Beda...

47 2 0
                                    

Pria bertubuh tegap keluar dari sedan hitam. Kemeja biru lautnya ia lipat sampai siku. Langkahnya ceria. Hingga sosok remaja berseragam sma menyapanya.

"Jemput Nada ya kak"
Pria itu tersenyum manis. Lantas mendekat ke remaja yang telah menyapanya tadi. Alih-alih menjawab, dia justru balik bertanya.
"Mau berangkat? Bareng sama kakak aja" tawarnya ramah.
"Ga usah ka, aku lagi buru-buru nih. Lagian udah ditungguin tuh" menunjuk mobil dan sopirnya yang tampak siap mengantar.
"Lagian aku ga mau ganggu, hihi. Ka Langit pasti kangen banget kan sama Nada. Yaudah ka, duluan ya. Bye!" berlari ke mobilnya.

Langit menatap gadis tadi lekat-lekat, hingga mobil yang membawanya pun hilang dari pandangannya. Dia. Gadis yang dulu selalu menemani masa kanak-kanaknya hingga remaja. Ia tahu betul betapa seru dan menyebalkan mengenali dirinya. Yang ia tahu, dia sosok gadis yang berbeda. Entah. Memandangnya adalah suatu damai yang selalu dinanti.

"Ka Langit!!"

Suara itu. Rindu? Sesaat setelah membalikkan badan, gadis manis yang selalu ia rindukan kini ada di hadapan. Wajah yang serupa dengan gadis tadi yang telah meninggalkannya. Hanya saja, sosok yang di depannya lebih manis. Terkesan feminin. Lihat, berapa lama dirinya tak memandang sosok itu. Gadis yang dulu begitu dekat dan paling manja dengannya.

Gadis itu berlari mendekati Langit. Lantas memeluknya erat. Orang inilah alasannya kembali.

"Kangen huh?" ucap Langit masih memeluk gadis itu erat. Yang hanya dijawab anggukan oleh sang gadis. Cukup jelas baginya untuk mengartikan betapa rindunya gadis itu padanya.

***

"Ru. Jadi futsal kan ntar sore?" tanya Faisal yang sedari tadi asik memandangi Beno yang bermain basket.
"Eh, jadi dong. Mumpung senggang hari ini. Tapi ga usah ngajak-ngajak gebetan. Males deh, ntar pas istirahat jadi paling ngenes, jadi kambing congek gua. Mana ga ada yang neriakin kaya lo semua lagi" dengan tampang kesalnya.
"Hahahahahaha. Jadi lo bisa jealous juga ya ru? Makanya cari cewe dong. Fans banyak, gebetan kaga punya. Lo mau yang kaya gimana sih?" sambung Beno.
"Haha, bener tuh kata Beno. Mau yang gimana sih? Btw itu Seren kan udah deket banget sama lo, cantik juga. Sampai kapan mau dianggurin, yakin temenan aja? Padahal kalo lo nembak dia, bakal diterima lo pasti"
"Cantik sih, kurang cewe aja ya Ru? Hahahahahaha" canda Beno.
"Lah tuh tau. Lagian gua bener-bener ga ada rasa sama dia. Sekedar sahabat aja, walaupun gua akuin dia cantik, apalagi kalo udah dandan. Beuhh. Tapi, entah kenapa gua ngerasa biasa aja. Gua belum nemu yang sesuai aja" tatapnya jauh ke lapangan.

Mungkinkah dirinya masih mengarapkan teman masa kecilnya. Teman? Bahkan mengenalnya saja tak sampai satu minggu. Apa layak dikatakan teman? Lagipula apa gadis itu juga masih mengingatnya? Klise banget.

***

"Nada jadi masuk hari ini kan, Ser?" tanya gadis berkacamata dengan lesung pipi indah. Nindya.
"Iya jadi Nin, emang kenapa?"
"Udah lama banget tau, ga ketemu dia. Betah banget dia di Bandung"
"Haha, yang penting sekarang kan udah bisa sering-sering ketemu" sembari merangkul sahabatnya itu. Sahabat ia dan Nada.

***

Sedan itu berhenti di depan gerbang SMU Teladan. Rupanya dua anak manusia dia dalamnya masih enggan untuk beranjak.

"Nada masih ngerasa seperti mimpi. Nada ga nyangka bakal berangkat sekolah sama kakak lagi. Walaupun sekarang ga sampai tempat parkir atau bahkan pintu kelas. Dan ga pake sepeda lagi, haha. Tapi, Nada udah seneng banget bisa ngulang hal yang sama bareng kaka" ucapnya tenang namun sarat bahagia.
"Kaka kangen banget sama kamu" mengelus rambut Nada lantas mencium puncak kepalanya.
Nada hanya terpaku. Cukup lama Ka Langit mencium puncak kepalanya. 7 tahun sudah ia tak berada di dekat lelaki itu. Lihatlah, kini Ka Langit-nya sudah tak sekurus dulu, badannya makin berisi. Kulitnya tak sehitam dulu. Kini dia sudah di bangku kuliah. Dan dia menepati janjinya. Dia kuliah kedokteran.

"Kamu jangan khawatir Na. Kalau dokter Andi ga bisa nyembuhin kamu. Kaka yang bakal nyembuhin kamu. Kaka bakal jadi dokter buat Nana. Asal Nana janji, bakal bertahan dulu buat ka Langit. Janji... "

***

Serenada Langit BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang