9

25 2 1
                                    

Rabu, 11 Januari.

Untukmu :
Pematah hati yang handal.

Hujan kembali mengguyur bumi ya? Apakah hujan tidak lelah untuk terjatuh tanpa bisa bangkit? Saya iri dengan Hujan. Mengapa? Entahlah.

Saya benci. Yaa saya benci untuk mengakui bahwa saya merindukanmu. Saya kesal, saat dimana saya tidak bisa menghapus bayang-bayangmu dalam bagian hidup saya.

Dan saya lelah saat mengingat. (Dulu) kala rintik-rintik hujan berjatuhan, kita duduk di pojok cafe dekat dengan kaca yang menampakkan gemerlap kepadatan Jakarta.

Disana kita bercengkrama. Membahas banyak perumpamaan. Bercanda tawa ria. Dan menatap rintikan hujan yang menetes di dinding kaca.

Tapi kenyataannya sekarang jauh berbeda. Saya duduk termangu disini. Sendiri. Diam tak bergeming.

Persamaannya hanya. Saya masih disini. Menatap rintikan hujan di kaca ini. Dan dengan perasaan yang sama pula.

Tapi sayangnya kamu tidak peduli lagi. Kamu berkelana diluar sana. Bersama perempuan. Tapi bukan saya.

Lalu, bolehkah saya merindukanmu? Dan bolehkah saya meminta kamu untuk kembali pada saya? Sebentar saja..

Dariku :
Perempuan berhati rapuh.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 15, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Chapter QuotesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang