat dia yang sedang memegang jari ku. Dan kulihat jariku sudah benar posisinya.
"Udah" ucap dia dengan senyum dan menatapku. Dan mata kami saling menatap.
"Eh" ucap ku langsung melepaskan tangan ku yang tadi dia genggam. Dia hanya tersenyum tipis.
"Cie cie" ucap teman sekelompok ku dengan tampang menggoda.
"Kalian ga sadar apa ya daritadi kita liatin" ucap Wita. Dan mereka semua langsung tertawa.
Sedangkan aku dan Rizky hanya tersenyum tipis. Dan.. OH God! Aku liat Pipi Rizky memerah dan aku pun baru sadar bahwa dia mempunya lesung pipi. Yang membuat dia terlihat lebih manis. Dan membuat jantungku berdebar tidak seperti biasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broke
Teen FictionAku salah. Kamu salah. Kita salah. Dan waktu salah menyatukan kita dan semua berakhir.