Pernahkah kamu merasa dicampakkan? Atau menjadi bagian yang tidak pernah dianggap? Terbuang? Tersendiri? Bahkan terisolasi dari teman dan lingkungan sekitar?
Itulah yang sekarang kualami dan kurasan. Hidupku kini sebatang kara. Tinggal di ibu kota tanpa keluarga, teman, maupun saudara. Menyedihkan bukan. Terbelit keinginan untuk mengakhiri hidup ini menyusul ayah dan ibu namun selalu saja teringat pesan terakhir dari beliau, yang berpesan "kau harus kuat menjalani kerasnya hidup ini, apapun masalahmu sebeberat apa cobaan yang kau hadapi ayah dan ibu selalu ada disisimu, kami percaya padamu kau anak yang kuat. Kau harus tetap hidup menggapai impianmu walau tanpa kami".
Tak tega untuk mengakhiri hidupku. Selalu saja teringat moment kecelakaan tersebut.
Tepatnya saat kita sekeluarga pergi berlibur menumpangi mobil yang dikendarai ayah. Namun ketika mobil ayah membelokan kearah tikungan tiba-tiba ada bus yang menghantam ke arah mobil yang kita tumpangi.
Mobil yang kita tumpangi tertabrak bus alhasil mobil pun terjungkal terpingkal-pingkal. Mengakibatkan ayah dan ibu yang berada didepan tak sadarkan diri. Aku yang berada di kursi belakang bersama kakakku mengalami luka-luka.
Tragis bukan yang tadinya ingin berlibur bersama keluarga bersenang-senang menjadi mimpi terburuk dalam hidupku. Tidak hanya itu kakakku yang tadinya hanya mengalami luka-luka namun terjadi pendarahan sehingga kakakku juga tak terselamatkan.
Moment terburuk dalam hidupku, tapi aku harus bangkit dan kuat. Apakah ini akhir atau awal untuk memulai kehidupan yang baru.
***Memulai Hidup yang Baru***
Aku berjalan terburu-buru menyusuri jalan kota Jakarta yang padat dan ramai di pagi hari. Ratusan bahkan ribuan kendaraan berlalu-lalang di jalanan. Segera mungkin aku mempercepat langkahku hingga kini aku tergesah-gesah berlari menuju ke sekolah agar tidak terlambat lagi.
Namun harapanku musnah, aku terlambat untuk yang kesekian kalinya. Pintu gerbang kini sudah tertutup. Memang sudah peraturan dari sekolah, apabila waktu menunjukan tepat di angka tujuh maka pintu gerbang sekolah akan ditutup.
Para siswa-siswi yang terlambat harus menunggu hingga palajaran pertama berakhir. Aku pun dengan sabar menunggu hingga jam pelajaran pertama usai. Apa bila pelajaran pertama telah selesai maka pintu gerbang akan di buka. Dan siswa-siswi yang terlambat harus berkumpul terlebih dahulu untuk melapor ke guru piket.
*Tetooooot* suara bel berbunyi.
Pelajaran kedua akan segera di mulai. Setelah aku memasuki kelas, suasana seperti sebelumnya semua orang sibuk dengan kegiatan dan dunianya masing-masing.
Ketika terdengar suara langkah kaki mendekat ke arah kelas, kami para siswa dan siswi langsung kembali ke tempat duduk masing-masing karena guru mata pelajaran kami sudah datang. Bu Ani wanita paruh baya memakai kacamata sambil menjenjeng tas dan membawa buku yang besar menatap tajam seluruh isi kelas.
Pelajaran segera di mulai, bu Ani sedang mencatat materi di papan tulis. Setelah selesai mencatat baru beliau menjelaskan materinya. Aku dengan fokus memperhatikan bu Ani yang sedang menjelaskan materi, tiba-tiba seseorang menimpukku dengan kertas yang diremas.
Aku menoleh ke kiri dan ke kanan mencari sosok yang mencurigakan siapa yang melempar kertas tersebut, tapi nihil semuanya sedang fokus memperhatikan bu Ani yang sedang menjelaskan materi.
Aku pun penasaran dengan kertas tersebut. Perlahan kubuka kertas tersebut dan terdapat sebuah tulisan isinya.
ANDA KURANG BERUNTUNG, COBA LAGI!!!
*Aiiih yaaa*
Aku berfikir siapa yang iseng mengirim pesan tersebut. Merasa penasaran. Akupun menoleh ke kanan dan ke kiri menduga-duga siapa yang jahil menulis kertas tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidupku
Short StoryKarin yang hidup sebatang kara, berharap hidupnya akan bahagia. Ingin sekali ada yang menyangi dirinya, memiliki teman, hidup layaknya gadis remaja biasanya. *Oneshoot*